Crazy Rich Asian

Related image

Kemarin, aku baru saja menulis sedikit di Instagram. Menurutku, seenggaknya ada 2 tipe anak generasi millenial kalo lagi punya duit. Anak millenial yang galau mau investasi di mana sama anak millenial yang galau mau ngopi di mana. Unfortunately, I belong to millennial number two. Walau aku gak mengkategorikan diriku sebagai anak millenial kekinian yang nyari tempat ngopi instagramable, tapi tetap aja judulnya 'ngopi di cafe', yang harga sekali nongkrongnya bisa seharga novel, yang kalau diakumulasikan sebulan bisa jadi lebih dari setengah harga uang kos. Dan sekarang lagi hingar bingar film Crazy Rich Asians. Oke, aku belum baca bukunya dan sampai kemarin itu aku masih kekeuh kalau aku mau baca bukunya dulu baru nonton filmnya. Tapi ya, manusia memang hanya bisa berencana. Malamnya aku nonton film itu, dong. And it's so WOW!! Genrenya lebih ke drama romance dan genre itu gak termasuk ke dalam 3 besar genre favoritku, tapi begitu habis nonton film itu, aku ingin teriak, "OH I LOVE YOU RACHEL CHU!!" I like her both personally and objectively.

Rachel Chu seorang profesor ekonomi di sebuah universitas di Amerika, seorang wanita cerdas dan mandiri, yang disebut-sebut sebagai seorang chinese-american walau dia pikir dia adalah chinese tapi dia sama sekali gak tahu kalau pola pikir chinese Asia berbeda dengan chinese Amerika, hampir dalam semua aspek. Dan jelas dia terkejoed begitu dia mengetahui hal itu, terutama saat ia bertemu dengan keluarga dari pacarnya Nick Young, yang ternyata bukan hanya kaya tetapi sungguh sungguh kaya raya. Di film, ceritanya kalau mau menuju rumahnya itu musti muter dulu dari pintu gerbangnya, lalu di depannya ada air mancur yang lebih gede dari air mancur di HI, dong. Lalu ya rumahnya emang guedee buangeet. Duh kalau masuk rumah itu dan udah kebelet bakal berabe banget nyari toilet gak nemu-nemu, ya. XD

Nah, kembali lagi ke Rachel Chu, I can say that she's totally an open-minded and brave woman. She don't care what people thinks about her, she is carrying her own pride and her own integrity in her way. Nick's mom said that she's chinese-american who doesn't have the same goals with chinese-asia who maintan their heritances and sustain their family. Oh come on, Auntie. Don't judge book by their cover laah. Ini adalah salah satu alasan aku menyukai Rachel Chu secara personal. I had been through that. Aku tahu kalau banyak orang terutama orang chinese yang masih berpikiran sama seperti itu, masih memandang status dan title dan menjadikan dua hal itu sesuatu yang sungguh esensial dalam kehidupan setiap orang dan aku pernah berurusan dengan orang yang seperti itu. Sebuah idealisme yang ku maklumi tapi aku gak ngerti esensinya apa. Maksudku, oke title dan status itu penting, tapi gak lebih penting daripada attitude dan cara berpikir seseorang. I could say the same words when Rachel Chu met Nick's mom personally, "you don't even know me." Tapi hal selanjutnya yang Rachel Chu lakukan dalam adalah hal yang aku bilang sebagai the bravest thing that any woman could do for their loved one and then Nick's mom was stunned.

Another character whom I adore is Astrid. She is such a stunning woman with a big heart. She knows that her husband always feel so tiny compared with her family, so she always try to hide all of her shopping bag and her assets from his husband to save his pride. But at the end, she realized that her husband is not a gentleman. "It's not my job to make you feel like a man. I can't make you something you're not."

Oh, another highlight form Peik Lin, Rachel Chu's bestie, she said that Rachel should show her integrity so Nick's mom won't think that she is unworthy woman, Piek Lin asked Rachel to show who Rachel Chu is. Aku juga berpikir hal yang sama seperti Piek Lin. kalau aku perlu menjadi seorang wanita yang punya integritas dan attitude agar disegani oleh orang lain, terlepas title ku apa dan background ku apa. Just like Rachel Chu said, "I am a worthy person." Ditonton aja filmnya ya, nak-anak!! Lama-lama aku dicaci maki netijen gegara kebanyakan spoiler. X'D

