From The Self-Centered Side of Me

Semakin bulan berganti, terkadang semakin ingin aku menghentikan waktu. Bukan karena takut dikatai tua ketika umur bertambah. Alasan yang lebih menakutkan dari pada itu adalah hal-hal yang akan ku hadapi saat umurku bertambah. Tanggung jawab menjadi dewasa.

Entah sejak kapan aku mulai berpikir seperti ini. Setiap bulan dan tahun berganti, rasanya sudah tidak seperti dulu lagi.
Dulu, aku senang saat aku berulang tahun yang ke 9, walau sudah tidak ada lagi perayaan ulang tahun besar-besaran seperti saat umurku 4 dan 5 tahun.
Dulu, aku senang saat umurku menginjak 12 tahun, walau pada kenyataannya aku menjadi lebih malas daripada tahun-tahun sebelumnya.
Dulu, aku senang saat umurku 17 tahun, walau nyatanya hari ulang tahunku bertepatan dengan hari pertama Pra-UN. Makan malam ulang tahun sambil menghafal rumus-rumus Fisika.
Dulu, aku senang saat umurku 19 tahun, walau untuk pertama kalinya aku berulang tahun jauh dari rumah.

Sekarang, semua kesenangan itu lenyap. Hanya tersisa pertanyaan-pertanyaan seperti "tanggung jawab dan masalah apalagi yang akan ku hadapi?", "apakah jalan yang membentang di hadapanku akan semenyenangkan seperti jalan yang ku tapaki waktu masih kecil?"

Entah sejak kapan rasa senang itu memudar, digantikan oleh keinginan untuk menghentikan waktu.

Bukan maksudku untuk mengeluh pada waktu. Hanya saja, tak bisakah Sang Waktu memahami sedikit saja ketakutanku?

Aku harus berjalan sendirian di jalanan yang sama sekali tidak ku ketahui. Apakah nanti akan ada taman bunga membentang, ataukah gurun pasir, ataukah samudra luas dengan ombak ganas?

Berjalan tanpa ada yang bisa dipegang. Aku hanya takut terjatuh. Walau sebenarnya, aku tahu pasti bahwa beberapa kali terjatuh akan membuat kakiku lebih kuat untuk melangkah. Tapi tetap saja!

Ah, aku paham sekarang mengapa Peter Pan tak mau beranjak dewasa. Walau pada kenyataannya, menjadi dewasa itu memiliki sensasi tersendiri. Memiliki kebebasan luas sekaligus terkurung di antara segudang peraturan tak tertulis. Memiliki banyak pilihan hidup tapi nyatanya hanya bisa memilih satu. Bisa tertawa lepas, tapi bisa juga tertawa sedih, tertawa kesal, tertawa lelah, dan tertawa frustasi.

Saat masih kecil, aku sama sekali tidak pernah membayangkan rasanya menjadi dewasa. Aku tidak pernah punya cita-cita untuk menjadi dewasa. Ingin rasanya kembali. Kembali memiliki kebebasan di dalam keluguan dan kepolosan anak-anak. Tertawa lepas tanpa takut pada sebuah tanggung jawab. Berlari kesana kemari dan tidak menangis saat terjatuh.

Ah! Setiap kali berulang tahun, aku tidak pernah benar-benar membuat keinginan. Walau kata orang, jika kita meminta sepenuh hati saat berulang tahun, maka keinginan kita akan terkabul.

Bisakah aku menyebutkan keinginanku sekarang?

Aku ingin tinggal saja di Neverland dan menjadi Laskar si Peter Pan. Walu aku tidak terlalu suka petualangan.

Comments

Popular Posts