Simple Thing(s) Matters
Kadang aku merasa hidup itu lucu. Bisa seketika bikin kita hepi, bisa seketika bikin kita down; bisa seketika bikin kita merasa beruntung dan sangat bersyukur, bisa juga bikin kita seketika merasa kosong dan gak punya apa-apa. Dan sering kejadian di aku, such a contradiction feeling yang kata Wikipedia namanya 'Ambivalence'. Dalam kasusku, yang memegang andil atas perasaan-perasaan yang bertentangan itu adalah hal-hal kecil. Gak selalu sih, tapi hampir selalu. Sebenarnya bagus sekaligus gak bagus juga menurutku, karena aku jadi lebih aware dengan sekitarku, either in a good way or the bad way.
Bunga salah satu contohnya. Aku suka bunga, terutama bunga-bunga di tepi jalan. Aku bisa tiba-tiba senyum sendiri kalau lagi jalan ke kantor lalu ngeliat ada bunga kecil yang mencuat di antara semak belukar; atau saat hunting foto aku bisa berlama-lama jongkok di pinggir jalan, panas-panasan buat motret bunga. Bunga ini memiliki arti secara harafiah sekaligus filosofis bagiku. Secara harafiah bunga itu biasanya indah, cantik, menarik. Secara filosofis aku merasa kalau bunga ini merupakan analogi dari hal-hal kecil di sekitarku, hal-hal kecil yang jarang dinotice orang tapi menarik untuk ku telaah, hal-hal kecil yang menurut orang sepele tapi sangat berarti bagiku, hal-hal kecil yang sering dicuekin orang tapi nempel di otakku sampai berhari-hari. Dan 'bunga' juga menjadi analogi dari hal-hal kecil yang memegang peran dalam mempengaruhi mood dan perasaanku.
Aku merasa senang kalau ada orang yang bilang terima kasih padaku, aku merasa senang kalau ada orang yang menunjukkan bahwa dia care padaku, aku merasa senang saat ada orang yang memberikan sesuatu untukku. Walau orang itu juga berlaku hal yang sama pada orang lain, but simple gesture can makes my day and makes me smile a little bigger.
Jangan salah paham. Aku bukannya fakir ucapan terima kasih, atau orang yang haus kasih sayang, atau cuma merasa senang kalau dikasih sesuatu, kalau gak dikasih apa-apa malah gak senang. Bukan itu. Aku hanya menghargai semua hal yang dilakukan orang lain untukku, sekecil apapun itu, it always matter for me. Walau orang itu gak ngapa-ngapain pun they matter for me.
Lalu, karena aku senang dengan gesture dan pemberian sederhana, aku jadi mau berbagi pada orang lain. Aku berkomitmen untuk gak lupa bilang terima kasih pada siapapun yang membantuku atau memberi sesuatu atau apa pun itu even ke petugas busway. Dengan harapan ucapanku bisa membuat si petugas busway yang lelah bertugas seharian merasa lebih dihargai. Begitu pun dengan orang lain. Iya, kan. Kamu kalau mau berbuat baik untuk orang lain gak harus jadi Mother Theresia atau Mahatma Gandhi yang melakukan hal-hal besar, cukup lakukan hal-hal sederhana dengan tulus pun udah lebih dari cukup menurutku. Kalau ada orang yang bilang, 'orang kalau berbuat baik tuh pasti ada maunya', aku rasa dia melihatnya kurang dekat .
Aku gak mau memuji diriku sendiri, tapi aku mulai mengesampingkan pikiran bahwa saat aku melakukan sesuatu maka aku harus mendapatkan sesuatu. Aku kalau mau melakukan A ya lakukan aja, mau memberi B ya memberi aja. Karena aku mau bisa bilang, 'perasaan senang yang muncul karena memberi itu udah lebih dari cukup buat aku'. Walau jelas aku belum sepenuhnya mencapai titik itu.
Tapi ya, simple things really really matter for me. Seperti misalnya kemarin mood aku tau-tau berantakan karena temanku ngomongin kenaikan gaji dan bonus yang KATANYA gak seberapa. This overthinking fella langsung pikirannya ke mana-mana. Tau-tau aja udah mikir, 'ini hidup aku mau dibawa ke mana sih sebenernya? Kok gini-gini aja?' *loooh 😂😂
Tapi, hal-hal kecil juga bisa bikin moodku bagus, seperti analogi bunga yang aku jabarkan di atas. Misalnya hari ini aku merasa hepi. Kalau jumat memang biasanya merasa lebih hepi, sih. Tapi, hari ini aku merasakan akumulasi happiness atas kejadian-kejadian kecil hari ini. Aku bisa pergi ngantor dengan sweater Minnie Mouse (hepi loh saya, walau sebenarnya sweaternya macam baju tidur kalau dilihat-lihat wkwkwk); lalu makan siang enak bareng teman-teman dekat aku yang sekarang udah gak sekantor; dikasih banyak amunisi dari teman-temanku yang lain; lalu ngobrol panjang lewat chat sama temenku di kantor yang lama; lalu percakapan singkat namun berarti sama direktur aku yang bilang, "kamu suka pulang malem, ya? Jalan kaki pulangnya? Hati-hati ya di depan situ pernah ada accident orang dijambret kan dulu. Hati-hati, ya"; lalu pulang cepet sambil senyum-senyum dengerin lagu IU. Serangkaian kejadian sederhana yang bikin mood aku bagus kualitasnya.
Tadi aku liat ada postingan di Instagram, "Menurutmu, menemukan makna hidup yang bikin kita bahagia atau menemukan kebahagiaan yang bikin hidup bermakna?"
Hmm aku gak setuju sama dua duanya, sih. 🤔🤔 Kalau makna hidup yang dicari gak ketemu, lantas gak bahagia? Kalau hidupmu sedang gak bahagia, lantas gak bermakna? Ini seperti pertanyaan duluan mana ayam atau telur sih, ya. 🤔🤔
Tapi aku rasa, buat aku pribadi, narasi panjang lebarku dari atas itu udah cukup mewakili jawabanku atas pertanyaan itu. Aku gak memilih bahagia dulu atau makna hidup dulu. Aku memilih dua duanya melalui hal-hal kecil di sekitarku dan bagaimana cara aku bereaksi atas hal-hal kecil tersebut.
Gak harus mencari makna hidup yang susah-susah kalau mau bahagia, hal-hal sederhana bisa bikin aku hepi, kan. Gak harus merasa bahagia dulu agar hidupku jadi bermakna, hal-hal sederhana bisa membuat hariku terasa bermakna, kan. 😊😊
Comments
Post a Comment