Cerita Random Bersama Orang Random

Tiba-tiba saja aku teringat pada kejadian beberapa tahun lalu, yang menurutku lucu dan random. Saat itu aku pulang dari kantor bersama temanku menggunakan busway. Sore itu seperti biasa, busway dipadati oleh sekian banyak orang yang sebagian besar mau pulang ke rumah. Saat busway koridor 1 yang merupakan ruteku pulang datang, aku dan temanku merangsek masuk bersama dengan kerumunan orang yang sungguh tidak sabar mau masuk busway sambil dorong-dorongan. Seperti biasa juga, suara petugas busway yang berdiri di ambang pintu berteriak-teriak mengingatkan untuk mendahulukan orang yang akan keluar dari busway dan tidak saling dorong. Tentu saja himbauannya itu tidak terlalu berefek pada sebagian besar orang yang sudah sangat ingin pulang dan dengan keras kepala tetap melakukan aksi dorong-dorongan.

Kadang, aku merasa prihatin dengan petugas busway yang setiap hari harus mengalami kejadian itu. Apalagi saat memasuki jam-jam padat seperti jam pulang kantor. Mungkin setiap pulang ke rumah dia harus berendam air hangat atau minum teh sebelum tidur untuk membuat rileks otot-ototnya yang dipakai untuk menenangkan sekian banyak penumpang semi anarkis seharian.

Dan sore itu, setelah berhasil masuk ke dalam busway, tentu saja aku dan temanku tidak kebagian tempat duduk. Kami berhasil mencari pegangan di dekat pintu busway satunya lagi yang tidak terbuka. Setidaknya menurutku tempat itu adalah tempat yang cukup nyaman untuk berdiri disaat jam-jam pulang kantor. Tidak terbawa arus orang-orang yang mau keluar masuk adalah salah satu alasannya.

Aku dan temanku berusaha menikmati perjalanan singkat itu sambil mengobrol. Tahu-tahu, seorang perempuan yang berdiri di sebelahku ikut nimbrung pembicaraan kami. Perawakannya masih muda, tidak terlalu tinggi, tidak gemuk, tidak kurus. Rambutnya sebahu, penampilannya cukup rapi, dan saat itu ia menenteng tas yang cukup besar di bahu kirinya. Seperti perempuan-perempuan yang habis pulang kerja pada umumnya.

Aku lupa persisnya apa yang sedang aku dan temanku bicarakan tapi sepertinya kami membicarakan tentang pekerjaan, jadilah perempuan itu mengikuti pembicaraan kami dengan gaya bicara yang menggebu-gebu. Singkat cerita, dia memperkenalkan dirinya sebagai HRD di salah satu perusahaan di daerah Sudirman. Aku lupa nama kantornya apa.

Perempuan itu terlihat sangat suka berbicara karena tahu-tahu dia sudah menjadi bintang utama dari acara bincang-bincang singkat kami sore itu. Aku dan temanku hanya bisa melempar pandangan heran bercampur ekspresi menahan tawa ketika perempuan itu tahu-tahu sudah asik bercerita tentang kehidupannya menjadi seorang kacung karyawan di kantornya.

"Jadi HRD tuh repot banget, ada lah karyawan yang minta alat tulis. Bentar-bentar minta pensil pulpen. Aku alat tulis modal sendiri, kok."

"Waktu itu bos aku rempong banget. Dia mau perdin tapi banyak mau. Udah ditawarin pesawat pagi maunya pesawat siang, trus maskapainya musti yang ini gak mau yang lain."

Mendengar ocehannya yang tak putus-putus itu, aku dan temanku hanya bisa menanggapi, "Oh ya?" "Hoo gitu toh." "Susah ya kerja, tuh." Dalam benakku, aku bertanya-tanya, apa perempuan itu bisa bernafas dengan benar kalau cara ngomongnya begitu menggebu-gebu dan gak putus-putus? Apalagi busway kan lagi ramai sama orang pulang kerja.

Perjalanan pulangku yang hanya sekitar 15-20 menit karena macet itu pun terasa lama sekali karena aku bertemu dengan perempuan itu. Begitu tiba di halte tujuan, aku dan temanku berpamitan pada perempuan itu, yang entah kenapa wajahnya tampak berseri-seri. Apa mungkin karena dia akhirnya 'menumpahkan' semua uneg-uneg yang selama ini dia pendam? Atau memangnya dia selalu senang berbicara panjang lebar? Entahlah. Yang jelas, begitu aku dan temanku menginjakkan kaki di halte dan busway yang kami tumpangi tadi kembali melaju, kami sontak tertawa terbahak-bahak.

"Random banget buset tau-tau curhat," kata temanku disela-sela tawanya.

Aku pun mau tak mau mengangguk setuju. Perempuan itu adalah definisi mutlak dari kata 'curcol'.

Sekian tahun berselang, dan saat aku ingat-ingat lagi kejadian random itu, aku malah tersenyum-senyum sendiri. Bukan karena merasa lucu, tapi merasa bahwa hidup itu benar-benar tidak bisa ditebak. Aku adalah orang yang pendiam dan tidak suka basa-basi apalagi sama orang yang tidak dikenal. Tapi, acara bincang-bincang singkat dengan perempuan random di busway waktu itu menjadi salah satu hal yang membuatku senang untuk bercengkrama dengan orang yang asing. Dan lagi, wajah yang sama yang tampak berseri-seri itu selalu aku temukan setiap kali aku habis berbincang dengan orang asing. Entah saat aku nonton orkestra, nonton Broadway, atau sedang kelayapan sendirian. Dan mungkin, kalau saat itu aku mengambil kaca aku akan mendapati wajahku menunjukkan ekspresi yang sama.

Comments

  1. wiiw ucul uga ya bisa gituuu..ikutan nimbung obrolan dan malah doi yang ngomong panjang lebar. Hahaha... Aku pernahnya dengerin percakapan dua orang yang pengen kerja di luar negeri gituu..Asik banget obrolannya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, terkocak, pik memang 😂😂
      Dengerin obrolan orang juga asik ya klo kebetulan menarik minat topiknya hehe

      Delete
    2. iyaa kalo menarik jadi dapet info baru juga gitu heeheh

      Delete

Post a Comment

Popular Posts