Something In The Rain (Pretty Noona Who Buys Me Food) - Review

Belum lama ini aku kembali tergila-gila dengan drama korea. Apalagi kalau bukan Crash Landing on You yang sungguh booming itu. Wkwkwkwk Tapi, kali ini aku gak mau bahas itu. Mungkin lain kali, ya. Yang mau aku bahas adalah drama Something in the Rain atau yang juga dikenal dengan judul Pretty Noona Who Buys Me Food. Drama korea yang dibintangi oleh Son Ye Jin (yang juga membintangi Crash Landing on You) dan Jung Hae In.

Kenapa aku kok malah bahasnya drama ini, padahal kan yang lagi ngehype itu CLOY? Memang sih drama ini tuh drama tahun 2018 dan dari sisi sinopsis terkesan biasa aja, tapi ternyata begitu diikuti, ceritanya menarik juga. Jung Hae In nya juga menarik, sih. Wkwkwk

hellokpop.com

Singkat cerita, drama ini bercerita tentang kehidupan yang sungguh complicated. Premis utamanya adalah Yoon Jin A, seorang anak perempuan dari keluarga yang lumayan, yang menjalin hubungan percintaan dengan adik dari sahabatnya sendiri, Seo Jun Hee. Sebenarnya, hubungan mereka ini gak akan jadi konflik, kalau ternyata Seo Jun Hee dan kakaknya, Seo Gyeong Seon, tidak memiliki hubungan apa-apa dengan keluarganya Jin A. Sayangnya hubungan mereka sudah seperti hubungan keluarga. Jadi, orang tua Gyeong Seon dan Jun Hee adalah teman dekat orang tuanya Jin A dari dulu. Bisa dibilang, mereka telah bersahabat selama dua generasi. Tapi, orang tuanya Gyeong Seon dan Jun Hee berpisah. Ibu mereka akhirnya meninggal dan ayah mereka pun menikah lagi sampai 3x, meninggalkan anak-anaknya sendirian. Akhirnya Gyeong Seon dan Jun Hee sudah dianggap anak sendiri sama orang tuanya Jin A.

Jadi, hubungan Jin A dan Jun Hee, selain memang banyak orang yang merasa tidak wajar karena ceweknya lebih tua, hubungan mereka pun membawa beban moral karena kedekatan mereka yang sebenarnya sudah seperti keluarga.

Gyeong Seon dan Seung Ho, adik Jin A, jelas gak setuju pada awalnya karena hubungan kekeluargaan mereka. Walau akhirnya mereka jauh lebih mudah diyakinkan daripada orang tua Jin A yang terang-terangan menolak, terutama mamanya Jin A, yang selalu mengharapkan Jin A mendapatkan pasangan dengan background keluarga yang bagus dan memiliki pekerjaan yang mapan.

Lambat laun, aku merasa cerita dalam drama ini sungguhlah dekat dengan real life. Perihal orang tua yang punya standar sendiri untuk kehidupan anak mereka, lalu ada juga konflik dalam dunia kerja tentang kesenjangan gender sampai pelecehan seksual yang dianggap wajar. Semua konflik itu menyergap Jin A dalam suatu waktu, datangnya keroyokan, sampai aku yang nonton pun merasa frustasi sendiri. Tapi, kehidupan kan suka begitu, ya. Kalo ada masalah datangnya keroyokan. Duh.

Pertama, konflik keluarga yang sungguh bikin aku geregetan. Pelaku utamanya adalah mamanya Jin A yang melarang Jin A pacaran dengan Jun Hee dengan alasan keluarga. Padahal mah gak gitu. Mamanya Jin A punya standar sendiri untuk anak-anaknya, seperti yang sudah aku bilang sebelumnya. Mamanya mau Jin A mendapatkan pasangan yang background keluarganya bagus, yang pendidikannya bagus, yang pekerjaannya mapan. Gak salah sih memang, orang tua seringkali menganggap standar seperti itu adalah standar terbaik untuk anak-anaknya dan anak dari anak-anaknya kelak. Yang salah adalah ketika standar seperti itu benar-benar dijadikan patokan mutlak dan sama sekali gak memperhatikan attitude dari orang yang jadi pasangan anaknya.

