I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki

Aku: Bagaimana caranya agar bisa mengubah pikiran bahwa saya ini standar dan biasa saja?

Psikiater: Memangnya hal itu merupakan masalah yang harus diperbaiki?

Aku: Iya, karena saya ingin mencintai diri saya sendiri.

Hasil gambar untuk I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki
gramedia.com

Pertama kali aku mendengar tentang buku ini adalah ketika Kak Windy Ariestanty; seorang editor, penulis, dan traveler; merekomendasikannya di Instagram dalam kategori buku self acceptance. Saat itu langsung ku masukan buku itu dalam kategori wish list ku karena aku juga sedang mencari buku dengan kategori self acceptance dan yah aku percaya aja dengan rekomendasinya Kak W hehehe.

Lalu, saat berjalan-jalan ke Gramedia tempo hari, mataku tertuju pada buku dengan cover yang menarik itu, bertengger pada rak Pengembangan Diri. Saat itu aku sedang merasa lelah, down, sensitif, gelisah, gloomy, yah apalah itu sebutannya. Intinya, saat itu aku sedang mengalami masa-masa dimana hawa negatif merangkulku dengan erat sekali. Jadi, tanpa babibubebo, langsung aja ku bawa buku itu ke kasir sambil berharap kalau-kalau buku itu bisa menjadi 'penyelamat' otakku dari serangkaian overthinking yang tak pernah berhenti.

Buku ini adalah buku yang ditulis oleh Baek Se Hee, seorang wanita kelahiran tahun 1990 yang lulus dari jurusan sastra dan bekerja di salah satu penerbit, yang selama 10 tahun mengalami depresi ringan berkepanjangan (dalam istilah medis disebut juga dengan distimia) dan gangguan kecemasan. Baek Se Hee mengalami beberapa pengobatan dan konseling dari berbagai psikolog dan psikiater, hingga akhirnya pada tahun 2017 dia menemukan rumah sakit yang cocok dan saat ini sedang menjalani pengobatan.

Setelah membeli buku ini dan membaca-baca reviewnya di Goodreads, aku baru tahu bahwa buku ini menjadi buku best seller di Korea Selatan (di cover buku memang sudah ada tulisan 'Best Seller' nya, sih. Tapi, biasanya aku gak percaya dengan label yang terkesan komersil itu. Wkwkwk) karena banyak orang yang merasa related dengan cerita Baek Se Hee ini. Buku ini juga direkomendasikan oleh RM BTS (kalau gak salah, ya), walau sebenarnya aku gak peduli-peduli amat dengan fakta ini. Yah, faktor aku gak suka-suka amat sama BTS juga, sih. Wkwkwk

Beberapa bab pertama yang ku baca membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian. Semua orang mengalami masalah. Jelas. Tapi, rasanya masalah yang dialami Baek Se Hee juga sedikit banyak dialami olehku. Di beberapa bab pertama, dia bercerita tentang pengalamannya dimasa kecil dan beberapa hal yang membentuk kepribadiannya setelah beranjak dewasa. Beberapa orang di Goodreads menganjurkan untuk tidak membaca buku ini dalam keadaan lelah. Tapi, aku justru membacanya dalam keadaan lelah dan sensitif. Apa yang terjadi? Aku menangis terus-terusan. Melanjutkan maraton hari-hari-tanpa-tidak-menangis seorang Meiliana yang sudah berlangsung lebih dari seminggu. Makin lelah sih jadinya, tapi aku menikmatinya, kok :")

Buku ini menunjukkan dialog antara Baek Se Hee, sang pasien, dan psikiaternya saat ia melakukan sesi konseling. Dan semakin lama aku membaca buku ini, aku juga merasa bahwa aku sedang konseling juga. Awalnya aku kira kalau konseling ke psikolog atau ke psikiater akan menjadi suatu hal yang membebani. Dalam bayanganku, si psikolog/psikiater akan bersikap seolah mengintrogasi pasiennya atau melakukan sesi interview yang tidak menyenangkan atau yah hal-hal tidak menyenangkan lainnya yang bikin aku deg-degan. Tapi, dalam buku ini aku diperlihatkan bahwa sesi konseling tidaklah semenakutkan yang aku kira. Yah, mungkin ada faktor cocok-cocokan juga di sini, ya. Tapi, Baek Se Hee memberitahu bahwa seorang pasien bisa menceritakan apapun hal yang ia alami atau hal yang ia rasakan, sekecil apapun dan sesepele apapun, pada saat konseling.

