Festival Buku Asia with Minato Kanae

Tanggal 3-12 September 2021 kemarin ada Festival Buku Asia yang diselenggarakan oleh Penerbit Haru dan Patjarmerah. Dan di tanggal 11 September ada sesi yang bintang tamunya adalah Minato Kanae Sensei! Itu loh penulis Jepang yang dijuluki sebagai Ratu Iyamisu. Sebelumnya aku sudah pernah baca bukunya yang berjudul Penance, yang bikin aku kepincut dengan genre iyamisu (padahal abis baca tuh sakit kepala tapi malah nagih 😂😂) dan Ferris Wheel at Night (dan saat ini sedang berusaha menamatkan Confessions sambil menahan diri untuk gak teriak-teriak gara-gara ceritanya yang meledak-ledak wkwkwk)

Source: Instagram Festival Buku Asia


Acara yang berlangsung selama 2 jam itu seru, menarik, insightful, dan menghibur banget! Pokoknya 2 jam tuh gak berasa, deh. Tau-tau udahan hiks.. Selama acara berlanngsung, aku tanganku sibuk mencatat obrolan yang diperbincangkan dengan Minato Kanae Sensei. Karena kan rasanya kayak once in a lifetime gitu ya, jadi harus aku abadikan, dong.  Nah, aku mau cerita juga di sini seseru apa sih perbincangan yang berlangsung kemarin.

Topik pertama yang ditujukan kepada Minato Kanae Sensei adalah tentang perjalanan dalam menulis buku iyamisu. Kalau kalian belum tahu, iyamisu itu adalah subgenre dari genre misteri yang memberikan after taste berupa perasaan yang gak enak gitu bagi pembacanya. Kenapa kok bisa merasa gak enak habis baca buku, terutama buku-bukunya Minato Kanae? Karena di dalam bukunya, Minato Kanae Sensei mengangkat sifat buruk manusia. Menurutnya, di dalam diri setiap manusia pasti terdapat pikiran/perasaan jahat. Bahkan, orang-orang yang merasa dirinya baik dan tidak bercela pun pasti memiliki rasa iri dan perasaan yang memunculkan pertanyaan, "kenapa aku gak seperti orang lain?" Menurut Minato Kanae Sensei, kita hidup untuk menyembunyikan pikiran/perasaan jahat itu. Nah, saat terjadi kasus kejahatan saat itulah pikiran/perasaan jahat menguar ke permukaan.

Lalu, kenapa setelah membaca buku yang seperti itu kita jadi merasa gak nyaman? Karena pikiran/perasaan jahat yang disuarakan oleh para tokoh dalam buku bersinggungan juga dengan pikiran/perasaan jahat kita para pembaca. Mungkin sebelumnya kita merasa bahwa kita orang baik, tapi saat membaca bukunya Minato Kanae, ada beberapa titik di mana kita merasa relate dengan pikiran/perasaan para tokoh itu. Jadi kayak ketahuan gitu punya pikiran/perasaan jahat 😖😖 Kalau untukku pribadi, saat membaca Ferris Wheel at Night aku merasa ada pikiran Mayu Endo dan perbuatan Keisuke Endo yang seolah beresonansi denganku. Gak 100% sama, tapi di beberapa bagian aku merasa bisa memahami kenapa mereka berpikir/berbuat seperti itu karena aku pun kadang begitu 😂😂 (Untungnya gak sama dengan Ayaka, ya wkwkwk) Minato Kanae Sensei mengaku bahwa pikiran/perasaan jahat yang disuarakan oleh tokoh-tokoh dalam bukunya berasal dari dirinya sendiri. Tapi menurutnya, memiliki pikiran/perasaan jahat itu bukanlah hal yang buruk karena yang terpenting adalah bagaimana cara kita mengendalikan pikiran/perasaan jahat itu. Benar juga sih, ya. Aku jadi berpikir apakah dengan menulis buku iyamisu maka Minato Kanae Sensei seolah mengungkapkan siapa dirinya dengan jujur, ya?

