[Virtual Workshop] Bahasa Isyarat Indonesia

Selama "musim" di rumah aja, aku merasa harus tetap sibuk. Bukan. Maksudnya bukan merasa harus produktif atau harus bisa melakukan suatu hal baru setelah nanti bisa keluar melihat peradaban. Bukan itu. Tapi, memang aku mengenal diriku sendiri sebagai orang yang gampang sakit kalau gak ngapa-ngapain atau bahkan merasa bosan. Aneh, kan? Nah, makanya di rumah pun aku berusaha menyibukkan diri, selain kerja tentunya. Aku lebih banyak melakukan hobiku seperti menulis, membuat bullet journal, menggambar, dan nonton drakor. Lalu, aku berpikir-pikir mau mencoba hal baru seperti ikut online class atau online workshop. Waktu aku lihat-lihat Instagram aku menemukan post dari jalin.mimpi yang mengumumkan jadwal virtual workshop yang mereka selenggarakan di bulan April ini. Aku memutuskan untuk mengikuti virtual workshop Bahasa Isyarat.

Dari dulu (entah dari kapan tepatnya), aku merasa bahwa bahasa isyarat itu charming dengan cara yang sulit dideskripsikan. Saat aku menonton drama korea yang menggunakan bahasa isyarat (seperti My Mister), lalu melihat Paul Kim saat ia mengintepretasikan salah satu lagunya dengan Bahasa Isyarat, atau melihat intepreter bahasa isyarat di TV saat nonton berita, aku merasa mereka yang mengintepretasikan bahasa isyarat tidak hanya berbicara tapi juga bercerita dan berekspresi. Aku melihat mereka tidak menyampaikan sesuatu kata per kata tetapi menyampaikan keseluruhan cerita dari gerakan tangan dan ekspresi wajah. Maka dari itu aku ingin mempelajari lebih jauh tentang Bahasa Isyarat ini.

Workshop yang aku ikuti diadakan hari rabu, tanggal 8 April kemarin, jam 7 malam. (Iya, udah lebih hampir dua minggu yang lalu dan aku lupa terus buat bahas ini wkwkwk). Aku pikir pas juga waktunya setelah jam kerja aku selesai, walau sebenarnya ternyata ada kerjaan yang belum selesai jadi aku ikut workshop sambil kerja. Hiks. (Untungnya) sekitar 15-20 menit pertama baru pengenalan tentang Jalin Mimpi dan visi misi mereka terkait dengan Bahasa Isyarat.

Visi dan misi mereka dalam mengadakan workshop Bahasa Isyarat ini adalah untuk meningkatkan interaksi antara orang dengar dan orang tuli. Untuk memenuhi visi dan misi itu, Jalin Mimpi berkolaborasi dengan Fantasi Tuli, Handai Tuli, Pusat Bahasa Indonesia (PUBISINDO), Gerkatin, dan Laboratoriun Riset Bahasa Isyarat Departemen Linguisitik FIB UI.

Bahasa Isyarat seringkali dianggap sebagai bahasa yang digunakan oleh orang tuli untuk berkomunikasi sehari-hari. Tapi, ternyata gak semua orang tuli mahir Bahasa Isyarat, apalagi yang berada di daerah-daerah. Bahasa Isyarat pun ternyata gak universal, loh. Sama aja kayak bahasa yang ada di dunia, orang-orang menggunakan bahasa yang berbeda-beda untuk berkomunikasi. Bahasa Isyarat di Asia, termasuk Indonesia biasanya menggunakan 2 tangan, sementara Bahasa Isyarat di Amerika menggunakan satu tangan aja. Lalu, di Indonesia sendiri ada 6 Bahasa Isyarat yang berbeda. Ada Bahasa Isyarat Jakarta, Bahasa Isyarat Yogyakarta, Bahasa Isyarat Kolok, Bahasa Isyarat Bali, Bahasa Isyarat Makassar, dan Bahasa Isyarat Pare-pare. Ibaratnya sama aja kayak bahasa daerah yang beragam. Terdengar sulit ya kalau begini ceritanya. Hmm

Also read: Storytelling With Kak W

Nah, di virtual workshop ini, aku dan teman-teman lain (yang jelas tidak aku kenal) diajari perkenalan Bahasa Isyarat, mulai dari abjad, cara berkenalan, dan beberapa Bahasa Isyarat Ikonis. Berikut ini adalah beberapa hal yang aku dapatkan dari virtual workshop ini. 




Lalu, Bahasa Isyarat Ikonis itu apa, sih? Bahasa Isyarat Ikonis adalah Bahasa Isyarat yang gerakannya menjelaskan hal yang mau kita katakan. Misalnya kita mau bilang gelas, maka Bahasa Isyaratnya adalah tangan yang memegang gelas. Saat kita mau bilang membaca buku, maka Bahasa Isyaratnya adalah gerakan membolak-balik buku. Dan sebagian besar Bahasa Isyarat yang digunakan adalah Bahasa Isyarat Ikonis.

Sebenarnya apa sih manfaat yang akan kita dapatkan setelah kita mahir berbahasa isyarat? Selain bisa berkomunikasi dengan orang tuli tentunya. Ternyata belajar Bahasa Isyarat bisa membantu mengembangkan otak kiri dan kanan, Bahasa Isyarat bisa membuat orang lebih ekspresif, dan Bahasa Isyarat bisa digunakan dalam jarak jauh dan dalam air karena fokusnya pada indra penglihatan.

Selain pembelajaran singkat tentang Bahasa Isyarat, kegiatan dalam virtual workshop ini adalah berkenalan dengan teman-teman lainnya menggunakan bahasa isyarat. FYI, virtual workshop ini diadakan melalui zoom, jadi koodinator workshopnya membagi kami dalam beberapa grup kecil yang isinya 3-4 orang. Kami dibuatkan "ruang" sendiri untuk berinteraksi selama beberapa menit. Hmm untukku pribadi interaksi tersebut terasa canggung, apalagi kami berkenalan dengan Bahasa Isyarat yang terbata-bata.

Setelah perkenalan singkat dengan sesama peserta workshop, kami kembali ke "ruang" besar untuk bercerita dan memberikan kesan pesan. Ada satu orang peserta yang mengatakan bahwa ia sudah mengikuti workshop ini 3x secara offline dan waktu workshopnya panjang jadi lebih banyak penjelasan tentang Bahasa Isyarat yang didapat dan interaksi antar peserta pun lebih lama dan gak terlalu canggung. Aku cukup setuju dengan omongannya itu, walau aku belum pernah ikut workshop ini sebelumnya. Tapi, aku merasa kalau workshop ini lebih cocok diadalan secara offline karena penyampaiannya pasti lebih jelas lebih banyak dan pertanyaan yang diajukan pun bisa jadi lebih variatif kalau bertatapan langsung. Barangkali aku akan ikut sesi ini lagi nanti setelah kita semua sudah bisa jalan-jalan keluar, ya.

Kalau kalian juga tertarik dengan Bahasa Isyarat, kalian bisa lihat-lihat di Instagram karena ada beberapa account yang membagikan informasi tentang Bahasa Isyarat, seperti suryasahetapy dan KOPTUL yang merupakan kedai kopi yang mempekerjakan staff tuna rungu.

Comments

Popular Posts