Beruntung Karena Bisa Memilih

Pernah dengar tentang Teori Multiversum?
Aku berkenalan dengan teori ini dari bukunya Nicola Yoon, The Sun is Also the Star.

Kata Wikipedia, Multiversum adalah himpunan hipotesis alam semesta (universum) dengan beberapa (banyak) kemungkinan, termasuk alam semesta kita, yang bersama-sama terdiri dari segala sesuatu yang ada dan dapat eksis: keseluruhan ruang, waktu, materi, dan energi serta fisik hukum dan konstanta yang menggambarkan mereka.

Bahasa sederhananya seperti ini: di luar sana terdapat semesta- semesta yang lain yang berisi kemungkinan-kemungkinan tentang hidup kita.

Seperti misalnya saja di semesta ini aku adalah seorang cewek biasa-biasa saja yang hobi menulis dan menghabiskan hampir 9 jam waktunya setiap hari untuk bekerja di belakang meja (yah, dipotong jam istirahat makan siang, jam ngemil, dan jam cekikikan mungkin +-5/6 jam lah efektif kerjanya. LOL). Bisa saja di semesta yang lain ada aku yang hobi menulis lalu saat ini sudah jadi penulis novel terkenal atau blogger atau vlogger yang disubscribe banyak orang. Bisa juga di semesta yang lain lagi, aku ini cewek yang pantang menyerah dan tahun lalu baru lulus dari kuliah double degree psikologi dan kedokteran. (kok ya sulit dibayangkan seorang Meiliana ambil kedokteran. Wong megang pensil aja kadang tremor :") ). Atau mungkin di semesta yang lain ada aku yang berkelana ke negeri orang, jadi fotografer lepas atau semacamnya. Mungkin juga di semesta yang lain ada aku yang sudah menikah dan punya anak (lalu aku membayangkan hal ini sambil memutar bola mata). Dan seabrek semesta lainnya yang menyimpan seabrek kemungkinan lain.

Dan sebenarnya jauh sebelum aku tahu bahwa di dunia ini ada yang namanya teori multiversum pun imajinasi ku sudah sering membawaku berkelana dalam angan, dalam segala kemungkinan yang terjadi dalam hidupku.

Apa yang terjadi kalau waktu SMA dulu aku gak masuk IPA? Hmm.. Mungkin saja aku gak akan ambil kuliah akuntansi karena aku tahu lebih cepat kalau akuntansi itu berumus. LOL
Apa yang terjadi kalau dulu mamaku gak ikut papaku tinggal di Karawang, tapi malah sebaliknya? Mungkin saja sekarang aku punya sifat anak kota yang individualis (gak ada indikasi stereotip, sih).
Apa yang terjadi kalau dulu aku masuk kerja di KAP dan bukannya di perusahaan? Mungkin saja saat ini aku sudah kena asam urat dan vertigo tapi bisa nenteng-nenteng kamera belasan juta dan tahun depan bisa jalan-jalan ke Eropa.
Dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain.

Sepertinya teori multiversum adalah kemungkinan-kemungkinan yang berada dalam angan, hanya saja dijelaskan secara lebih ilmiah. Yah, semua ilmuwan memang berusaha untuk mengilmiahkan segala hal.

Dan entah segala jenis kemungkinan itu dirumuskan secara ilmiah atau tidak, kemungkinan-kemungkinan semacam itu tidak terlalu berguna untukku. Segala jenis kemungkinan yang aku pikir mungkin saja terjadi itu hanya akan menuntunku pada perasaan menyesal dan tidak bersyukur.

Salah satu contoh negatifnya adalah seperti ini: "ah, coba dulu masuknya KAP, mungkin sekarang sudah punya banyak tabungan." Padahal sebenarnya ada banyak sekali hal baik dan hal yang luar biasa baik yang terjadi saat aku bekerja di perusahaan.

Tapi nyatanya, aku hidup dengan berbagai macam pilihan. Aku mau jadi penulis, bisa. Aku mau jadi fotografer, bisa. Aku mau backpacker keliling dunia pun bisa, asal cuan nya juga ada sih. X'D It's just how I struggle. Mau atau tidak berjuang terhadap pilihan yang ku ambil?

Aku bilang, kalau aku hidup dengan berbagai macam pilihan. Tapi, bagaimana kalau dalam hidup ini aku tidak bisa memilih?