Banyak hal yang diceritakan oleh Baek Se Hee secara gamblang, seolah hatinya yang paling dalamlah yang berbicara, dan hal ini membuat buku ini terasa sangat personal bagiku. Buku ini jelas adalah buku yang akan aku masukan ke dalam kategori 'buku layak simpan dan baca ulang yang tidak akan dijual atau didonasikan'. Wow panjang judulnya, yah wkwkwk Dan aku rasa agak sulit bagiku untuk mereview buku ini secara objektif, ya. Hmm

Dalam proses melahap habis buku ini pun, aku merasa jiwaku berangsur-angsur membaik. Banyak hal yang menurutku sama antara aku dan Baek Se Hee dan ia menuangkannya dalam kata-kata, persis seperti yang aku rasakan. Pikiran dan perasaan yang rumit tapi yah memang begitulah yang dipikirkan dan dirasakan. Aku merasa aku relate dengan sang penulis tapi aku gak mau self-diagnosed juga dengan bilang kalau sama berarti aku distimia juga. Engaa gitu juga, sih. I hate self-diagnosed actually.

Sebentar, daritadi aku bilang distimia distimia. Sebenarnya distimia itu apa, sih? Menurut Dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj, seorang psikiater sekaligus terapis hipnoterapi yang memberikan prakata untuk buku ini, depresi sendiri adalah gangguan mood yang menyebabkan perasaan depresif dan kehilangan kesenangan secara persisten yang mempengaruhi bagaimana kita merasa, berpikir, dan bertindak yang dapat mengakibatkan berbagai masalah emosional dan fisik. Dikatakan depresi kalau keluhan-keluhan tersebut dirasakan selama lebih dari dua minggu dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain itu, dapat terjadi penurunan berat badan, aktivitas dan pikiran yang melambat, kehilangan energi, merasa tidak berharga atau bersalah, pikiran berulang tentang kematian atau ide untuk mengakhiri hidup. Nah, sementara distimia adalah depresi yang kronis karena dirasakan dalam jangka panjang. Menurut Dr Jiemi, distimia berbeda dengan depresi dalam derajatnya serta durasi waktunya yang sangat lama.

Apa yang dialami Baek Se Hee ini adalah sebuah gangguan mood yang berlangsung sangat lama. Ibaratnya seperti terjebak di dalam lubang yang sangat dalam dan gelap. Apa pun yang ia lakukan terasa salah dan tidak benar dan rasa bersalah terus-terusan hadir setiap saat. Saat ia membenarkan dirinya sendiri pun ia merasa bahwa hal itu adalah suatu tindakan yang negatif.

"Mengapa Anda melihat pembenaran sebagai suatu hal yang negatif? Sebenarnya, itu adalah salah satu dari mekanisme pertahanan ego yang dewasa. Karena mencari alasan atau penyebab dari luka yang didapat atau keputusan yang dibuat oleh diri sendiri."

Aku pun mau tidak mau mengangguk-angguk juga membaca penjelasan psikiaternya.

Dalam buku ini ada juga beberapa dialog yang mengajarkan aku tentang bagaimana membangun relasi dengan diri sendiri dan orang lain, tentang bagaimana bersikap tidak peduli tentang apa yang akan dikatakan oleh orang lain, dan bagaimana caranya kita bisa mengatasi rasa bersalah yang terus-terusan menghantui.

"Kita semua memiliki beberapa bagian yang berbeda dalam diri kita. Perbedaan yang kita miliki sebaiknya bukan menjadi alasan untuk kita apakah kita harus melanjutkan atau mengakhiri hubungan dengan seseorang. Meskipun otak kita paham betul tentang hal itu, tapi terkadang hati kita tidak bisa memahaminya."

"Sebenarnya rasa takut terasa lebih besar ketika Anda memendamnya. Daripada Anda menderita sendirian, akan lebih baik jika Anda menuangkannya dan menceritakannya pada orang lain seperti sekarang ini."