Tapi, di film itu juga diceritakan kalau gak semua orang yang sangatlah kaya raya itu sombong. Ada juga orang-orang seperti Nick Young sendiri yang menganggap kekayaan keluarganya ya punya keluarganya bukan punya dia, tipe lelaki yang bikin cewek-cewek yang nonton tuh jadi menghayal, tipikal lelaki romantis pula si Nick Young itu. Tapi literally film ini membuat hampir semua orang berkhayal, sih. Ya kecuali aku. Hmm aku sama sekali gak kepingin bisa belanja sepuasnya (kalau belanja buku ya pengecualian), ngadain pesta besar semaunya, menjadi sorotan karena termasuk ke dalam keluarga bangsawan, hidup dalam gemerlap kemewahan dan apa-apa serba mudah. Nope, I don't wanna do that.

Walau sebenarnya film ini juga memberikan tamparan yang cukup perih bagi  orang-orang yang menganggap diri mereka punya kekayaan untuk dipamerkan dan orang-orang seperti aku yang cepat berpuas diri. Mungkin banyak yang berpikir kalau orang kaya itu hidupnya serba enak dan serba mudah, serba mudah memang, mau apa-apa gampang dan punya koneksi yang tersebar luas di mana-mana, maka beruntunglah orang-orang yang terlahir dalam keluarga old money. Tapi, disamping itu, jangan dikira mereka hidup hanya untuk menikmati kekayaan keluarga mereka yang barangkali dikatakan orang sebagai kekayaan tujuh turunan. Orang-orang itu juga tetap bekerja walau sudah kaya dan cenderung tidak berpuas diri kalau sudah mendapat sesuatu. Aku pernah bekerja di perusahaan milik salah satu dari 3 besar orang terkaya di Indonesia, keluarganya tentu saja termasuk ke dalam kalangan old money, tapi tetap datang ke kantor, tetap mengembangkan bisnis-bisnisnya, tetap berinovasi, tetap memaintain kekayaannya. Jadi, orang yang dibilang hidupnya enak sama orang lain pun tetap harus bangun pagi dan bertanggung jawab atas semua hal yang mereka punya, bahkan mereka mungkin saja punya tekanan yang gak dihadapi orang lain.

Kemarin aku juga habis baca-baca topik tentang finance di igs lalu ditambah nonton film ini jadinya tadi pagi aku bangun dan langsung berpikir, "you're not struggling enough." Hmm Biasanya kalau udah begitu yang ku lakukan adalah uring-uringan dan panik sendiri lalu berpikir musti gimana. Tapi, udah gitu aja, mentok ampe berpikir aja tapi do nothing yang berujung pada geregetan sendiri dikemudian hari. Tapi sekarang, I'll set my goals right. Biar aku gak melulu jadi orang bokek bahkan sebelum tanggal tua menyapa. Menetapkan hati untuk gak jajan mulu, itu yang pertama dan terutama menurutku. May be it's a bit late when I just want to set my financial goal after I already worked for almost 3 years, but better late than never, right.

Dan untuk pertama kalinya aku malah tambah pingin baca bukunya walau udah nonton filmnya. (Biasanya kalau udah nonton filmnya, aku enggan baca bukunya) Karena aku ingin tahu karekter Rachel Chu lebih dalam lagi dan pastinya ada banyak detail terkait lifstyle orang-orang yang sungguh sungguh kaya yang gak diceritakan dalam film. Wait for another review from me ya..

Comments

  1. Film sama bukunya emang ada perbedaan pasti mei haha selalu begitu kalo ada film dan novel pasti lebih lengkap novel
    Aku baca review orang2 yang uda baca buku dan nonton filmnya, ga sama persis plek-plek gitu untuk scene2nya
    Ya ujungnya sama si sbnrnya
    Cuma ada karakter yang ilang dan ada beberapa perubahan untuk karakter gitu katanya

    Semuanya masih katanya
    Karena jujur saja gw belom baca maupun nonton filmnya wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, pik. di bukunya lebih dikupas cerita perkaarakternya sama gaya hidup mereka. g baca beberapa halaman pertama aja udah berasa banyak banget yg bisa g eksplor lebih jauh terkait filnmnya wkwkwk

      Delete
    2. ahhhh rasanya pengen baca bukunya dulu deh!!! di i-jak uda ada blm ya? wkwkkw ga modal beli buku fisiknya >.<

      Delete
    3. g nemu di bookmate pik, tapi musti upgrade ke premium kalo mau baca itu X'D

      Delete
    4. ah sama aja doong hahaha
      syudahlah mungkin emang belom jodoh ahahha

      Delete

Post a Comment

Popular Posts