Diary Belitung

Aku cukup senang jika kakiku berkelana ke kota-kota atau pulau-pulau kecil. Sebut saja Karimun Jawa dan Belitung yang sudah ku buatkan ruang khusus di hati. Karimun Jawa dan Belitung, tidak ada mall berdiri tegak di kedua tempat itu. Boro-boro mall, rumah pun jarang yang bertingkat. Dan disaat orang jaman now traveling dan asik update di Instagram, aku cukup senang karena aku pergi ke tempat yang tiada sinyal hp, oke provider hp ku juga kebetulan bukan Telkomsel yang sinyalnya membentang dari Sabang sampai Marauke, sih. Tapi, justru di situ lah serunya. Aku jadi gak melulu pegang hp, selain buat motret saat kameraku lowbatt; aku jadi gak melulu pegang hp untuk sekadar update di Instagram atau di sosial media lain; aku jadi lebih banyak menikmati setiap momen yang ku alami saat itu; seru karena aku jadi lebih menyatu dengan hal-hal yang real; seru karena aku bisa menikmati keindahan pantai secara langsung, bukan dari layar 5 inch; seru karena aku bisa menyambangi tempat-tempat yang memiliki sesuatu  yang bisa dibawa pulang bukan tempat yang hanya untuk sekadar difoto dan mendapat like di Instagram; seru karena aku bisa melihat kehidupan manusia yang tetap bisa hidup senang walau hidupnya jauh dari kata mewah ala standar Ibu Kota, tapi manusia-manusia yang hidup di antara kemewahan alam.



Aku senang pergi ke kota-kota kecil yang membuatku terpesona dengan keasliannya yang saat ini mungkin sudah menjadi candu.

Kemarin, aku baru saja mengunjungi Negeri Laskar Pelangi, walau maaf saja aku kudet karena belum baca bukunya (temanku yang suka baca buku sampai membelalak kaget begitu tahu aku belum pernah baca Laskar Pelangi, sama seperti waktu bosku yang juga suka baca buku membelalak kaget waktu ku bilang belum pernah baca Harry Potter. LOL). Tadinya ku pikir Belitung adalah pulau yang sudah agak modern karena sudah cukup terkenal dikalangan para turis dan lagi lokasinya sudah banyak dipakai untuk syuting film-film. Tapi, ternyata dugaanku salah total. Suasana di sana masih asli dan masih kental dengan kekhasanya. Begitu tiba, aku cukup terpesona dengan jalanan yang lenggang dan bangunan-bangunan rendah yang terjajar rapi di pinggir jalan. Ya, maklum saja, aku ini lama tinggal di Ibu Kota yang terkenal dengan gedung-gedung tinggi dan kemacetannya. Di Belitung Barat, kota Tanjung Pandan, gedung tinggi yang ku lihat hanya sebatas ruko 2 atau 3 tingkat, sementara saat melipir ke Belitung Utara dan Belitung Timur, rumah-rumah 2 tingkat yang barangkali bisa dihitung jari. Kebanyakan rumah sederhana seperti rumah-rumah yang sering ku gambar waktu pelajaran seni lukis jaman SD. Rumah satu tingkat, pintu, jendela, atap tradisional, lengkap dengan pekarangan dan parabola.

"Lampu lalu lintas di sini hanya ada 12 buah," ujar tour guide ku yang juga merangkap sebagai driver. Di sana jarang macet, tapi karena jalannya lenggang, ya jadi rawan kecelakaan. Sampai dibuatkan tugu keselamatan di beberapa perempatan jalan, tugu berupa motor yang ringsek akibat kecelakaan.

Aku, mamaku, dan adikku mengelilingi Belitung selama 3 hari. Hari pertama, kami diajak untuk city tour Belitung Barat. Pertama-tama kami mengunjungi Pantai Tanjung Pendam, yang letaknya tidak begitu jauh dari hotel tempat kami menginap, hotel BW Suite namanya. Saat kami tiba, airnya sedang surut. Tapi, sesurut-surutnya air laut yang pernah ku lihat, aku belum pernah melihat laut yang sekering itu. XD



Di tengah lautnya ada sebuah pulau kecil yang digunakan sebaai tempat sembahyang kalangan tertentu, oke aku lupa nama pulaunya apa.

