What Will You Do If You Can See The Future?

"What will you do if you can see the future?"
Sepenggal kalimat terakhir dalam film Arrival masih menari-nari di otakku. Ceritanya masih belum bisa move on dari Jeremy Renner.. #eeh
"What will you do if you can see the future?"
"What will you do if you can see the future?"
"What will you do if you can see the future?"
Karena penasaran, ku buat saja survey kecil-kecilan. Partisipannya tentu saja orang-orang di sekitarku. Beberapa orang menjawab bener, kebanyakan menjawab gak bener.. Hhh..
"What will you do if you can see the future?"
"Kalo yang baik-baik gw bakal ikutin. Kalo yang gak baik gw bakal berusaha dari sekarang biar gak terjadi hal itu. Jadi, intinya berjaga-jaga."
"Coba ngerubahnya, kalau yang diliat gak sesuai dengan harapan."
Kebanyakan orang akan menjawab seperti itu. Tapi ku rasa, pada kenyataannya tidak akan semudah menjawab pertanyaan itu. Sebelum mereka mengubah masa depan yang jelek, mereka akan lebih dulu stres. Mereka akan berpikir, "kok bisa ya masa depan gue jelek begitu?" Dan setelah puas bertanya-tanya, mereka akan mencari solusi, "bagaimana caranya biar masa depan gue sesuai dengan yang gue harapkan?" Lalu, pada akhirnya, pikiran mereka hanya akan terpaku pada masa depan yang jelek dan solusi untuk mengubah masa depan itu. Lupa bahwa mereka masih menjalani hari-hari pada masa sekarang.

Itulah terkaanku atas pemikiran orang-orang mayoritas.

Lalu, teman-temanku nanya balik, "kalau loe gmn?"
Aku? Jadi duta shampoo lain?? Muahahahahaha #PLAK

Jawaban yang terlintas di benakku tepat setelah aku memikirkan pertanyaan itu adalah, "I will make the better version of my future. Mau masa depan yang ku lihat itu jelek atau bagus."

Tapi, sebenarnya aku ini tipikal orang yang gak suka spoiler. Kalau waktu dulu, saat kegiatan ramal meramal pakai kartu tarot lagi ngetren, teman-temanku banyak sekali yang antri buat 'dibacakan' masa depannya. Aku lebih milih untuk nemenin temanku yang mau diramal saja sambil dengerin sedikit-sedikit. Tapi, begitu aku ditawarin untuk diramal, "oh, no thanks." Karena jadi gak seru lagi hidupku kalau udah kena spoiler. Haha..

Ada satu temanku yang secara gak langsung setuju pada pernyataanku.

Saat ku tanya, "What will you do if you can see the future?" dia menolak menjawab.
"Kalau boleh memilih, gue gak pingin bisa melihat masa depan. Lu jadi gak belajar bagaimana caranya berjuang, kan? Hidupnya jadi flat-flat aja." begitu katanya.
Memang banyak variasi jawaban dari pertanyaan ini. Banyak pro banyak kontra. Tapi, gak ada benar atau salah dari jawaban atas suatu pertanyaan pengandaian.

Ada sebuah cerita tentang Colin Singleton dalam buku An Abundance of Katherines. Colin adalah seorang jenius matematika, yang berusaha membuat perhitungan yang bisa memprediksi masa depan. Masa depan tentang percintaan lebih tepatnya. Segala macam rumus ia tempatkan pada perhitungannya. Grafik, kurva, perumpamaan-perumpamaan, yang jelas-jelas tidak ku pahami. Namun, pada akhir cerita, Colin akhirnya menyadari bahwa masa depan tidak bisa diprediksi dengan rumus matematika.

Kita juga seringkali bertindak seperti si Colin. -pinter tapi bodoh- Bukan hanya memprediksi tentang percintaan, kita selalu ingin tahu semua hal mengenai masa depan. Walau sebenarnya kita sendiri sudah tahu kalau masa depan tidak bisa kita lihat.

Hasil gambar untuk the best way to predict future is to create it
http://sparkblog.emc.com/

Abraham Lincoln mengatakan bahwa, "the best way to predict the future is to create it."

Jadi, aku membuat versi lain dari pertanyaan yang menjadi topik postinganku hari ini.
"What will you do if you CAN'T see the future?"
Lalu, aku menjawab "I will make the best version of mine."

Comments

Popular Posts