Kalimat yang dilontarkan oleh psikiater itu benar juga. Saat aku merasa sangat down dan sangat negatif, aku jadi merasa menderita sekali dan merasa hidupku bukan apa-apa. Aku jadi merasa menjadi orang paling malang sedunia. Sungguh berkebalikan sekali ya dengan apa yang aku gembar-gemborkan sebelumnya. Hmm Kebiasaan memendam suatu hal pun malah membuat bebanku terasa lebih berat dari yang sebenarnya.

Kenapa sih aku harus memendam? Mungkin ini adalah kebiasaan yang terbentuk bertahun-tahun dan aku rasa akan sulit untuk mengubahnya, tapi bukan berarti tidak bisa. Aku merasa kalau aku menceritakan ceritaku pada orang lain, belum tentu orang lain itu mau dengar dan mau ngerti. Kebiasaan orang zaman sekarang kan listen to reply ya bukannya listen to understand. Udah capek-capek aku cerita sambil nangis-nangis (ini kebiasaan yang aneh juga, sih. Aku kalau cerita suatu masalah tuh pasti nangis) eh taunya gak didengerin atau malah sok tau. Kan akika tambah capek dan kesal kalau begitu ceritanya. Hadeeuuh.

Kenapa gak cerita ke orang yang benar-benar kamu percaya aja, Mei? Ini kasus lain lagi. Aku juga orangnya mudah merasa bersalah dan rasa bersalah itu timbul karena aku merasa berbagi hal-hal negatif pada orang-orang terdekatku. Aku membagi bebanku pada mereka dan aku takut mereka akan terbebani juga. Aku orangnya sensitif juga nih ceritanya. Kalau misalnya ada temanku yang curhat dia bete atau kesal atau sedih, aku bisa merasakan kebetean, kekesalan, dan kesedihan si temanku itu. Entah istilahnya terlalu sensitif atau lebay atau gimanalah. (Belakangan ku ketahui bahwa yang kurasakan ini namaya hyper-empath) Jadi aku pikir orang-orang terdekatku pun akan merasa hal yang sama kalau aku yang curhat. Padahal sebenarnya tydac begitu, Khisanak.

Seorang temanku bilang kalau aku terlalu menahan diri, aku udah curhat panjang lebar ujung-ujungnya aku hapus lagi karena aku langsung merasa bersalah begitu. Temanku itu bilang, "gak semua orang sesensitif yang kamu kira." Oh iya uga, ya. Sebuah 'aha moment' yang gak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Karena hal itulah aku mencoba untuk menceritakan apa yang mengganjal hatiku. Dan seperti yang dikatakan oleh si psikiater, hatiku terasa lebih ringan setelah cerita. Walau solusi bukanlah hal pasti, tapi lega itu sudah pasti. Nah, kan mau review buku malah curcol. Ahahahaha

"Kesedihan terkadang seperti minyak yang mendorong kebahagiaan tenggelam ke bawah. Namun, wadah yang menampung kesedihan dan kebahagiaan adalah sebuah wadah bernama kehidupan yang memberikan rasa nyaman dan kebahagiaan. Meskipun aku merasa sedih, aku bisa merasakan bahwa aku hidup dan sedang mengarungi kehidupanku."

Bersama dengan Baek Se Hee, aku pelan-pelan menelaah kembali diriku dengan cara yang baik. Banyak temanku yang bilang kalau aku terlalu keras pada diri sendiri. Dulu aku pikir keras pada diri sendiri itu perlu, tapi nampaknya aku sudah kelewat batas sampai akhirnya aku terus-terusan mempertanyakan diriku sendiri dengan cara yang salah, menekan segala emosi yang aku punya, dan berusaha untuk bersikap 'I'm okay' apapun yang terjadi.

"Meskipun perubahan dalam diriku tidak bisa berlangsung secara instan, aku merasa aku sedang berubah sedikit demi sedikit. Daripada berfokus pada hal yang belum bisa kuubah sambil merasa putus asa, lebih baik aku memfokuskan diriku pada hal-hal yang telah berhasil kuubah dan menjadikannya sebagai harapan untuk semakin berkembang menjadi lebih baik. Harapan bahwa semua orang bisa hidup dengan lebih percaya diri, tanpa frasa nomina* yang melekat pada diri mereka."

