Gak Usah Dibaca!

Akhir-akhir ini aku merasa kalau aku sedang singgah beberapa lama di tempat yang namanya 'titik jenuh' terutama waktu kemarin pas kerjaan terasa gak habis-habis. Iya, dampaknya ke blog ini, berdebu sudah 2 bulan lebih dianggurin, kan. Ahahahahahaha Ya moon maap sahaja. Kegiatan aku kemarin itu cuma kerja-pulang-tidur-lelah, repeat. Hmm bukannya mau trus terusan berkeluh kesah, tapi emang keadaannya minta dikeluhin. *lho Aku sampai merasa "kok aktivitas aku gini amat, ya". Karena katanya kan masa muda itu waktunya melakukan banyak hal baru seperti yang seringkali aku lakukan tahun lalu, tapi beberapa bulan belakangan kegiatanku malah terasa monoton. Entah hanya aku yang merasa kalau kerja-pulang kerja-pulang itu monoton atau bagaimana, ya. Habis begitu aku bilang ke salah satu temanku, dia bilang, "ya memang mau ngapain lagi?" Aku sih gak betah begitu terus-terusan. Sebelum-sebelumnya aku masih ikut nonton orkestra sebulan sekali, masih suka kelayapan mencari something new, lalu masih semangat nulis ini itu. Sekarang, aku udah absen terus nonton orkestra hiks; lalu piknik hanya sekadar 'mencari hiburan', refreshing aja gitu gak bikin excited gimana gimana; lalu nulis pun hanya berupa draft yang isinya 1-2 kalimat aja.

Dan maaf aja kalau kalian baca post ku yang satu ini lalu merasa buang-buang waktu karena sudah berkalimat-kalimat tapi isinya keluhan yang gak berbobot. Tadinya aku agak enggan menulis seperti ini, mengingat post-post ku sebelumnya genre nya gak melulu keluhan. Tapi, aku pikir ini kan blog aku ya, jadi sah-sah aja kan kalau aku mau menumpahkan keluh kesah. Netijen gosah ngatur. *lalu dilempar keset kaki*

Tapi, aku gak berpikir aku mau menuliskan keluhan sampai kalimat terakhir, kok. Aku mau cerita sedikit dari hal yang sudah berlalu itu. Jadi, ceritanya deadline panjangku berakhir tanggal 6, deadline yang bikin aku pulang gak kalah malam sama Cinderella selama 3 bulan berturut-turut. Besoknya aku bangun dari kasur dengan gerak lambat, selambat sloth. Dan entah kenapa aku merasa sedikit kesal, "kenapa aku gak demam, sih?" Kalau sudah muncul pikiran semacam itu, tandanya aku sudah memasuki status 'Siaga 1' karena dari bangun tidur aja aku malah gak bersyukur dikasih badan yang masih sehat setelah maraton lembur sekian lama.

Lalu, pergi ke kantor aku naik Grab Bike. Iya, semager itu aku, padahal jarak antara kos dan kantor bisa ditempuh 25-30 menit aja kalau aku naik busway, gak pake transit-transit pula. Tapi, karena merasa lelah dari pagi, yaudahlah aku cari yang lebih gampang aja daripada aku nanti merasa langkah kakiku berat banget, kan. Nah, naik Grab Bike itu aku melewati jalanan samping GBK. Di sepanjang jalan sana masih tertempel banyak spanduk dan baner dari perhelatan Asian Para Games tempo hari. Lalu ada sebuah kalimat di salah satu baner yang tertangkap oleh mataku. "Your Limit is Beyond The Sky." Begitulah bunyinya. Dan selama sisa perjalanan yang tinggal beberapa menit itu pun aku termenung-menung. Begitu sampai di kantor dan menyantap sarapan pun aku termenung-menung.

Aku mulai berpikir kalau aku hanya mengeluh-ngeluh gak jelas. Iya gak jelas, karena yang bekerja kan bukan cuma aku seorang, yang capek juga bukan cuma aku seorang. Tapi aku malah memilih untuk mengeluhkan keadaan dan merasa benar-benar capek. Iya, memang kerjaanku bikin capek, bohong kalau udah lembur terus-terusan bahkan sampai pulang jam 12 malam lalu aku gak bilang capek, tapi yang bikin tambah capek ya seabrek keluhanku yang seolah tak berujung itu. Udah capek fisik ngeronda bikin excel dan kurang tidur, nambah lagi ada keluhan demi keluhan yang membuatku capek batin juga dan ujung-ujungnya gak bersyukur.

"Your Limit is Beyond The Sky." Lagi-lagi aku seolah tertampar, karena aku sudah menganggap diriku bagai burung dalam sangkar, yang kerjaannya itu lagi itu lagi, aku menganggap diriku kurang banyak melihat dunia luar, kurang piknik, dst, dst. Aslinya, kalau aku mau mengepakan sayap keluar juga bisa, kok. Aku kasih tau satu pengakuan, kalau pulang habis lembur aku gak langsung tidur walau udah berasa capek. Yang aku lakukan adalah buka-buka ig atau baca komik, karena aku berpikir "ah, udah capek, refreshing dulu gak papa lah." Lalu sampai malam atau bahkan sampai pagi juga ujung-ujungnya aku tidur. Belakangan aku seolah tersadar, daripada olahraga jempolnya begitu kenapa aku gak baca buku aja, novelku seabrek-abrek dibeli tapi gak dibaca-baca, kan. Lalu, kalau punya tenaga buat main hp sampai pagi, kenapa aku gak belajar fotografi (walau baca-baca teorinya doang), belajar Korea, atau latihan prounonciation dari bahasa Inggris ku yang masih suka mble'e.

Jonathanend pernah cuap-cuap di Instagram tentang bagaimana baiknya kita berjuang untuk hidup kita sendiri. Dan ada sebuah petuah yang benar-benar menohok, bahkan aku jadikan screensaver hp, tujuannya biar aku ingat terus. (Tepi tetep ngeluh ya Mei kalau lagi lembur hmm)

 
Dan petuah salah satu Raja Meme si Jon itu menutup perbincanganku hari ini. Sekian dan terima kasih. Ahahahahaha

Comments

Popular Posts