Cerita awalnya Jin A pacaran dengan cowok yang memenuhi standar orang tuanya, tapi ternyata cowok itu selingkuh, sikapnya kayak anak kecil, dan egoisnya tinggi banget. Buat apa gitu background keluarga bagus, pendidikan bagus, pekerjaan mapan, tapi orangnya brengsek. Hmm Sayangnya, mamanya Jin A adalah tipikal mama-mama menyebalkan pada umumnya. Yang nyalahin Jin A kurang perhatian lah, kurang sayang lah, kurang bisa jadi pacar yang baik lah, maka cowoknya selingkuh. Yaelah, ibu, kalo cowok udah brengsek mah brengsek aja. Kan emosi saya jadinya. 🤬🤬 "Lagian orang tua mana coba yang malah nyalahin anaknya kalau ternyata cowoknya brengsek." Aku mau ngomong gitu, sih. Tapi, sayangnya kan di kehidupan nyata banyak orang tua yang begitu, kan.

Orang tua yang saklek sama standarnya sendiri banyak. Orang tua yang nganggap anaknya salah mulu, banyak. Kata siapa jadi anak tuh gampang. ☹️☹️

Karena hal itu jugalah mamanya Jin A mati-matian minta Jun Hee putus sama Jin A. "You doesn't meet my standard." Background keluarganya Jun Hee memang kesannya cukup berantakan, apalagi papanya menikah lagi sampai 3x, lalu dari sisi pekerjaan pun Jun Hee belum bisa dibilang matang walau jelas dia sangat diandalkan oleh perusahaannya dan sampai diutus untuk mengurus projek ke Amerika. Tapi walau begitu, dari sisi attitude, Jun Hee itu sekelas dengan gentleman dan sebenarnya ia tak perlu membuktikan semua itu karena faktanya orang tua Jin A sudah mengenal dia dari kecil. Tapi tetep aja mamanya Jin A saklek dengan standardnya yang seolah udah jadi pedoman hidup.

"Kamu tuh gak pantas sama anak saya."
"Kamu tuh bukan dokter, gak pantas sama anak saya."
"Kamu tuh gak S2, gak pantas sama anak saya."
Deelel, deelel

Sering denger kalimat semacam itu juga kan di real life. Ini agak curcol sih sebenarnya, tapi aku rasa kenyataannya memang banyak juga yang kehidupannya kayak drama korea begitu. Aku kadang jadi bertanya-tanya, sih. Sebenarnya, drama korea yang terinspirasi dari kisah nyataatau kisah nyata yang terinspirasi dari drama korea, sih. Walau aku gak sampai ditabok pake duit trus disuruh pergi, sih. 😂😂

Hal yang sudah lama aku pikirkan adalah bahwa status 'orang tua' menjadikan orang tua merasa memiliki kendali penuh atas kehidupan anaknya. Ada orang tua selalu menganggap dirinya paling benar, ada orang tua yang membenarkan segala tindakannya dan malah menerapkan double standard yang minta didebat, ada orang tua yang selalu bersembunyi dalam kalimat 'yang aku lakukan ini untuk kebaikanmu' untuk membuat anaknya nurut sama semua prinsip yang dia punya. Hal-hal seperti itu malah membuat orang tua melewati batasnya sebagai orang tua. Ini menurutku loh, ya. Benar memang orang tua itu yang ngelahirin, mendidik, dan membesarkan anaknya. Benar memang orang tua itu sudah lebih banyak makan asam garam kehidupan dibandingkan anaknya. Tapi, bukan berarti orang tua bisa mengatur kehidupan anaknya seperti boneka, bukan berarti standar 'terbaik'nya orang tua itu benar-benar terbaik untuk anaknya. Dan yang terutama, standar kebahagiaan orang tua belum tentu sama dengan standar kebahagiaan anaknya.

Ada satu scene di mana papanya Jin A memberitahu pemikirannya tentang menjadi oranh tua. "Parents are coward. So, they all want their children to take the safe road. They feel uneasy and anxious when their children take risks." Sebuah pengakuan yang sangat jujur menurutku, ya. Walau pengakuan ini datangnya hanya dari drama. 😂😂

Dalam drama ini diceritakan bahwa Jin A berusaha memerankan semua peran yang ia miliki dengan baik. Ia berusaha menjadi pacar yang baik untuk Jun Hee, menjadi sahabat yang baik untuk Gyeong Seon, dan menjadi anak yang baik untuk orang tuanya. Walau jelas menjalani peran-peran itu sama sekali gak mudah dalam kondisi yang seperti itu. Kalau dia terus-terusan membela pacarnya dan sahabatnya, mamanya akan menganggap dia durhaka dan mamanya frustasi sendiri. Kalau dia nurutin apa kata mamanya, berarti dia harus mencampakkan pacarnya dan membenarkan tindakan mamanya yang merendahkan Gyeong Seon dan Jun Hee. Kondisi yang serba salah itu sungguh membuatku frustasi pas nonton drama ini.

