Ten Things About Myself that I Love the Most #30DWCDAY06

Sama seperti kebanyakan orang, aku lebih lancar menyebutkan hal-hal pada diriku yang tidak kusukai (apalagi kalau sambil membandingkan diri dengan orang lain) dibanding menyebutkan hal-hal yang kusukai tentang diriku sendiri. Jadi, topik writing challenge hari ke-6 (yang kutulis di hari ke-10 ini *oops*) sekaligus menjadi caraku (lagi) untuk bercengkrama dengan diriku. Jadi inilah 10 hal yang kusukai tentang diriku:

1. Bersedia Mengenal Diri Sendiri

Aku pernah bercerita kalau aku pernah hampir menyerah pada hidup dan sangat membenci diri sendiri sampai aku menghapus semua fotoku karena aku benci diriku yang tersenyum. Belakangan kusadari bahwa hal yang sangat tidak mengenakan itu adalah fase yang harus ku lalui agar aku bisa mengenal diriku sendiri. Setelah sekian banyak hal pahit yang ku alami, aku sadar bahwa diriku adalah satu-satunya kawan yang akan menemaniku setiap saat maka aku perlu mengenal diriku dengan baik. Kalian tahu kan kalau mengenal seseorang itu sulit dan butuh waktu lama. Itulah hal yang ku lakukan saat ini. Aku bersedia belajar untuk mengenal diriku seumur hidup.

2. Bersedia Berdamai Diriku di Masa Lalu

Masa-masa kelam yang ku lalui sebagian besar diisi dengan kritik dan makian yang ku lontarkan pada diriku sendiri. Setiap kesalahan, baik kecil maupun besar, selalu membawaku terjerumus ke lubang yang lebih dalam lagi dan juga pada makian yang lebih menyakitkan lagi. Tapi, setelah belajar mengenal diri aku sadar bahwa kesalahan yang aku lakukan di masa lalu menunjukkan bahwa aku adalah manusia yang penuh dengan ketidaktahuan maka wajar jika berbuat salah. Toh kesalahan-kesalahan itu pun tidak ku lakukan dengan sengaja. Maka aku mulai belajar untuk berdamai dengan diriku di masa lalu, memaafkan segala kesalahan yang ku lakukan di masa lalu, dan juga meminta maaf pada diriku di masa lalu karena aku seringkali terlalu keras memaksa harus begini begitu.

3. Bersedia Meraih Uluran Tangan Orang Lain

Poin pertama dan kedua tidak akan terjadi jika aku masih keras kepala menolak uluran tangan orang lain. Aku yang tertutup  (sekarang sepertinya sudah mendingan) hanya tahu caranya membantu orang lain tapi tidak tahu bagaimana aku harus merelakan diri dibantu orang lain. Tapi setelah menyadari hal ini aku merasa duniaku lebih cerah karena akhirnya aku tahu bahwa aku dikelilingi oleh orang-orang baik yang siap sedia kapan pun aku butuh.

4. Punya Bakat Menjadi Orang Baik

Hal ini berkaitan dengan empati yang ku tulis di post ini. Bukan maksudku untuk narsis atau terlalu percaya diri tapi dari hasil trial and error yang sering aku lakukan, aku menarik kesimpulan bahwa aku tidak pernah merasa tenang jika mengambil jalan yang melenceng. Aku juga punya prinsip kalau aku tidak akan nyubit orang karena aku tahu rasa sakitnya dicubit. Rasa bersalahku yang mudah sekali timbul pun ku rasa menjadi "sabuk pengaman"ku untuk tetap menjadi orang baik.

5. Bersedia Merangkul Diri Sendiri dan Orang Lain

Ini juga sebuah keahlian yang baru ku sadari akhir-akhir ini. Ada temanku yang bilang kalau curhat denganku itu enak karena ditanggapi dengan serius dan karena aku memang suka mendengarkan maka aku senang-senang saja jika dicurhati. Tapi ada masa di mana aku terlalu memaksakan diri untuk selalu siap sedia demi orang lain sampai aku lupa bahwa ada diriku yang juga perlu ku rangkul dan ku perhatikan. Maka sekarang aku sedang berada dalam fase mencari balance untuk merangkul orang lain tanpa melupakan diriku sendiri.

