Bibliophile






Bibliophile

Noun - bib·lio·phile \ˈbi-blē-ə-ˌfī(-ə)l\

Wikipedia said, "The classic bibliophile is one who loves to read, admire and collect books, often amassing a large and specialized collection. Bibliophiles usually just possess the books that they love but on top of that, they enjoy having special or old editions with unusual bindings, autographed or illustrated copies."

Beberapa manusia bibliophile yang ku 'kenal' di Instagram seringkali memfoto buku dengan segala pernak perniknya (kain warna-warni, lampu-lampu kecil, lilin seri Harry Potter, dan lain-lain, dan lain-lain), bahkan mereka membuat challenge untuk membaca banyak buku dalam sebulan (lalu si pembuat challenge mengaku terus-terusan membaca buku sampai begadang, lalu sakit. Wew~)

Kemarin aku baru saja selesai membaca buku Rumah Kertas karya Carlos María Domínguez. Buku itu tipis, hanya 76 halaman saja, tapi aku menghabiskan 18 hari untuk melahap habis buku itu. :') Bukan, bukan karena bukunya jelek atau apa. Memang kalimat-kalimatnya berjenis kalimat sastra walau ada beberapa terjemahan yang kurang enak dibaca, tapi yah kalau mood membacaku sedang naik turun, jangka waktu yang kubutuhkan untuk membaca menjadi tak masuk akal. Ckck.

Buku ini sarat dengan cerita manusia-manusia bibliophile, yang masing-masing menumpuk koleksi-koleksi buku mereka dalam perpustakaan pribadi, bahkan ada yang mati-matian mendapatkan buku di pasar lelang karya sastra. Oke, aku baru tahu kalau buku pun ada acara lelangnya. Hmm..

Buku-buku memang menggiurkan bagi para penikmatnya, tapi apa jadinya kalau ternyata hal yang dinikmati (atau mungkin terlalu dinikmati) itu malah menjadi beban bagi pemiliknya? Saat mengoleksi buku, pastinya perlu wadah untuk menyimpan hasil buruan. Tapi kalau hasil buruan sudah terlalu banyak, sampai seluruh rumah pun dijejali buku, apa jadinya? Oke, aku gak bisa membayangkan buku-buku yang sampai ditaruh di kamar mandi atau di garasi saking banyaknya.
"Hubungan yang dijalin manusia dengan benda awet yang sangup bertahan satu, dua, bahkan dua puluh abad ini, dan dengan demikian mengalahkan bulir-bulir pasir waktu tak pernah berlangsung lugu. Panggilan hidup manusia menjadi terikat pada bubur kayu lunak yang tak terhancurkan ini"
Aku cukup senang membaca buku kalau sedang mood, tapi sepertinya belum termasuk kategori bibliophile, lebih tepat jika dikatakan kalau aku ini tsundoku, istilah dalam bahasa Jepang yang menyebut orang-orang yang gemar beli buku tapi akhirnya gak dibaca. *lalu ngelirik sekitar 11 buku tersegel di rak* "Kalau gitu, kamu beli bukunya, lalu aku aja yang baca" Lalu, seperti itulah kira-kira respon yanh sudah ku dengar lebih dari sejuta kali dari para penggemar buku lainnya. >.<

