I am Too Busy Growing Old

"I am too busy growing up and I often forget that my parents also growing old."
Pernah dengar kalimat semacam itu? 
Aku sudah pernah dengar berjuta-juta kali, dan biasanya aku hanya mengangguk-angguk setuju, lalu sudah. Hanya mengangguk-angguk seperti mainan anjing yang sering ditempel di dashboard mobil, lalu melengos pergi. Kembali asik menatap masa depanku sendiri, asik lagi dengan duniaku sendiri, asik lagi dengan gadget, sepeda, kamera, jalan-jalan dan lain-lain, dan lain-lain. 

Tahun 2017 belum berakhir, tapi aku sudah memikirkan hal-hal seru yang akan ku lakukan tahun depan dengan mata berbinar-binar. Aku sudah asik sendiri dengan seabrek rencana
"Tahun depan mau beli sepeda baru"
"Tahun depan mau jalan-jalam ke sini"
"Tahun depan mau begini begitu"
Gak salah sih memang. Sama sekali gak salah. Tapi begitu kenyataan datang, aku seolah terbangun dari mimpi panjang.

Kolesterol, asam urat. Kata-kata seperti itu sudah cukup membuatku menyadari realita bahwa mamaku sekarang sudah tua. Aku tahu dari umurnya kalau mamaku sudah tua. Tapi setelah kata-kata itu terucap dari mulut dokter, aku semakin sadar kalau selama ini aku terlalu asik dengan diriku sendiri, sampai aku gak menyadari kalau mamaku pun tambah tua.

Orang-orang banyak bilang begini "si om itu sakit-sakitan, tapi ya sakit orang tua sih. Diabetes ama kolesterol." Lalu keningku mengernyit. Penyakit seperti diabetes, darah tinggi, kolesterol, dan teman-temannya seolah sudah menjadi parameter yang menegaskan bahwa seseorang sudah tua dan wajar terkena penyakit seperti itu, bukannya terkena penyakit seperti batuk, pilek, kesemutan, atau encok.

Lalu, anak muda jaman now selalu berpikir bahwa dirinya sudah mandiri, sudah dewasa, sudah cukup umur untuk melakukan semua hal yang dia mau, sudah bisa bertindak seenaknya tanpa intervensi orang tua. Indvidualis, bahasa singkatnya begitu. Dan aku pun merasa kalau aku termasuk ke dalam komunitas "anak muda jaman now" itu.

Kalau dulu jaman-jaman masih baby, jaman-jaman yang pastinya udah gak kita ingat lagi, kita pasti sering melontarkan pertanyaan "Ini apa? Itu apa?" pada setiap hal baru yang belum pernah kita lihat dan papa mama pasti selalu jawab. "Oh, itu buku. Oh, itu sepeda. Oh, itu mobil." Lalu, kita diajari macam-macam. Diajari berbicara, diajari mengenal benda, diajari mengenal warna. Sampai bertahun-tahun lamanya.

Tapi, begitu kita beranjak dewasa menjelma menjadi anak muda jaman now dan mengenal gadget beserta mainan kekinian lain yang mungkin dianggap benda asing seperti batu krypton oleh papa mama kita, mereka mulai bertanya begini "whatsapp itu apa sih? BBMan itu gimana sih caranya? Insta story itu buat apa sih?"  Tapi boro-boro ngajarin, seringnya anak muda jaman now hanya menjawab sambil menggerutu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone, seolah handphone itu lebih penting daripada urusan negara jadi gak bisa ditinggalkan begitu saja. Bahkan, terkadang anak muda jaman now malah melengos pergi dengan tampang bete karena menganggap papa mama yang gak ngerti mainan kekinian itu adalah orang-orang norak dari planet Mars. 

Lalu aku ingat kalau dulu guruku pernah bilang begini, "apa yang mau kamu lakukan hari ini kalau kamu tahu besok itu kiamat? Mau pulang ke rumah lalu peluk-peluk mama papa? Mau sayang-sayangan sama mama papa adik kakak pacar? Kenapa begitu? Memang kemarin-kemarin sebelum tahu mau kiamat gak pernah begitu?"

Ingatan itu membuatku merasa ironis. Kita cenderung bersikap gak peduli, acuh tak acuh dan baru menyesal setelah kehilangan, kan? 

Dan yang bikin nelangsa, rasanya aku pun seperti itu. Baru menyadari betapa egoisnya aku sebagai anak begitu mamaku kena kolesterol. Baru menyadari betapa aku masih sangat amat kurang memberikan perhatian pada mamaku begitu mamaku kena asam urat. Aku masih egois, masih suka marah-marah kalau ditanya, masih seenaknya sendiri. Bikin baper gak sih kalau dipikir-pikir?


Comments

  1. Iya banget niiih
    gw sering denger kata-kata ini~
    kita kadang lupa kalau orang tua kita pun tambah tua :(

    btw mama mu abis medcheck?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pik, blm lama ini dan akhirnya baru ketauan klo kolesterolnya tinggi 😔

      Delete
    2. Waktu itu cek di klinik paten klo gk salah, pik. Abis itu kmaren cek lagi di mandaya kolesterolnya normal. Hmm

      Delete
    3. hoo gitu Mei...wah beda-beda gitu ya hasilnya =="

      Delete

Post a Comment

Popular Posts