Lalu, ada juga drama di dunia kerja tentang kesetaraan gender dan pelecehan seksual di tempat kerja yang dianggap wajar. Perempuan kerap diberikan beban kerja yang lebih banyak dari laki-laki tanpa diberikan apresiasi yang sesuai dengan pencapaian mereka. Kadangkala perempuan dijadikan sebagai penghibur disaat acara makan-makan perusahaan yang berujung pada pelecehan seksual yang terselubung yang seringkali berusahan ditutup-tutupi oleh pelaku dan dianggap angin lalu oleh korban yang takut karirnya terancam, apalagi nyari kerja tuh susah. Konflik ini mengingatkanku pada cerita dalam novel Kim Ji Yeong - Born in 1982 yang membahas tentang isu patriarki dari segala aspek kehidupan masyarakat yang mengesampingkan hak-hak wanita. Nanti kapan-kapan aku bahas, ya. Wkwkwk

Tapi, sebenarnya aku cukup suka dengan karakter Jin A yang gak seperti cewek-cewek dalam drama korea pada umumnya. Biasanya kan karakter dalam drama digambarkan dengan jelas sisi kuat dan lemahnya apa. Kalau Jin A ini digambarkan penuh pertimbangan dan kegalauan. Ia tau apa yang ia mau, dan begitu ia melangkah maka ia akan terus melangkah maju. Tapi, konflik yang dialaminya seolah menjadikannya sebagai orang yang labil dan serba salah, tambahan lagi Jin A memiliki sifat yang gak enakan dengan orang lain kadang malah membawanya pada masalah baru. Sifat-sifatnya ini malah membuatnya terlihat manusiawi menurutku.


Karakter Jun Hee pun mencuri perhatianku. Selain karena yang memerankan Jun Hee adalah Jung Hae In yang senyumnya bikin hati meleleh 🤭🤭, Jun Hee digambarkan memiliki karakter yang termasuk langka menurutku. Sosok laki-laki yang tabiatnya lurus-lurus aja, bisa menempatkan diri, care pada orang-orang di sekitarnya, dan gak kekanak-kanakan walau kadang kala emosional, tapi lebih sering berkepala dingin. Dan seperti Jin A, Jun Hee juga penuh pertimbangan dalam melakukan sesuatu, berusaha agar gak ada seorangpun yang tersakiti walau sebenarnya dia gak baik-baik aja. Sosok lelaki yang sepertinya tidak fana tapi sungguh langka kalau dicari di dunia nyata. 😂😂


Awalnya aku nonton ini karena habis nonton Son Ye Jin di CLOY, kan. Aku penasaran dengan dramanya yang lain bagaimana. Dan menurutku, aktor yang hebat itu adalah aktor yang bisa membuat penonton merasakan emosi yang ditunjukkan dalam drama dan gak attach sama perannya di drama yang lain. Son Ye Jin dan Jung Hae In memenuhi definisi hebat itu. Mereka bahkan membuat semua hal dalam drama itu terasa natural. Dari hal-hal besar yang dinotice penonton sampai hal-hal kecil macam gesture tubuh dan tatapan mata. Chemistry mereka kuat banget dan benar-benar membangun suasana love is in the air, dan menjelaskan cinta yang murni tanpa banyak kata. Beberapa episode pertama aku jadi merasa lagi ngintip keseharian orang yang pacaran, sih. 😂😂


Son Ye Jin memang sudah termasuk ke dalam jajaran artis veteran yang sudah memulai debutnya sejak tahun 1999 dan sebagian besar dramanya bertema melodrama, jadi kemampuan aktingnyaudah gak perlu diragukan lagi lah, ya. Tapi, fakta bahwa drama ini adalah debut Jung Hae In sebagai pemeran utama membuatku memberikan tepuk tangan yang meriah untuk aktor yang wajah dan umurnya gak sejalan itu. Drama ini juga membawa Jung Hae In memenangkan beberapa nominasi seperti Excellence Award Actor in Miniseries, K-Star Award, Popularity Award, dan Hallyu Artist Award. Drama ini juga membuat dirinya semakin mengembangkan sayapnya sebagai aktor yang patut dipertimbangkan.