Kemarin malam, aku bertemu dengan wanita yang luar biasa. Namanya, Wiwiek Lestari. Sekilas profilnya begini, Wiwiek Lestari bukan wanita biasa-biasa saja. Dia terlahir dengan cacat bawaan, Spinal Bifida namanya, cacat bawaan yang menyerang tulang belakang, sistem saraf, dan otaknya yang membuat dia harus menjalani operasi pertamanya dalam usia kurang dari 24 jam!! Dan sampai saat ini ada total 12 kali operasi dan hampir 1000 kali visioterapi yang sudah dia jalani!! I can't imagine it, and also I don't want to imagine it. >.<

Dokter memvonis Wiwiek mungkin tidak akan bisa berjalan, tidak bisa berbicara, atau tidak bisa berpikir. Tapi NYATANYA, seorang Wiwiek Lestari mampu berjalan walau dengan ukuran kaki yang berbeda dengan orang lainnya, mampu menyelesaikan S2 dalam bidang musik di Jerman dan sekarang membuka sekolah musik sendiri, bisa berbicara 4 bahasa, dan telah menjadi seorang backpacker ke 40 negara! Bahkan tahun lalu dia mendaki Gunung Himalaya!! CAN YOU IMAGINE IT??!!

Dalam kondisi serba kekurangan, dia memiliki segala kelebihan yang seringkali tidak dimiliki orang lain. She wants to explore the world with the open eyes, she wants to fly freely, she wants to defeats whatever the doctors says. Can you imagine it? How can I prevent myself not to feel amazed to that indescribable amazing woman? 

Aku adalah orang normal. Punya tangan dan kaki yang lengkap, tidak ada cacat di tubuh (hanya memar-memar karena kepentok di sana sini X'D), bisa berbicara dan berpikir (walau kadang pikun). Kalau aku mau berjalan, maka aku tinggal berjalan. Kalau aku mau bersepeda, maka aku tinggal bersepeda. Mudah dan gratis. Tapi, bagi orang-orang dengan cacat bawaan semua itu sangat sulit dan sangat mahal. Wiwiek harus menggunakan kaki besi waktu masih kecil agar bisa berjalan, boro-boro pakai heels atau bersepeda, dia juga harus menjalani serangkaian visioterapi agar bisa menjalani hari-harinya dengan baik walau katanya rasa sakit sudah menjadi sahabatnya seumur hidup.

"Saya merasa beruntung, karena Spina Bifida ini menyerang 2 mili di atas/di bawah area vital. Jadi, saya masih bisa direparasi. Kalau sudah menyerang bagian vital, mau dioperasi berapa kali pun tetap harus duduk di kursi roda."
Dalam keadaan seperti itu, dia memutuskan untuk menerima dirinya dan berdamai dengan rasa sakit. 

She taught me not to looking for my flaws but be busy counting my blessings. Gak usah susah-susah. Hal-hal sederhana yang kita jalani bisa termasuk blessing. Seperti misalnya hari ini aku berhasil bangun jam 8 pagi lalu nonton Doraemon setelah sekian lama aku gak nonton.

She taught me to live in today. Today is what matters. "Karena kita gak akan tahu apa yang akan terjadi 5 menit lagi, atau besok, atau tahun depan."

Wiwiek bercerita, katanya dia pernah bertemu dengan seorang pasien wanita di rumah sakit yang tubuhnya lumpuh sebagian. Wanita itu hanya bisa menggeram atau menjerit agar bisa berkomunikasi dengan orang tuanya. Kenyataannya, wanita itu lahir sebagai anak yang normal tanpa cacat, cantik dan cerdas, lulus kuliah sebagai insinyur. Masa depan cerah membentang di depan matanya. Sampai pada suatu hari, wanita itu tertabrak motor dan mengalami kelumpuhan otak permanen. Lalu, butuh waktu 8 tahun bagi wanita itu agar dia bisa mengenali orang tuanya dan bisa berkomunikasi lewat jeritan dan geraman. Gelar insinyur yang dia dapat hanyalah tulisan di atas kertas.

Life is unpredictable and full of surprises. Indeed.

"Hidup tidak bisa kita atur. Tapi, kita bisa mengatur diri kita sendiri bagaimana cara kita untuk bereaksi terhadap hidup."

Lalu aku merasa tertampar. Suara-suara di otakku langsung mengoceh, "You haven't struggling enough, Mei. You are luckier but sometimes you still complaint when you get something you don't want and make grumpy face." Meh.

So I want to be more happy, I want to have more smiles and laughter in my face and others, I want to explore my self and my world with an open eyes,  and I want to be more grateful for today. I am lucky that I can choose to be what I want to be. And I choose to be a better me. 



Comments

  1. waaah Meiliana Golden Ways~
    btw agaknya butuh dibaca ulang lagi deh Mei haha ada typo di sana-sini >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk gak segitunya lah, Pik. Ini g ceritanya cuma menyampaikan ulang apa yg denger XD
      Iya, wkwkwk saking asiknya ngetik jadi banyak typo X'D

      Delete

Post a Comment

Popular Posts