Nah, menariknya Minato Kanae Sensei berharap bahwa dengan membaca bukunya, kita jadi lebih aware dengan apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Kita perlu tahu kenapa pikiran/perasaan jahat itu bisa muncul. Lalu, kalau pikiran/perasaan jahat kita sama dengan pikiran/perasaan jahat yang ada di buku, mengapa kita tidak melakukan kejahatan seperti yang dilakukan para tokoh? Karena mungkin di sekitar kita ada orang-orang yang mengerti dan menghentikan kita. Lalu, aku jadi ingat salah satu adegan di buku Ferris Wheel at Night di mana Mayu berhenti melakukan sesuatu yang jahat saat Satoko datang untuk menghentikannya. Di situ Mayu berpikir bahwa perbedaan antara dirinya dengan Junko yang membunuh suaminya hanyalah ada atau tidaknya orang yang menghentikan mereka. Dari sini Minato Kanae Sensei berharap agar kita lebih menghargai hubungan kita dengan orang-orang yang ada di sekitar kita dan juga lebih bersyukur dengan keadaan kita saat ini. Setelah mendengar Minato Kanae Sensei berkata begitu, rasa kagumku langsung naik berkali-kali lipat. Dan lagi ternyata makna dari iyamisu pun gak sesederhana yang selama ini aku bayangkan. Bukan hanya sekadar memberi perasaan gak nyaman sehabis baca tapi juga membuat kita berpikir tentang apa yang sedang kita lakukan dan alami dalam hidup kita saat ini. 

Lalu, moderator juga bertanya tentang proses penulisan karyanya Minato Kanae Sensei. Aku pun cukup penasaran dengan topik yang satu ini karena dari buku-buku yang sudah ku baca aku menangkap gaya bercerita dan vibes yang khas Minato Kanae sekali. Kata Minato Kanae Sensei, biasanya ia menulis sesuai dengan tema yang sedang ia pikirkan saat itu. Lalu, saat menulis Confessions, ia merasa ingin menulis cerita misteri. Saat itu ia menuliskan semua hal tentang misteri dalam secarik kertas sampai kertasnya terisi penuh. Nah, setelah itu ia menutup matanya dan saat kembali membuka mata, kata pertama yang terlihat adalah kata yang akan menjadi tema tulisannya. Saat itu, Minato Kanae Sensei melihat "balas dendam", maka itulah yang menjadi tema dari buku Confessions. Menarik ya caranya.. Nah, setelah dapat tema selanjutnya tinggal dikembangkan temanya. Premis untuk cerita Confessions adalah orang dewasa yang membalas dendam pada anak remaja. Nah, untuk membuat orang dewasa sampai membalas dendam, maka si anak remaja harus melakukan sesuatu pada hal yang sangat berharga bagi si orang dewasa. Nah, lalu balas dendam yang paling menyakitkan untuk anak remaja adalah saat harga diri mereka dirusak di depan orang lain. Wah, setelah mendengarkan tahapan dan pemikiran yang dilalui saat menulis Confessions, aku jadi semakin gak sabar untuk menamatkan bukunya.

Minato Kanae Sensei pun memberikan beberapa tips bagi orang-orang yang ingin menulis buku. Katanya, menulis itu ibarat melempar batu ke permukaan danau yang tenang. Kalau batu dilempar akan terlihat gelombang-gelombang air yang tampak di permukaan danau. Semakin besar batu yang dilempar, semakin besar dan banyak pula gelombang yang dihasilkan. Sarannya, jangan takut untuk membuat gelombang yang besar. Kalau mau menulis ya menulis aja sampai selesai. Gak usah takut orang bakal mikir apa tentang kamu setelah membaca tulisanmu. Dan sebenarnya saat menulis buku pertama kita punya keuntungan karena kita gak perlu mikir ini itu dan gak ada yang berekspektasi ini itu juga. Hmm benar juga..

Selanjutnya, moderator bertanya berapa lama waktu yang diperlukan Minato Kanae Sensei untuk menulis. Kata Minato Kanae Sensei, ia selalu membuat target untuk menulis 15 lembar perhari dan tiap lembar itu berisi 400 kata dan ia gak akan istirahat sebelum target 15 lembarnya terpenuhi. Walau sedang tidak mood, sedang lelah, atau sedang tidak ada inspirasi sekalipun, Minato Kanae Sensei tetap menulis sampai 15 lembar. Kadang ia menghapus sebagian tulisannya keesokan harinya atau ia mendapati ada tulisan yang bisa digunakan untuk bab-bab selanjutnya. Awalnya, Confessions terdiri dari cerita sebanyak 80 lembar dan hasil akhirnya terdiri dari 400 lembar. Sementara untuk Ferris Wheel at Night terdiri dari 480 lembar. Jadi jika dihitung 15 lembar per hari maka Minato Kanae Sensei menulis sebuah karya dalam waktu 26-32 hari (dengan catatan tidak ada kendala seperti sakit atau hal-hal lain yang bisa menghambat proses menulis).

