Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino [BOOK REVIEW]


Di suatu malam di sebuah kota kecil di Jepang, ada tiga orang pencuri; Atsuya, Shota, dan Kohei; yang sedang melarikan diri sehabis mencuri di sebuah rumah. Kemudian Shota menemukan tempat persembunyian yang menurutnya adalah tempat aman untuk bersembunyi yang disetujui oleh dua orang temannya. Tempat persembunyian itu adalah sebuah toko kelontong yang bernama Toko Kelontong Namiya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di toko itu yang membuktikan bahwa toko itu sudah lama tidak dihuni. Atsuya dan kawan-kawannya pun memutuskan untuk menetap di toko itu sampai subuh, tapi tiba-tiba mereka mengalami peristiwa aneh. Mereka mendapati ada sebuah surat dimasukkan ke kotak susu. Mereka pikir keberadaan mereka ketahuan tapi mereka sama sekali tidak melihat keberadaan seorang pun di luar rumah. Awalnya mereka tidak mau peduli dengan surat itu, tambahan lagi mereka merasa tidak sopan membuka surat yang ditujukan untuk orang lain. Sopan sekali pencurinya, ya πŸ˜…πŸ˜… Tapi karena penasaran, mereka pun akhirnya membaca surat itu yang ternyata adalah surat permintaan konsultasi dari seseorang yang menggunakan nama Kelinci Bulan. Surat dari Kelinci Bulan adalah pembuka dari korespondensi tiga pencuri itu dengan orang-orang di masa lalu. Kelinci Bulan yang bingung harus memilih antara fokus untuk latihan olimpiade atau merawat kekasihnya yang sakit adalah klien pertama mereka. Setelah itu muncul surat lain dari seorang musisi amatir yang bingung harus tetap mengejar mimpinya menjadi musisi atau meneruskan usaha toko ikan ayahnya.

Di bab 3 diceritakan tentang Kakek Namiya yang merasa semangat hidupnya hilang setelah istrinya meninggal, sampai suatu saat ia membuat sesi konsultasi. Semua surat yang dimasukkan lewat kotak susu, baik surat yang berisi masalah serius ataupun surat berisi pertanyaan iseng khas anak kecil, dibalas dengan serius oleh Kakek Namiya. Anaknya bertanya-tanya kenapa ayahnya mau repot-repot mengurusi masalah orang lain, tapi nyatanya hal itulah yang membuat Kakek Namiya kembali memiliki semangat untuk hidup. Setiap surat dibalas oleh Kakek Namiya setelah memikirkannya dengan matang karena ia merasa bahwa balasan suratnya bisa membantu orang lain untuk mengambil keputusan hidup mereka.

"Entah berisi hinaan atau hanya ulah iseng, semua orang yang mengirim surat ke Toko Kelontong Namiya pada dasarnya adalah orang-orang yang ingin meceritakan masalah mereka. Di dalam hati mereka seperti ada lubang menganga dan semua hal yang berharga bagi mereka mengalir keluar dari sana." - Kakek Namiya

Kakek Namiya yang bijak ini adalah manusia langka menurutku. Di zaman sekarang berapa banyak sih orang yang bersedia hadir dan mendengarkan keluh kesah orang lain, apalagi orang yang tidak dikenalnya? Lalu, berapa banyak juga yang bersedia memposisikan diri sebagai orang yang memiliki masalah sebelum akhirnya mengusulkan sebuah solusi? Secara tidak langsung, Kakek Namiya mengajarkan kita untuk lebih memahami kondisi dan perasaan orang lain. Dan surat-surat yang ditulis Kakek Namiya sebagai balasan pun memberi petunjuk tanpa ada kesan menggurui. Ah, aku jadi berangan-angan apa jadinya kalau Toko Kelontong Namiya ada di kehidupan sekarang, ya. Walau Kakek Namiya merasa senang bahwa sarannya bisa berguna bagi orang lain, menurutnya keinginan si penulis surat sendirilah yang menentukan jalan hidup mereka nantinya.

