Jika Kemurnian Bisa Dirasa

Banyak orang mengucap kata cinta
Cinta hanya di mulut, cinta berbumbu janji manis
Cinta bersyarat, ataupun cinta yang pamrih
Entah cinta seperti apa yang mereka ucap

Kata orang, cinta itu murni
Tapi masihkah cinta disebut murni
Jika sudah ternodai oleh janji manis dan rasa pamrih?
Masihkah cinta disebut murni
Jika sudah ternodai oleh api cemburu dan rasa curiga?

Cemburu karena cinta katanya, curiga karena cinta katanya
Jika cemburu merusak ikatan masihkah disebut cinta?
Jika curiga membuat kening mengkerut masihkah disebut cinta?

Hal ini yang membuat cinta murni seolah hilang dari peradaban
Hal ini yang membuat cinta murni seolah sama hal nya dengan mitos
Hal ini yang membuatku mempertanyakan
Untuk apalah orang bertahan dengan cinta yang ternoda

Banyak orang mengucap kata cinta
Apalah guna jika sekadar mulut mengucap
Tapi ego dan kemunafikan membungkam kata hati

Aku menyangsikan cinta yang hanya sekedar mengucap
Tetapi aku menantikan hati berkenan membuka suara

Seperti puisi Sapardi Djoko:

'Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada'


Cinta dikatakan rela berkorban
Maka korbankan saja api cemburu dan rasa curiga
Korbankan saja kemunafikan dan ego
Maka barulah aku percaya bahwa cinta itu murni

Selama ini aku melabeli diri sebagai pengamat
Tapi jika benar cinta murni bisa dirasa
Barangkali aku akan berpindah menjadi penikmat

Comments

Popular Posts