Dalam Rumah Kertas, aku mengambil kesimpulan kalau para bibliophile dikategorikan menjadi 2: Sang Pengelana dan Sang Penakluk. Sang Pengelana adalah para pecinta buku yang senang menjelajah buku, meneliti kalimat demi kalimat, kata demi kata, meresapi setiap lembar penuh imajinasi. Maka munculah istilah 'bedah buku' bagi Para Pengelana. Namun, jika buku hanya dibeli untuk dikoleksi dan membanggakan diri karena punya perputakaan penuh buku bagus yang semuanya sudah dilahap habis, ditahap itulah para bibliophile dikatakan sebagai Sang Penakluk.
"... tetapi seorang pembaca adalah pengelana dalam lanskap yang sudah jadi. Dan lanskap itu tak berkesudahan. Pepohonan telah ditulis, begitu pula bebatuan, angin di dahan-dahan, nostalgia akan dahan-dahan itu, dan cinta yang bersemi di kerindangannya. Dan kebahagiaan terbesar buat saya adalah bisa membenamkan diri, sekian jam sehari saja, dalam waktu kemanusiaan ini, yang bila tidak demikian akan terasa asing bagi saya. Seumur hidup tidaklah cukup untuk ini. Kalau boleh saya pinjam kalimat Borges: Perpustakaan adalah pintu memasuki waktu." 
Aku melabeli diri sebagai Sang Pengelana. Bagiku buku adalah kawan yang membawaku berkelana dalam diam. Aku tidak peduli berapa lama waktu yang kuperlukan untuk menghabiskan sebuah buku, atau berapa banyak buku yang ku baca dalam seminggu atau sebulan. Yang terpenting adalah kemana kawanku itu akan membawaku melangkah. Melangkah menuju belahan Bumi lain, menoleh sejarah, memahami jalan pikiran manusia melalui tulisan di atas kertas, memanjakan diri dalam imajinasi fiksi, atau mengambil makna dari setiap kata dan tulisan dengan cara yang berbeda-beda. Aku tidak peduli pada wujud atau bahasa dari buku yang ku baca. Terserah mau hardcover, paperback, atau e-book. Terserah mau bahasa Indonesia, Inggris, atau Portugis (yah kalau ngerti sih boleh ya). Yang terpenting adalah isinya dan proses berkelana yang ku jalani.

Kalau bagiku buku merupakan kawan berkelana, maka sejak kecil aku bisa disebut sebagai orang yang suka berkelana. Buku adalah wadah untuk berkelana paling murah dan praktis, apalagi kalau lagi bokek. #eeh.

Dan salah satu hal lain yang paling membuatku senang, selain berkelana sendirian di Gramedia, adalah menemukan teman yang punya hobi sama sepertiku. Hobi menumpuk buku? Bukan weh. Hobi membaca. Well, membaca adalah hobi mainstream yang seringkali ditulis oleh teman-temanku saat mengisi biodata waktu zaman SD dan SMP, walau yang mereka baca itu hanya komik Doraemon, Naruto, Dragonball, dan teman-temannya, sementara zaman SMP aku baca Sherlock Holmes dan buku biografinya Kaisar Pu Yi dan itu pun sudah bikin orang-orang lain mengernyitkan kening dalam-dalam.

Dulu aku punya teman yang punya hobi jalan-jalan ke Gramedia disaat teman-teman yang lain asik ke salon atau ngemall. Ada juga teman kuliahku yang selalu pegang buku ke mana pun kakinya melangkah. Aku juga selalu bawa setidaknya 1 buku di dalam tas (lalu ada notes juga yang dibawa aja tapi gak ditulis-tulis), lalu masalah yang paling sering ku alami adalah: tali tas putus gara-gara kebanyakan bawa buku. :')

"Dulu kemana-mana aku selalu baca buku, diajak jalan-jalan juga bawa buku, acara keluarga pun baca buku." Lalu, aku kegirangan, "Ih, aku juga sama." Entah darimana rasa bangga itu muncul.. X'D
“To build up a library is to create a life. It’s never just a random collection of books.”- Carlos María Domínguez

Comments

  1. gw juga pernah
    baru banget beli komik Conan, jalan-jalan di Jakarta gw sambil baca Conan. Sampe diomelin disuru tutup bukunya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk klo lagi seru apalagi, makin susah lepas itu komiknya.. 😆😆

      Delete
    2. Iyaaa
      Pas lagi nunggu makanan jg enak tu buat baca, tp diomelin gagara mala fokus ke komik bukan ngobrol sama papa mama =="
      Pdhl lagi seru2nya
      Jadi yauda d ditutup dl
      Btw Mei, kok rasanya gambar di post lu ga keload gt ya
      Ga tampil di gw dari kemaren gw liat

      Delete
    3. Hmm.. kayak crash gitu y pik gambarnya? g pas baca dari hp juga gitu, tuh. tapi kalau dari komputer muncul gambarnya. Kenapa, ya?? Hmm..

      Delete
    4. nah, akhirnya barusan g upload ulang gambarnya, pik.. X'D

      Delete
    5. nah iya sekarang uda muncul gambarnya

      Delete
  2. Ituuuu akuh kan😂 sampe diomelin karena terlalu seru dalam dunianya sendiri kalo baca buku. Sering sering post yah❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tergantung mood yah.. Wkwk
      Bulan ini sih ide lagi sering mampir dan untungnya tangan lagi gak mager ngetik.. 😆😆

      Delete
  3. Kan ada pembaca setia sist 😁

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts