Kalau Sekiranya Kamu Bertanya-Tanya Kenapa Kamu Kecewa

"Aku gak nyangka dia orangnya ternyata begitu"

"Aku gak tau kalo ternyata makin kesini makin gak cocok"

"Kok dia bisa-bisanya sih ngomong kayak gitu?"

Deelel, deelel

Kalau kamu kecewa sama orang lalu muncul pertanyaan-pertanyaan seperti itu di benakmu, aku rasa bukan orang yang membuatmu kecewa yang salah.

Tapi ekspektasimu.

"Kamu berubah"

Bukan orangnya yang berubah, tapi ekspektasimu yang menginginkan orang itu tetap sama.

Tapi kecewa itu muncul karena apa sih?

Karena orang lain melakukan hal yang kamu gak suka, karena orang lain melakukan hal-hal yang gak menyenangkanmu, karena orang lain malah berlaku diluar dugaanmu, karena pemikiran orang lain gak sejalan denganmu, atau apa?


Belum lama ini pertanyaan-pertanyaan seperti itu pun bergelayut dalam benakku. Pertemanan yang terjalin selama hampir 8 tahun runtuh begitu saja. Bukan runtuh secara mendadak sih sebenarnya. Tapi, ada serangkaian kejadian yang membuatku bertanya-tanya, "kok bisa sih dia begitu? Padahal udah kenal g berapa lama."

Satu hal yang aku lupakan, kenal lama bukan berarti MENGENAL satu sama lain. Temanku ternyata gak mengenal aku dengan menunjukkan kalimat yang menurutku bersifat judgemental. Aku pun ternyata sama, gak mengenal temanku, karena aku mempertanyakan, "kok bisa sih dia kayak gitu?" Tindakannya diluar ekspektasiku yang kemudian memunculkan rasa kecewa.

Aku pernah membahas kalau kegiatan 'memahami' itu sulit. Iya, yang udah kenal lama pun masih bisa salah paham, apalagi kalau masing-masing bergumul dengan ego sendiri, menganggap diri paling benar. Dan manusia cenderung melihat apa yang ingin mereka lihat, kan?

Aku juga pernah bertanya-tanya, kenapa kalau orang lain melakukan hal yang gak kita suka kita lebih bisa legowo, tapi kalau orang terdekat yang begitu kita bisa ngegas sampai merepet? Kenapa perkataan orang lain yang gak menyenangkan lebih gampang kita cuekin, tapi kalau orang terdekat yang begitu kita bisa sakit hati?

Jawabannya adalah ekspektasi.

Semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin tinggi pula ekspektasi yang kita bikin.

Comments

  1. Menurutku sih selain ekspektasi, komunikasi juga salah satu faktor supaya bisa meredam kesalah pahaman itu. Kan bisa kita omongin ke lawan kita kalau kita punya ekspektasi sekian sekian sekian. Si lawan jadi sadar terus juga mengutarakan ekspetasi dia kepada kita. Dengan gitu harusnya sih bisa akur ya. Terus ga ada muncul pertanyaan cem "Kok ternyata kamu begini??!"

    BTW, jangan sampai pertemanan lama itu runtuh begitu aja Mei. Mungkin kurang dikomunikasikan keinginan masing-masing jadi bikin perpecahan. Konflik itu pasti ada ketika kita dekat dengan orang lain. Tapi konflik itu bukan untuk dihindarin kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, kebanyakan 'ekspektasi' emang maju duluan sebelum 'komunikasi', kan. Makanya begitu gak sejalan malah kaget.

      Klo masalah kasus temen g sih udah g jelasin begimana pun tetep hasilnya alot, jd drpd g capek2 lagi ya g ngomong seadanya aja gitu.

      Thanks anw masukannya :D

      Delete
    2. Hahaha iya itu pasti. Karena kan ekspektasi adanya di pikiran kita. Kalo komunikasi kita harus utarin dulu ke lawannya.

      Waah semoga bisa kembali baik ya hubungannya. >.<

      Iya sama-sama Mei. ^^

      Delete

Post a Comment

Popular Posts