Aku jadi nyari-nyari video tentang Jung Hae In di Youtube dan dia mengaku gak sering datang ke TV show atau reality show gitu karena dia orangnya terlalu serius dan pemalu. Tapi, justru lucu banget ngeliatnya ada di variety show karena gesture tubuhnya dan kekikukannya yang akhirnya jadi bahan ledekan orang-orang. 😂😂

Drama ini juga memiliki rating yang lumayan bagus sih menurut standar TV Korea. Rating tertingginya 8.3% di episode 14 dan drama ini berhasil memenangkan beberapa nominasi seperti Excellence Award for Korean Drama di 13th Seoul International Drama Awards, Presidential Commendation di Korea Contents Awards, dan Best Drama Series di 23rd Asian Television Awards.

Btw, drama ini happy ending, sih. Tapi, menurutku anti klimaks karena kurang gereget endingnya dan gak menjawab konflik yang sudah dibangun dari episode-episode sebelumnya. Hmm

Dan ini adalah drama pertama, sejauh yang aku tonton, yang gak menggunakan soundtrack dari lagu-lagu korea yang baru. Malahan menggunakan lagu-lagu barat tempo dulu macam Save The Last Dance nya Bruce Willis dan Stand by Your Man versi Carla Bruni yang pertama kali digaungkan oleh Tammy Wynette tahun 1969. Tapi, lagu-lagu itu malah menjadikan drama ini autentik dan lebih romantis dari drama romantis pada umumnya sih menurutku.

Kalau kalian mencari drama yang ringan namun berbobot, aku merekomendasikan drama ini untuk mengisi waktu luang kalian. Dan coba nikmati cerita yang terkesan biasa aja ini tapi dikemas dalam drama yang mungkin akan bikin kalian mesem-messm sendiri atau mungkin akan mengaduk-aduk emosi kalian, seperti yang aku rasakan. 😂😂

P.S: Untuk review drama korea lainnya bisa kalian baca di sini.

Comments

  1. Review yang bagus. Akhirnya ada yang bisa melihat nilai-nilai drama ini dari sisi karakter daripada kisah cinta yang dianggap konflik utama. Penggambaran karakter Jin A sesuai dengan yang aku pikir. Dan aku setuju ending mereka berdua kurang greget, tapi aku suka ending konflik pelecehan di kantor. Bukannya ada penyelesaian yang pasti tapi malah Jin A dipindah (apa ya udah lupa istilahnya haha yang jelas ditempatkan dikerjaan nggak enak, intinya nggak promosi), kaya nunjukin aja realita pelecehan seksual itu kasusnya akan dilupakan tanpa penyelesaian. TMI aku suka konflik dimana mereka putus, yang menurutku memperlihatkan gimana level umur juga menentukan pengambilan keputusan. Joon Hee ngajak Jin A untuk ikut dia ke Amerika semacam he's got nothing to lose. Dan aku suka Jin A yang menolak karena dia tau jelas punya banyak pertimbangan dan disitu dia berhasil untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri (padahal dia emang orangnya banyak galaunya, tapi setelah menjalani hubungan "dewasa" dengan Joon Hee dia juga tanpa sadar tumbuh jadi orang yang lebih matang). Anyway, loved it.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah makasih ya udah baca sampai habis :D
      Iya betul, konflik di kantor tuh kayak nunjukkin realitanya gmn. Mau ngelawan tapi gak punya power. Bisa sih kalau yang lain mau mendukung juga apalagi yang pernah jadi korban pelecehan terselubung juga, tapi kenyataannya sulit karena banyak yang takut karirnya mandek atau bahkan dipecat. Dan yah begitulah adanya di dunia nyata..

      Iya, setuju. Joon Hee tipe yang lebih optimis gitu dan makin ke belakang agak cenderung gak peduli kata orang tapi Jin A tipe yang mikir ini itu ina dulu yang somehow bikin orang geregetan tapi begitu dipikir panjang dia akhirnya bisa ngambil keputusan yang dia rasa benar tanpa menyakiti salah satu pihak, apalagi mamanya perlu dimediasi sedemikian rupa ckck Drama ini tuh kayak nunjukkin hubungan yang gak sempurna tapi bisa diusahakan gitu sih mennurutku and it always takes 2 to tango, gak bisa salah satu pihak aja yang mengusahakan..

      Delete

Post a Comment

Popular Posts