Perebutan Kursi

Tempo hari, saat hendak ke suatu tempat naik busway. Yah, aku lupa tepatnya mau ke mana. Yang jelas aku naik busway.
Saat itu sedang weekend dan seramai-ramainya busway waktu weekend, gak akan sampai desek-desekan, empet-empetan model pepes di dalam sana seperti yang kerap kali terjadi pada hari-hari kerja. Setidaknya, busway koridor 1 tidak seperti itu. Kebetulan saat itu, aku dan segelintir orang lainnya tidak dapat duduk. Disaat-saat seperti itu, biasanya aku celingukan. Celingukan memperhatikan orang. Perlu diketahui bahwa salah satu hobiku adalah memperhatikan orang. Maksudnya begini, terkadang aku memperhatikan gerak-gerik orang, hal-hal apa yang umum dilakukan, kemudian aku akan menerka-nerka orang seperti apa mereka. Am I a judging person? Yah, kalo mau dibilang begitu juga boleh. Dulu, temanku yang kuliah dijurusan psikologi pernah berkata, "kita semua adalah judging person. Sadar atau gak sadar, kalau ketemu orang baru kita cenderung untuk 'menganalisa' orang itu." Jadi, aku adalah judging person. Kita semua adalah judging person.

Well, balik lagi ke cerita. Di dalam busway yang ku naiki, tak jauh dari tempatku berdiri, ada juga seorang ibu-ibu tua. Dalam ingatanku, rambutnya agak ikal sebahu, yang seluruhnya sudah berwarna putih. Keriput sudah terlihat jelas di wajahnya. 60 tahunan atau 70 tahunan usianya, tebakku. Ibu itu sudah terlihat tua, namun tidak renta. Ia tetap berdiri tegap. Beberapa penumpang menawarinya tempat duduk, namun ia menolak halus. Lalu, ketika busway tiba di suatu halte, masuklah seorang ibu muda yang sedang menggendong bayinya. Kebetulan, saat itu ada kursi kosong. Si Ibu tua langsung menyuruh si ibu muda untuk duduk, namun si Ibu muda menolak. Kemudian, terjadilah perdebatan seru.
"Duduk sini," kata si ibu tua.
"Gak usah. Buat ibu aja, saya mah masih muda." Si ibu muda menolak.
"Kamu bawa-bawa anak. Kamu aja yang duduk." Si ibu tua kekeuh.
"Gak usah, gak apa-apa." Si ibu muda juga kekeuh.
Aku dan penumpang lainnya hanya bisa menonton perdebatan mereka. Sampai akhirnya, si ibu mudalah yang kalah. Si ibu muda akhirnya duduk seraya mengucap terima kasih.

Apa yang kurasakan saat itu? Tercengang? Takjub? Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan ekspresiku saat itu. Tapi, selama hampi 5 tahun aku tinggal di Ibu Kota, baru kali itu aku menyaksikan perebutan kursi yang sengit. Kalau biasanya, para penumpang akan langsung masuk ke halte dan langsung sibuk mencari kursi untuk dirinya tanpa ba bi bu be bo, 2 ibu itu justru berebut untuk memberikan kursi kepada orang lain.

Yang dilakukan oleh kedua ibu itu sebenarnya sederhana. Mengalah untuk orang lain. 2 ibu itu termasuk ke dalam penumpang prioritas; lansia dan penumpang yang membawa bayi. Tapi, justru kedua penumpang prioritas itu yang rela membagi hak mereka kepada orang lain. Kejadian ini memberiku pengalaman sekaligus pelajaran.
Jangan merasa bahwa kita adalah orang yang perlu diprioritaskan. Mengalahlah bagi orang lain yang lebih membutuhkan, kapan pun kesempatan itu muncul.

Comments

Popular Posts