Stop Racism, Just Spread Kindness

Akhir-akhir ini isu politik sedang panas-panasnya diperbincangkan. Dekat-dekat dengan Pilkada 2017 dan juga politik di AS. Di Jakarta, Ahok didemo karena diduga telah menistakan agama. Di AS, banyak warga yang menolak Donald Trump sesaat setelah dirinya terpilih sebagai president AS, pengganti Barack Obama.

Dua demo yang sama-sama berujung kerusuhan tersebut sama sekali tidak berkaitan sebenarnya, tapi mengangkat satu topik yang sama (dari sekian topik yang didemokan) yaitu rasisme.

Menurut Wikipedia, rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.

Isu rasisme sudah muncul sejak berabad-abad yang lalu. Sejak jaman Romawi Kuno, zaman Nazi, kasus Apharteid di Afrika, hingga saat ini. Isu ini tidak pernah hilang dan bagi beberapa orang, sikap rasisme sudah mendarah daging. Misalnya saja yang masih seringkali terjadi diera modern ini, orang kulit hitam dianggap lebih rendah derajatnya daripada orang kulit putih. Orang mata sipit dimaki-maki karena dianggap berbeda dan akhirnya dianggap sebagai kaum minoritas. Bahkan, bukan cuma hinaan atau makian saja yang terdengar. Seringkali, orang-orang yang termasuk kaum minoritas dibully secara fisik dan mental. Seolah-olah, rasisme adalah suatu bentuk peraturan tidak tertulis yang memang sudah seharusnya terbentuk. Tapi, yah, isu ini banyak sekali memunculkan pertanyaan-pertanyaan di benakku. 
"Kok bisa sih orang kulit putih menganggap dirinya memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang kulit hitam??"
"Kok bisa sih orang-orang mata sipit dikata-katai dan dikucilkan, padahal sama-sama makan nasi??"
"Kok bisa sih sampai ada pembulian, kesenjangan, sampai ada kerusuhan cuma gara-gara beberapa orang memiliki bentuk mata dan warna kulit yang berbeda??"

Terkadang aku hanya duduk, bengong, di antara pikiran-pikiran tentang rasisme yang sulit sekali diurai, jauh lebih sulit diurai dari pada benang kusut yang paling kusutnya anak TK. 
Well, dari kecil aku gak pernah secara langsung dikucilkan atau dibully karena mataku sipit, karena memang kebanyakan orang-orang di tempat tinggalku bermata sipit semua. Tapi, begitu masuk ke Ibu Kota pun aku tidak menerima perlakuan secara langsung yang membuat aku merasa terkucilkan karena bermata sipit. Hanya saja, banyak berita dan hinaan dan caci maki yang terdengar di sana-sini, cukup membuat kuping panas juga karena aku merasa 'ras'ku diejek.

Tapi, hei. Sekali lagi aku pikirkan, kenapa musti ada pengkotak-kotakan ras seperti itu kalau kita sama-sama bernapas di negara yang sama?? Kenapa musti ada hinaan dan cacian yang terdengar kalau kita masih sama-sama makan nasi?? Kenapa musti ada sebutan 'kaum minoritas' kalau bahasa yang kita gunakan masih sama?? Dan kenapa dan kenapa dan kenapa yang lain, sampai beribu-ribu kenapa yang belum pernah ku dengar jawabannya.

Kalau aku pribadi memang mungkin masih melihat adanya perbedaan. "Oh, mata sipit beda ama pribumi." (ceritanya, berusaha untuk tidak menjadi pribadi yang munafik). But, just it. Kita memang berbeda. Itu fakta. Tapi, memangnya kenapa kalau berbeda?? Bukannya kalau semakin berbeda malah semakin baik?? Setiap perbedaan, setiap keberagaman biasanya membawa dampak yang baik pada setiap hal.
"We are all different and it's the best thing we ever had. So, why there should be racism??"
Seringkali juga, isu rasisme ini menghalangi kita untuk berbuat baik terhadap sesama. "Ah, ngapain nolong orang item? Ah, agamanya beda, kita tolong yang agamanya sama aja. Ah, mata sipit beda sama pribumi, jadi gak usah deket-deket." Hhh.. Lelah saya dengan pernyataan-pernyataan semacam itu.

Kindness is a language which the deaf can hear and the blind can see
http://www.lovethispic.com

Seperti kalimat yang dikumandangkan Mark Twain. Kindness is a language which the deaf can hear and the blind can see. Mau kulit hitam, kuli putih; mata sipit, mata belo; agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha. Kita semua berbeda tapi tidak ada alasan untuk mendapat perlakuan berbeda.
Just stop racism and spread kindness.

Comments

Popular Posts