"Satu-satunya alasan nasihatku bisa membantu mereka tidak lain karena niat si pengirim surat sendiri. Seandainya mereka tidak berkeinginan menjalani hidup dengan baik dan tekun, mungkin jawaban apa pun yang kuberikan tidak akan ada gunanya bagi mereka." - Kakek Namiya 

Ajaibnya setelah Kakek Namiya meninggal, sesi konsultasi itu tetap berjalan setiap tanggal 13 September, yaitu tanggal Kakek Namiya meninggal. Nah, tiga pencuri tadi masuk ke toko kelontong itu tepat tanggal 13 September, jadi secara teknis mereka bisa dibilang sebagai "penerus" Kakek Namiya di hari itu. Menariknya lagi, setelah berkorespondensi dengan klien pertama mereka si Kelinci bulan, Shota dan Kohei enggan beranjak dari toko itu karena masih mau membalas surat-surat lain yang akan datang. Kohei bilang bahwa baru kali itu ia merasa senang karena hidupnya bisa berguna bagi orang lain. Kohei ini tuh pencuri tapi hatinya lembut sekali, sih πŸ₯ΊπŸ₯Ί

Aku suka dengan cara Keigo Higashino memperlihatkan karakter Atsuya, Shota, dan Kohei yang sangat bertolak belakang. Atsuya memiliki sisi realistis dan omongannya selalu masuk akal, mungkin karena itu ia menjadi pemimpin dari kelompok pencuri itu. Shota memiliki kemampuan untuk berpikir dengan kepala dingin dan sikapnya sopan, lalu kurasa ia adalah tipe orang yang optimis dalam memandang kehidupan. Sementara Kohei adalah orang yang paling lembut hatinya, sangat bertolak belakang dengan Atsuya yang suka emosian wkwkwk Tiga pencuri ini yang menurutku memiliki pengembangan karakter yang paling terlihat. Semua orang yang berkorespondensi dengan Toko Kelontong Namiya menjadi memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang hidup mereka setelah menerima balasan dari Kakek Namiya. Tapi, Atsuya, Shota, dan Kohei yang membalas surat-surat yang datang pun belajar bahwa hidup itu memiliki tantangannya sendiri bagi setiap orang dan di akhir cerita diketahui bahwa merekalah yang mengirim surat kosong kepada Kakek Namiya dan Kakek Namiya membalas surat mereka dari masa lalu.

"Jika semua orang yang mengirimkan surat pada saya diibaratkan seperti anak yabg tersesat, sering terjadi bahwa sebenarnya mereka memiliki peta, hanya saja mereka menolak melihatnya. Atau ada juga yang tidak mengetahui di mana posisi mereka sekarang. Namun, Anda jelas berbeda. Karena peta Anda masih berupa kertas kosong, Anda jadi bebas menggambar apa saja. Semuanya terserah pada Anda. Anda bebas melakukan apa saja karena kesempatan terbentang luas di hadapan Anda. Bagi saya ini adalah hal yang menakjubkan. Percayalah pada diri sendiri. Saya doakan semoga Anda bisa menjalani hidup dengan bebas tanpa penyesalan." - Kakek Namiya 

Kisah tiga pencuri yang tidak sengaja bersinggungan dengan keajaiban Toko Kelontong Namiya itu seolah memberi harapan bahwa setiap orang bisa kembali berjalan ke arah yang benar walaupun sebelumnya melakukan kesalahan. Apalagi tiga pencuri itu pada dasarnya orang baik, mereka bahkan berniat utuk menyerahkan diri ke polisi. Jadi kurasa kehidupan yang baik pun akan menanti mereka di ujung jalan sana πŸ™‚πŸ™‚

Buku 400 halaman ini terdiri dari 5 bab yang masing-masing babnya menceritakan kisah dari orang-orang yang berbeda. Aku pikir setiap bab menceritakan kisah yang benar-benar berbeda tapi semakin lama membaca aku mendapati ada benang merah yang terjalin satu demi satu melalui para tokoh dan juga kehidupan masa lalu mereka. Kehidupan mereka semua bermuara pada dua tempat yaitu Toko Kelontong Namiya dan tempat penampungan anak bernama Taman Marumitsu. Karena satu dan lain hal, kehidupan para tokoh dalam buku pernah saling bersinggungan di masa lalu yang membuatku selalu berkata, "ooh, jadi tokoh yang ini tuh si ini" setiap kali tiba pada cerita masa lalu seorang tokoh.