6. Bersedia Belajar untuk Tidak Memelihara Penyesalan

Mungkin akan terasa aneh jika aku bilang aku tidak punya penyesalan. Kok bisa ada orang yang tidak punya penyesalan? Tentu aku punya penyesalan. Menyesal tidak memesan nasi padang saat makan siang misalnya 🙊🙈 Benar sih menyesal tapi itu adalah jenis penyesalan yang mudah sekali menguap tanpa perlu aku apa-apakan. Penyesalan-penyesalan besar yang ku rasakan tentu tidak semudah itu menguapnya, bahkan awalnya sulit sekali untuk ku atasi. Penyesalan-penyesalan itu menggerogotiku dari dalam dan menambah panjang daftar rasa bersalahku yang sebelumnya sudah panjang. Padahal kalau dipikir-pikir, hal yang ku sesali itu tidak pernah bisa ku ulangi lagi. Jadi sebenarnya aku membuang-buang waktu percuma kalau terlalu lama bergelung dalam rasa sesal. Maka aku belajar untuk melupakan (yang sebenarnya adalah keahlianku) dan belajar untuk menyadari bahwa setiap hal memang punya waktu masing-masing untuk terjadi. Hal ini membuatku belajar untuk lebih cepat move on.

7. Irit Bicara dan Pelit Pujian tapi Setiap Kata yang Mengalir dari Bibirku mengandung Ketulusan

Sudah menjadi rahasia umum kalau aku ini anaknya irit bicara. Setiap orang yang ku temui pasti pernah bilang bahwa aku ini pendiam. Baru-baru ini pun atasanku memperkenalkanku sebagai anak paling pendiam di timnya. Tapi percayalah, jika aku mulai berbicara, setiap kata atau pujian yang keluar dari mulutku bukanlah kata-kata manis ala pejabat (aku tidak pandai bermulut manis), tapi ada hal yang sudah ku pikirkan matang-matang di sana, ada sekian banyak perasaan tersirat di sana, dan tentu saja ada ketulusan terkandung di sana.

8. Punya Integritas

C. S. Lewis, said, “Integrity is doing the right thing, even when no one is watching”, but I kinda disagree because for me integrity is doing the right thing because I am watching myself. Sejak dulu, aku selalu bertindak sebagai pengawas untuk diriku sendiri. Mudah sekali aku melontarkan kritik jika ada satu hal salah yang ku lakukan meski hal itu sepele atau bahkan tidak memiliki dampak pada orang lain. Diriku yang berperan sebagai pengawas itu jugalah yang mengawasiku untuk tetap berada dijalur yang jujur. Maka dari itu aku tidak terlalu setuju dengan perkataan C. S. Lewis. Memang orang lain tidak tahu karena mereka tidak melihat apa yang ku lakukan, tapi aku tahu.

9. Tahu Cara Menggunakan Energiku dengan Baik

Ada temanku yang bilang bahwa aku seringkali asik dalam duniaku sendiri dan perkataannya itu benar. Aku senang bergelung dengan duniaku sendiri dan sangat menghindari drama yang tidak perlu. Aku tidak pernah mengikuti gosip artis terkini maka seringkali aku merasa roaming kalau temanku ngomongin si A atau si B karena aku tidak tahu siapa mereka, tapi toh aku tidak ambil pusing akibat ketidak tahuanku itu. Aku pun bukan orang yang FOMO. Harus punya ini di umur segini, harus punya itu di umur segitu, harus ngikutin tren yang kekinian, atau melakukan apa pun yang dilakukan orang lain. Tidak. Aku justru tidak suka dengan hal-hal yang sedang booming karena bagiku hal-hal seperti itu terlalu menguras energiku tapi tidak mendatangkan faedah untukku. Dan karena aku tahu energiku terbatas maka seperti yang dikatakan temanku, seringnya aku bergelung dalam duniaku sendiri untuk menyalurkan energiku pada hal-hal yang aku suka dan juga hal-hal yang penting bagiku. (p.s. bukan maksudku untuk memojokan tren tertentu atau orang-orang yang senang mengikuti tren loh, ya).

10. Bersedia Memelihara Rasa Ingin Tahu

Hal ini juga adalah hal yang ku singgung-singgung di tulisanku yang ini. Di tulisan itu aku bilang bahwa rasa ingin tahu menjaga semangatku untuk tetap hidup. Rasa ingin tahu jugalah yang mengisi tangki ambisiku yang biasanya kosong. Dengan rasa ingin tahu, aku jadi punya banyak ketertarikan terhadap dunia dan rasanya aku tidak akan pernah bosan jika aku tetap memelihara rasa ingin tahuku.

Itulah 10 hal yang kusukai tentang diriku dan ternyata tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk memikirkannya.

Comments

Popular Posts