Seandainya Kelahiran Kembali Itu Ada

"Kalau seandainya kelahiran kembali itu ada, kamu mau terlahir sebagai apa?"
Pertanyaan randomku sore itu membuat keningmu mengernyit dalam. Tapi sedetik kemudian ekspresi heranmu terganti dengan senyum yang tampak menenangkan seperti biasa. Kau mengalihkan pandangan, memandang langit cerah yang mulai tampak kemerahan. Tanda bahwa Sang Surya sebentar lagi akan melambaikan tangannya.

"Aku ingin menjadi laut." Kali ini gantian keningku yang mengernyit heran. Aku tahu pasti bahwa kau tahu apa fakta yang aku tahu. Fakta bahwa laut bukanlah mahkluk hidup dan fakta bahwa air laut akan menguap menjadi awan yang kemudian akan menurunkan hujan yang kembali bermuara ke laut.

Tapi, tatapan matamu yang menerawang membuatku mengurungkan niat untuk berdebat. Tanpa sadar kakiku yang terjuntai di teras tempat kita duduk pun bergoyang-goyang, menanti kelanjutan jawabanmu.

"Laut adalah satu-satunya hal yang membuatku merasa bebas. Bebas untuk beriak ke mana saja aku mau, bebas melantunkan simfoni alam dalam debur yang menenangkan, bebas terbentang tanpa batas. Laut adalah satu-satunya hal yang membuatku iri." Kau lalu memejamkan mata, menikmati semua khayalmu tentang laut yang katamu begitu bebas dan menenangkan.

Dan menurutku, sore itu terasa lebih sejuk dari biasanya. Langit cerah kemerahan, semilir angin yang bertiup, kau yang berangan-angan dengan begitu tentram. Lalu, sayup-sayup ku dengar debur ombak dari laut yang sedang kau khayalkan.

Aku pun ikut memejamkan mata, membayangkan laut yang sama. Debur ombak semakin jelas ku dengar, bau laut yang khas, dan pasir pantai yang terasa halus menyentuh kulit. Sedetik kemudian senyum lebarku merekah. Pertanda bahwa aku membenarkan perkataanmu.

Comments

Popular Posts