Lalu, kami melipir ke Danau Kaolin dan ternyata kaolin itu adalah nama pasir yang teksturnya seperti tanah liat. "Kaolin di sini biasanya diekspor ke luar negeri untuk dijadikan pasta gigi dan kosmetik," jelas tour guideku, "di sini harga jualnya 200.000 per satu truk, kalau sudah diekspor harganya djadi 7.500 per kilonya." Hmm cerita klasik dari negara yang kaya akan sumber daya alam.




"Belitung ini kecil, kalau dikelilingi pakai mobil, 5 jam selesai keliling," katanya lagi dengan logat melayu yang cukup kental. Iya, bahasa asli orang sana adalah melayu, aku pun baru tahu. Jadi aku bengong saja begitu tour guide ku mengobrol dengan orang lokal dengan bahasa melayu yang cukup sulit ditangkap artinya oleh telingaku karena mereka ngomongnya dengan tempo cepat, ya biasanya aku dengar bahasa melayu hanya waktu nonton Upin Ipin, sih. Hmm

Lalu aku diajak untuk mencicipi kopi Kong Djie yang terkenal, salah satu itinerary yang ku tunggu-tunggu, sementara mamaku manyun karena dia gak suka kopi. XD. Kedai kopi yang disebut-sebut sebagai kedai kopi tertua di Belitung itu sudah berdiri sejak tahun 1943.



Kami dibawa ke kedai kopi pertama Kong Djie di Siburik, Tanjung Pandan, kedainya sederhana sekali, jauh dari suasana kekinian cafe-cafe di Ibu Kota, kopi di sana dibuat dengan teko tinggi yang menjadikan kopinya mempunyai cita rasa tersendiri, yah walau kopi susunya menurutku terlalu manis, sih. "Belitung ini terkenal dengan kopi, di mana-mana ngopi," kata tour guide ku lagi. Jadi, saat kami berkunjung ke kota Manggar yang terkenal dengan Kota 1001 Kopi, ya di sana aku ngopi lagi. Haha

Aku juga disuguhi mie khas Belitung, Mie Atep namanya. Aku pikir, Atep itu adalah jenis mie. "Atep itu nama orang," jelas tour guide ku. Oalah, Mie Atep kepunyaan Ny. Atep rupanya. Mie nya mie kuning biasa, yang menjadikannya unik adalah racikan kuah dan topingnya. Kuahnya berasa manis semanis gula, yang setelah aku googling ternyata kuahnya adalah campuran kaldu udang dan gula aren, di atas mie nya ditaruh ketimun, kentang, tauge, makanan sejenis cakwe, dan emping. Hmm rasanya menarik sih menurutku, unik dan antimanistream. Aku suka segala hal yang antimainstream. Haha

Mamaku sempat minta untuk mencicipi makan bedulang, makan tradisi Belitung dengan makanan khas sana, yang katanya terdiri dari ayam bumbu ketumbar, ikan gangan (yang katanya mirip pindang tapi kuahnya kuning), dan beberapa makanan lain yang aku lupa namanya apa. Tapi, nyatanya kami gak jadi mencicipinya begitu tahu kalau porsinya untuk porsi 4 orang, apalagi adikku gak suka mencicipi makanan baru. Jadi, sudahlah bhay.

Hari kedua, kami melipir ke Belitung Utara untuk hopping island dan snorkeling dari pagi sampai sore. Aku kembali terkesima karena pantai dan laut di Negeri Laskar Pelangi itu masih cantik. Pantainya putih bersih, ada yang pasirnya lembut ada yang kasar, tergantung di pulau mana kaki menapak; air lautnya jernih, cukup melongokan kepala keluar kapal saja aku bisa melihat ikan-ikan kecil dan terumbu karang (yang sayangnya banyak yang mati) di dekat pulau, sama sekali gak seperti pantai di sekitar Ibu Kota yang banyak dengan sampah sejauh mata memandang. Huft.