Minato Kanae Sensei juga membagikan tips untuk mencari inspirasi saat menulis. Baginya kopi adalah salah satu sumber inspirasi terbaik. Tapi, jika setelah minum kopi tapi inspirasinya belum muncul maka ia akan pergi berjalan-jalan. Karena dengan berjalan-jalan, sirkulasi darah akan lebih lancar dan membuat tubuh kita lebih fresh untuk kembali menulis. Selain itu, Minato Kanae Sensei pun bilang bahwa mengunyah permen karet bisa membantu. Iya, mengunyah permen karet. Baru pertama kali dengar kan kalian kalau mengunyah permen karet bisa membuat kinerja kita jadi lebih bagus? Aku pun sama wkwkwk Kata Minato Kanae Sensei ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa saat mengunyah permen karet maka tulang di daerah dekat telinga bisa memberikan rangsangan ke otak sehingga otak bisa berfungsi dengan lebih baik. Tidak hanya berlaku untuk menulis karena penelitian tersebut dilakukan pada sekelompok anak yang disuruh mengerjakan soal matematika. Mungkin bisa ku coba juga kalau aku sedang menghadapi deadline di kantor, ya.

Nah, menariknya lagi, biasanya Minato Kanae Sensei bisa mengerjakan 3 karya sekaligus. Agar karya tulisannya itu gak tercampur aduk, biasanya Minato Kanae Sensei mengunyah permen karet dengan rasa yang berbeda untuk masing-masing karya. Misal saat menulis Confessions ia mengunyah permen karet rasa mint dan saat menulis karya lain mengunyah permen karet rasa anggur. Menarik banget ini tipsnya wkwkwk

Balik lagi ke obrolan tentang genre iyamisu. Karena karyanya ini memuat sesuatu yang dark, yang penuh kejahatan, Minato Kanae Sensei mengaku bahwa dirinya sempat takut bahwa akan ada orang yang meniru hal jahat yang dilakukan oleh tokohnya. Tapi, sebenarnya di setiap bukunya terdapat konsekuensi dari setiap hal yang dilakukan si tokoh. Ia ingin memberikan pesan bahwa orang yang jahat tidak akan berakhir dengan senyuman. Hal ini berbanding terbalik dengan cerita-cerita anti-hero yang makin ke sini makin sering diangkat dan ironisnya banyak orang yang jadi beranggapan bahwa menjadi jahat itu keren.

Terakhir. Terakhir, ya.. Sudah panjang aku nulisnya ternyata wkwkwk Moderator bertanya, "bagaimana bukunya bisa diterima di berbagai negara dengan latar belakang berbeda?" Untuk menjawab pertanyaan ini, Minato Kanae Sensei bercerita bahwa dalam salah satu acra di Taiwan, ada seorang ayah yang bilang bahwa struktur keluarganya saat ini mirip dengan struktur keluarga yang ada dalam buku Minato Kanae Sensei dan ia bertanya bagaimana caranya agar keluarganya tidak bernasib sama seperti keluarga dalam buku. Dari pertanyaan itu, Minato Kanae Sensei sebenarnya terkejut karena selama ini ia merasa bahwa orang-orang dari negara lain yang membaca karyanya akan menganggap bahwa kasus yang terjadi dalam buku adalah kasus yang akan terasa jauh tapi ternyata tidak begitu. Para pembacanya malah merasa dekat dengan kasus yang ada dalam buku. Maka Minato Kanae Sensei berkata bahwa karya yang ditulis dengan baik bisa menembus batas negara.

Btw, ada trivia menarik juga yang dibagikan dari Minato Kanae Sensei di akhir acara. Katanya, karya Minato Kanae Sensei di Jepang dikenal dengan Kuro Minato dan Shiro Minato. Kuro Minato adalah buku-buku yang auranya dark kayak yang sudah diterbitkan di Indonesia sementara Shiro Minato adalah buku-buku yang auranya menyenangkan dan happy ending. Wah.. jadi penasaran aku gimana rasanya kalau membaca karya yang dijuluki dengan Shiro Minato itu. Lucu juga ya karena auranya kontras maka dinamai kuro (hitam) dan shiro (putih).

Nah, sekian rangkuman acara dari bincang-bincang selama 2 jam yang terasa singkat dengan salah satu penulis favoritku, Minato Kanae Sensei. Hepi banget deh rasanya bisa bertemu dengan penulis favorit walau hanya lewat layar. Siapa tau suatu saat nanti bisa bertemu secara langsung.. 😆😆

Comments

Popular Posts