Kok Gini-Gini Aja? 🤷🤷

Sekitar 2-3 tahun lalu, aku pernah bertanya pada temanku. "Kok gue kerja gini gini aja, ya? Kok hidup gue gini gini aja, ya?" Pertanyaan retorik sebenarnya, pertanyaan yang gak perlu jawaban. At least aku gak perlu jawabannya saat itu. Tapi temanku menjawab, "ya memangnya mau ngapain kalo gak gini-gini aja?" Jawaban yang malah bikin aku makin mikir.

Akhirnya percuma, sih. Karena jawaban atas pertanyaanku itu gak muncul saat itu juga, gak dikasih jawaban plek plek di depan mata yang bikin bola lampu di kepala langsung nyala, dan gak ada sinar surga yang tahu-tahu datang memberi secercah harapan. Gak gitu, sih. Pertanyaanku terjawab baru-baru ini, pelan-pelan, lewat clue yang kadang jelas kadang ambigu.

Jadi apa jawaban dari pertanyaan, "Kok gue kerja gini-gini gini aja, ya? Kok hidup gue gini-gini aja, ya?" Jawabannya gak gini gini aja, kok.

Selama hampir 3 bulan terakhir ini hampir semua aktivitas orang-orang melambat, semua orang berada dalam pace yang gak pernah mereka bayangkan sebelumnya, termasuk aku. Tapi, waktu yang melambat ini malah bikin aku lebih sering bercengkrama dengan diriku sendiri, lebih sering melihat dan memperhatikan diriku sendiri, lebih sering bertanya, "aku nih maunya apa, sih?"

Dan mengingat pertanyaan yang ku tanyakan pada temanku itu, sebenarnya pertanyaan itu aku tanyakan atas dasar apa, sih? Kenapa aku bisa merasa hidupku gini-gini aja? Ternyata tanpa sadar aku menambahkan embel-embel yang tak aku suarakan.

"Kok hidup gue gini-gini aja, ya? Dibanding Si A yang udah bisa ini itu ina, dibanding Si B yang udah punya ini itu ina."

Aku merasa hidup aku gini-gini gini aja karena aku membandingkan pencapaianku dengan Si A Si B. Aku jadi merasa gak punya apa-apa, aku jadi merasa ya gini gini aja hidupku. 🤷🤷

Padahal aslinya gak gini-gini gini aja. Kalau aku mau melihat lebih dekat.

Dulu aku pernah menulis tentang menilik rumput tetangga yang lebih hijau, padahal rumput sendiri gak disiram. Kalo dalam kasus sekarang ini, aku mulai menyirami rumputku sendiri tapi masih melirik-lirik rumput tetangga. Hasilnya, ya ada aja kurangnya. Rumputku kurang baguslah, kurang tinggilah, kurang mengkilaplah, kurang ini itu ina. Ujung-ujungnya balik lagi ke pemikiran bahwa hidupku ya gini-gini gini aja.

Aslinya ada perubahan yang terjadi dari sebelum dan sesudah aku menyirami rumputku. Misalnya dulu itu rumputku gersang dan kering, sekarang sudah mulai tumbuh sedikit-sedikit hijaunya dan lebih rapi. Artinya gak gini-gini gini aja, kan?

Saat aku menelaah ke belakang pun, aku malah bertanya-tanya kenapa aku berpikir begitu. Aku lihat selama tahun 2020 yang sudah berjalan setengah ini sudah banyak hal yang mulai aku lakukan. Kondisi keuanganku mulai membaik, kondisi mentalku mulai membaik, aku cukup tahu bagaimana caranya menghandle emosiku (walau masih sering juga loss temper, sih. Tapi, gak ampe ada hp melayang lagi, kok 🙈🙈), lalu aku juga mulai menambah skill dibidang yang aku inginkan. Hidupku gak gini-gini gini aja, kok.

Kenapa aku berpikir hidupku gini-gini gini aja, ya? Hmm Mungkin karena aku terus-terusan membandingkan rumputku dengan rumput tetangga, mungkin karena aku gak mau melihat hidupku sendiri dengan lebih dekat, atau mungkin aku kurang banyak bercengkrama dengan diriku sendiri. Apa pun itu, yang jelas aku tahu sekarang kalau hidupku gak pernah gini-gini gini aja. Dan aku rasa gak ada juga orang yang hidupnya gini-gini gini aja, bisa jadi mereka mengalami hal sepertiku juga.

Comments

  1. sebenernya lirik rumput tetangga boleh-boleh aja si kalo dari kacamata gw. Tapi motivasinya dibikin gini "mereka bisa begitu, gw juga bisa kok" jadi terpacu untuk semakin lebih baik hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, pik. melirik boleh, membandingkan jangan. hehe

      Delete

Post a Comment

Popular Posts