Forgive But Do Not Forget

People said, "Forgive and Forget"
I used to prefer "Forget but not Forgive"

Well, not long ago I realized that I've thinking in the wrong way. It's because a little talk with my friend about this topic, forgive or forget.

Waktu aku ngobrol sama temanku, aku bilang "kalau gak suka sama orang biasanya gue emang udah gak inget-inget itu orang ngapain (yah mengingat ingatanku juga suka membelot, ya), cuma rasa keselnya masih ada. Semacam trauma orang yang takut sama badut, mungkin waktu kecil pernah diapain gitu sama badutnya lalu kebawa-bawa sampai gede, padahal kejadian persisnya juga mungkin udah lupa."

Yah, begitulah pembelaan dangkal-sok-benar ku. Ahahahahahahaha

Lalu, temanku itu bilang "kalau gak suka sama orang ya maafin tapi gue gak lupain."
And then I came to a deep thought about this. And I would love to share my thoughts here.

Yah, aku bilang aku masih ngerasa kesel dengan kejadian-kejadian yang gak ngenakin, walau udah melupakan kejadian persisnya. Jadi, secara sadar atau gak, aku udah memelihara amarah yang tersimpan di pojokan ruang hati. Mungkin kalau aku ngomongin hal yang lain yah gak akan inget-inget keselnya, tapi begitu nama orang yang bikin aku kesel itu disebut-sebut maka rasa kesel itu langsung timbul. Semacam ada tombol "ON" yang ditekan.

Trus, aku jadi ngeri sendiri, dong. "Buset, gue ternyata orang yang serem juga, ya."
Aku mulai berbicara lagi pada diriku sendiri, mengeluarkan semua hal yang selama ini tersimpan di pojokan ruang hati.
And then I start to practice myself. Not to forget but forgive. Why? People said to forgive and forget.

Aku ingat kalimat yang aku tulis di instagram beberapa waktu lalu.
"Sometimes I hate getting flashbacks from things I don't want to remember. But, people said that one of the keys to happiness is a bad memory. And then I thought again about the time when I cried a lot, the time when I have a lot of smiles and laughter. Those memories brings different feelings. But, now whether they are a bad memories or the great one, I can smile whenever those memories pop up in my mind."
Aku setuju bahwa peristiwa adalah kenangan sekaligus menyimpan pembelajaran. Dari hal-hal yang menyenangkan, aku bisa belajar untuk tersenyum dan menyadari bahwa hidup itu indah. 

Dan dari hal-hal yang membuatku kesal, aku bisa belajar untuk lebih mengontrol emosi, meningkatkan empati, dan lebih bersyukur. Karena sebenarnya, hal apa pun itu yang bikin aku kesal, aku masih berada di posisi yang lebih baik dari orang lain. Setidaknya, jika aku masih bisa merasa kesal, itu artinya aku masih hidup. LOL. (Aku pernah tulis post yang berkaitan: http://bit.ly/2p4WTf7).

So I've decided to "Forgive but do not Forget" as Pulo Coelho said.

Hasil gambar untuk forgive but not forget paulo coelho


I know that it won't be easy to change my perspective. But, at least I'll try. And I write my mid here as my reminder (mengingat pikiranku yang suka membelot, ya).

Tapi mungkin ada banyak orang yang salah kaprah atau mengartikan tulisanku lain. Misalnya, "gue bakal maafin tapi gak akan gue lupain. Jadi sewaktu-waktu kalau orang yang sama bikin kesel, gue bisa ungkit-ungkit."

Well, aku gak nulis post ini untuk memunculkan pikiran semacam itu, ya. Karena kalau pikiran semacam itu muncul, maka motifnya adalah 'revenge'. So, please beware..

Comments

Popular Posts