Seperti Baek Se Hee, aku juga mau belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih mencintai diriku sendiri.

*semacam label yang diberikan oleh orang lain atau diri sendiri yang membuat seseorang merasa terbebani.

Comments

  1. wow
    baca posmu aku jadi kepo juga pengen baca...tapi kayanya raga ini akan tergoyahkan dengan komik One Piece yang lagi seru-serunya kubaca ulang >.<

    anyway, semangat Mei dalam mengubah diri menjadi lebih baik and kalo kata lagu Bieber..Love Yourself ^^

    ReplyDelete
  2. Review yg menarik. Terima kasih...

    ReplyDelete
  3. uwaa... kak aku pengen juga,,,thank you reviewnya

    ReplyDelete
  4. reviewnya menarik banget kak thank youu dan fightingg!!!

    ReplyDelete
  5. Aku awalnya ragu buat beli buku ini soalnya pernah beli buku terjemahan Korea tapi bahasanya gak ngerti. Mungkin akunya lagi gak fokus..tapi d dalam diri aku bilang udh beli aja buku ini. Aku pun berinisiatif baca review bukunya..di sosmed ataupun d google. Pas baca review ini, aku jadi semakin yakin untuk beli. Soalnya aku juga lagi down gituh, pengen ada pencerahan hehe. Makasih kak atas reviewnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama. Terima kasih juga udah mampir, ya :D
      Semoga buku ini bisa membantu kamu mendapatkan pencerahan, ya.

      Delete
  6. Review buku yg digabung sama cerita pribadi lebih menarik hehe ♡

    ReplyDelete
  7. Menarik...
    Terimakasih reviewny kak, jd pengen punya bukunya:)

    ReplyDelete
  8. Awalnya agak nyesel pas mesen buku ini tapi habis baca review kakak kayaknya gajadi nyesel,Terimakasih hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga review aku membantu kamu menikmati bukunya, ya :D

      Delete
  9. Pengen bgt pnya buku nya tpi olshop nya kejauhan di indonesia skg lg dimalaysia.
    Btw bgus review nya & aku excited sama ini buku krna recomendednya RM BTS πŸ’œ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga nanti bisa nemu bukunya di malaysia ya kalau ke indonesia kejauhan :D
      Terima kasih juga ya sudah mampir. :D

      Delete
  10. Wah, aku sebenarnya sudah kepengin beli buku ini sejak tahun lalu karena judulnya yang mirip dengan film pendek bunuh diri yang aku buat waktu SMA. Kalau dulu ada kalimat yang aku ingat bunyinya begini: "Kamu boleh mau mati, tapi kamu harus ingat bahwa tempe itu masih enak!" Ketika aku menemukan buku yang korelatif dengan film pendek untuk pelajaran agama ini, aku merasa tergerak untuk membacanya. Saya banget harganya supe mahal jadi harus nabung dulu, deh. Hehe. Aku harap bisa dapat buku bekasnya sih. Semoga ada yang jual murah. Terima kasih atas resensi yang mendetail dan menggerakkan hati. Terima kasih sudah berbagi. Pasti akan sangat menyenangkan juga kalau Kakak suka Chicken Soup. Atau malah iya? Karena buku itu bikin aku sedih terus sekaligus termotivasi. Semangat terus, Kakak. Semoga makin banyak buku yang diresensi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you ya udah baca. Seneng banget kalau review aku bisa mengingatkan kamu sama hal menyenangkan. Hehe.

      Coba deh liat2 di shopee Penerbit Haru, biasanya mereka suka ngadain diskon.

      Wah.. aku suka baca Chicken Soup dulu pas jaman masih sekolah karena di perpustakaanku banyak seri Chicken Soup. Memang heartwarming banget ya bukunya. Aku jadi pingin baca lagi. Terima kasih sudah mampir, ya.. πŸ˜ƒ