Aku merasa buku ini memberikan rasa hangat yang menjalar secara perlahan dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada cerita yang menimbulkan rasa hangat disertai kelegaan, ada yang menimbulkan rasa hangat disertai rasa sedih dan pilu, ada juga rasa hangat yang disertai rasa syukur. Buku ini membuatku lebih menyadai bahwa di dunia ini ada orang-orang yang sangat beragam dan orang-orang yang sangat beragam itu pun memiliki kisah hidup yang beragam pula.

Buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya ini adalah buku Keigo Higashino pertama yang aku baca. Dari sekian banyak buku Keigo Higashino yang sudah diterjemahkan, aku malah kepincut dengan bukunya yang paling berpotensi membuatku menangis, dan benar saja πŸ˜…πŸ˜…. Tapi selain itu, alasan lain aku membaca buku ini karena aku mau ikutan baca bareng Sofa Literasi yang diskusi bukunya baru saja diadakan siang ini. Ku pikir hanya buku-buku bertema misteri saja yang bakal seru banget untuk didiskusikan tapi ternyata buku dengan tema magical realism pun gak kalah seru untuk didiskusikan. Tadi aku banyak sekali mendengar impresi orang-orang tentang buku ini. Ada yang suka sekali dengan cerita Kosuke yang mengirim surat ke Toko Kelontong Namiya dengan nama Paul Lennon karena kisah keluarganya memang menarik sekali untuk diulik dan juga kecintaannya pada The Beatles pun memang membuat banyak orang sadar bahwa apa yang kita lihat seringkali berasal dari apa yang sebenarnya kita alami dan rasakan saat itu. Lalu, ada juga yang mengulik tentang peristiwa-peristiwa bersejarah yang disinggung dalam buku, seperti Olimpiade Moskow yang kemudian diboikot Jepang tahun 1980 dan masa-masa "gelembung ekonomi" di tahun 1980an yang membuat harga properti melonjak. Ada juga yang menyoroti 2 bab terakhir yang ceritanya terkesan kontras. Bab yang satu berkisah tentang orang tua yang bisnisnya terkena masalah lalu mengalami peristiwa lain yang membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dan bab lain yang seolah mengangkat kisah perjuangan tokohnya yang memiliki semangat untuk membalas budi orang-orang yang telah merawatnya sejak kecil.

Oiya, walau alurnya maju mundur dan tokoh-tokohnya banyak, aku tidak merasa kesulitan untuk mengikuti ceritanya karena rasanya tulisan Keigo Higashino ini mengalir sekali dan lagi terjemahannya pun enak sekali untuk dibaca. Pokoknya kalian harus membaca buku ini. 5 solid star untuk buku ini 🌟🌟🌟🌟🌟


Oiya (lagi), tadi waktu diskusi aku dapat trivia dari penerjemah buku ini, Mba Faira Ammadea, yang mengatakan bahwa di Korea Selatan buku ini sudah dicetak ke-100 kali dan di sana penerbitnya (kalau gak salah ingat) bekerja sama dengan kantor pos untuk membuka sesi konsultasi seperti yang ada di buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya. Aku menemukan artikel yang membahas hal itu di sini. Suratnya bukan dikirimkan ke kantor pos deh, melainkan dimasukkan ke kotak surat yang merupakan hasil kolaborasi dengan Ongi Postbox yang tersebar di 5 lokasi, yaitu Gangnam, Gwanghwamun, Yeongdeungpo, Jamsil, dan Incheon. Para sukarelawan yang ikut serta dalam projek itulah yang bertugas sebagai Kakek Namiya di dunia nyata. Lalu, ada satu surat yang datang dari seorang wanita yang kehilangan ibunya sesaat sebelum ia menikah dan ia berada dalam kedukaan yang mendalam. Wanita itu berkata bahwa ia ingin menerima surat yang ditulis ibunya sebelum ia menikah. Maka, salah seorang sukarelawan yang umurnya sekitar ibu wanita itu pun bersedia menulis surat untuknya. Aduuh.. membaca berita itu aja rasanya hatiku ikut terenyuh.. >.< Menarik banget ya inisiatif dari penerbitnya..

Comments

Popular Posts