Aku bertandang ke sana saat weekend tapi bukan saat musim liburan, dan sepinya masih terasa, bahkan di tempat-tempat yang menjadi landmarknya Belitung karena film Laskar Pelangi. Aku memang harus antri beberapa saat saat mau berfoto di Pantai Tanjung Tinggi, tempat Ikal, Lintang dan kawan-kawannya bermain, tapi itu karena ada rombongan tur yang juga bertandang ke sana. Rasanya wisata alam Belitung itu identik dengan batu-batu besar. Di mana-mana batu, macam-macam namanya, tapi yang paling ku ingat itu batu bapao, yang lainnya lupa namanya. Ahahaha


Penduduk di sana rupanya sudah sangat terbiasa dengan segala fenomena pantai dan laut, tidak seperti aku, orang kota yang sepertinya haus dengan suasana sepi pantai yang sangat sulit ditemukan di kota besar. Terbukti saat matahari menukik turun, gak ada tuh orang yang merangsek ke bibir pantai sambil menenteng kamera selain aku seorang. Ya, bagus juga kan aku jadi bisa asik sendiri bercengkerama dengan laut dan langit senja. Haha. XD Ya, sampai akhirnya  mataku menangkap dua anak kecil yang asik bermain di bibir pantai.



Kembali aku diingatkan akan dunia anak kecil yang memiliki kehendak bebas saat bermain dan mengeksplorasi dunia luar dan lagi-lagi aku membandingkan dua anak itu dengan anak-anak kota yang seringnya menenteng-nenteng gadget macam menenteng-nenteng jempol.

Hari terakhir, kami berkeliling ke Belitung Timur yang terkenal dengan sebutan 'Kampoeng Ahok'. Kami mengunjungi Vihara Dewi Kwan Im yang merupakan vihara tertua di Belitung. Selanjutnya, mengunjungi Museum Kata Andrea Hirata yang bikin senyumku lebar selebar jalan tol. Setiap sisi museum itu begitu mengasikan untuk ditelaah. Adikku langsung sibuk berpose di setiap tempat yang menurutnya lucu, sementara aku asik menelusuri setiap kata yang terpatri hampir di setiap tembok dan lantai museum itu. Ambiance nya sederhana tapi terasa menyentuh hati, dan aku jadi semakin ingin membaca buku Laskar Pelangi begitu ku lihat berbagai edisi buku itu dijejerkan di salah satu sudut ruangan, edisi dari berbagai belahan dunia seperti USA, Kanada, Belanda, Jerman, Jepang, Korea, dan lain-lain.



Cukup lama aku di sana, sampai mamaku berkali-kali berteriak "ayo atuh, ke tempat lain", "iya, 15 menit lagi," kataku sambil asik memotret sepeda di sudut ruangan. 15 menit di ruangan satu, 15 menit lagi di ruangan lain maksudnya. XD Hari itu hujan mengguyur, tapi warna warni museum itu tidak serta merta membuat suasana menjadi kelabu. Setelah puas menelusuri setiap sudut ruangan, aku setuju untuk pindah lokasi ke Rumah Keong. Oke di sana hanya untuk foto-foto lalu pulang, adikku yang cukup banyak beraksi di sana (hmm sebenarnya dia cukup banyak beraksi di setiap tempat sih, beraksi untuk difoto LOL). Lalu, kami melipir ke rumah Ahok dan ke Kampoeng Ahok yang menyimpan berbagai foto dan karikatur dari mantan orang nomor 1 di Belitung itu yang juga menjual cemilan-cemilan kecil.

Setelah itu, selesai sudah perjalanan 3 hariku di Belitung. Pulau kecil yang sudah ku buatkan ruang khusus di hati. Habis ini mencari cerita ke mana lagi, ya? Hmm

Comments

  1. wah beruntung masih dapet sunset!
    aku pas di pantai laskar pelangi itu sunsetnya ga dapet karena berawan...maklum berangkat bulan Desember sih, jadi sering hujan lebat. huhuh~

    btw di sana Indosat dan XL masih bisa dapat sinyal kok...ga cuma telkomsel aja hahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, pik. Makanya g nungguin april perginya biar cerah. Tapi ya 3 hari di sana tetep aja 2 harinya ujan X'D
      Kmaren g pake 3 soale, udah bhay aja 3 mah wkwkwkwk

      Delete

Post a Comment

Popular Posts