      Delete
    2. Hai.. Halo salam kenal untuk kalian berdua. Melalui kolom reply ini, aku ucapkan terima kasih untuk kalian berdua karena saat ini kalian telah membangkitkan semangat hidupku. Hidupku sedang down, rasanya tidak ada gunamya lagi aku hidup di dunia ini. Hal-hal yang sebelumnya aku sukai, tampak membosankan. Tapi, hanya dengan kalimat: "Kamu boleh mau mati, tapi kamu harus ingat bahwa tempe itu masih enak!"sedikit membangkitkan semangat hidupku dan mengingatkanku pada hal-hal lain yang masih bisa aku nikmati sebelum aku mati kelak. Aku mengganti kata "tempe" dengan berbagai macam hal lain yang aku sukai dan menyenangkan, meskipun itu hal yang sepele, seperti: "Kamu boleh mau mati, tapi kamu harus ingat bahwa es kopi susu itu masih enak!" atau "Kamu boleh mau mati, tapi kamu harus ingat bahwa membaca buku itu masih menyenangkan!"
      Terima kasih kak Mei atas tulisan-tulisannya di blog ini, ku harap kak Mei bisa terus menulis ya. Mari kita sama-sama berjuang.
      Hugs..

      Delete
    3. Halo.. salam kenal juga. Terima kasih ya sudah membaca tulisan2ku. Terima kasih juga sudah mau bertahan. Pasti berat ya melalui masa2 saat sedang down hingga akhirnya kamu bisa membangkitkan kembali semangat hidupmu. Aku lega kalau tulisan2ku bisa sedikit membantumu melihat hal2 lain dalam hidup dan bikin aku merasa kalau aku sudah di jalan yang benar. Ayo sama2 berjuang untuk hidup & sama2 mengulik hal2 menarik lain dalam hidup.. πŸ€—πŸ€— Kamu juga bisa main ke instagramku @meiliana.kan, siapa tau kita bisa berteman juga di sana πŸ€—πŸ€—

      Delete
  11. Awalnya ragu2 mau beli buku ini soalnya liat review sebelah kurang memuaskan..
    Pas baca review disini bener2 buat aku jadi yakin klo buku ini harus banget punya, pasti bakal relate banget 🀧 dan bakal dapet pencerahan juga πŸ₯ΊπŸ₯ΊπŸ₯Ί
    Terima kasih banyak atas review nya kak... πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°
    Curhatan kakak relate banget sama aku πŸ₯Ί semangat kak berjuang menjadi lebih baik lagi... πŸ₯°πŸ€—

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2.. Terima kasih juga sudah membaca, ya. Semoga pas baca bukunya kamu juga merasa lebih baik πŸ₯°πŸ₯°

      Delete
  12. Review nya sangat sangat menarik buat aku untuk beli bukunya.., "aku juga ingin mengakhiri semua ini tapi ingat masih ada idol China kesayangan ku yang buat aku semangat terus". Semoga bisa kebeli ya bukunya.., mau nabung dulu...
    Oiya ka kalau untuk review buku seri ke-2 nya adakah? Semoga dibuat lagi ka, biar aku bisa langsung beli 2 buku hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca, ya. πŸ˜ƒπŸ˜ƒ Semoga bisa segera beli bukunya πŸ˜†πŸ˜† Review buku keduanya ada di sini https://autumnandapple.blogspot.com/2020/09/i-want-to-die-but-i-want-to-eat.html Atau bisa klik link di bawah tulisan Another Book Review di atas. Tapi yang buku kedua itu ada trigger warningnya, sih (suicide thought, suicide attempt, self harm) Jadi kurasa baca buku pertamanya dulu atau kalau mau baca pastikan dirimu dalam keadaan baik-baik aja

      Delete
  13. setelah aku baca reviewan kakaknya, aku jadi tambah yakin buat beli bukunya, makasih banyak ya kak buat review nyaa🀍🀍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeaay~ Sama-sama.. selamat membaca πŸ˜†πŸ˜†

      Delete
  14. Halo, aku baru selesai baca buku yang pertama dan lagi baca buku yang kedua, topiknya makin berat dan aku kadang di emosi, "Aduh ini kenapa mikirnya kejauhan sih?" dll, tapi dari buku ini aku bisa belajar menerima kekurangan diri dan belajar berdamai? dengan rasa takut bersosialisasi dan mulai bisa terbuka dengan orang lain. Terima kasih atas reviewnya~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, perlu pelan2 juga bacanya apalagi buku keduanya. Thank you udah baca reviewku, ya 😁😁

      Delete

Post a Comment

Popular Posts