Terima Kasih

Ada satu anak jalanan yang kadangkala mampir ke rumahku. Minta makanan. Anak perempuan. Umurnya barangkali baru 4 tahun. Aku tidak tahu dari mana anak kecil itu berasal. Dari keluarga tidak mampu sudah pasti. Pakaiannya selalu kumal dan badannya selalu kotor. Rambutnya dipotong pendek seperti anak laki-laki.

Sudah cukup lama anak itu sering datang ke rumahku. Setiap datang, tiada kata terucap dari mulut anak itu, selain aku atau mamaku bertanya. Ia hanya menengadahkan tangan kanannya. Meminta makanan. Setelah mendapat apa yang dia minta, anak itu akan ngeloyor pergi, sambil tersenyum senang layaknya anak kecil pada umumnya.

Seringkali, mamaku berkomentar setelah diberikannya makanan pada anak kecil itu. "Bilang apa?" ucapnya. Namun, anak kecil itu hanya nyengir lalu berlari keluar.
Seringkali juga, anak kecil itu diajarkan untuk mengucap "Terima Kasih". Hanya kata sederhana dalam beretika.

Setiap anak itu datang, dan kebetulan aku sedang ada di rumah, aku hanya akan bertanya, "mau apa?"
Anak itu tidak pernah menjawab. Terkadang ia menunjuk apa yang ia mau. Makanan di atas meja. Seringkali ku ambilkan makanan yang dia mau tanpa banyak bertanya.

Hari ini, anak kecil itu pun datang. Aku tidak bertanya apa-apa. Ku ambil beberapa butir permen dari dalam toples, lalu langsung ku berikan padanya.
"Terima kasih," katanya. Lalu berlari keluar.
Tak kuasa aku menahan senyum. Hanya karena mendengar kata-kata itu dari mulut seorang anak kecil. Anak jalanan. But, it means a lot.


dekorasirumah.org

Masih ku ingat perkataan dari Tanteku beberapa tahun lalu, "jangan pernah lupa bilang terima kasih". Sejak saat itu, ku turuti saja perkataannya, tanpa benar-benar memahami apa maksudnya.
Namun, kini telah ku pahami maksudnya. It means a lot.

Comments

  1. Ku tau dia siapa. Namanya Tasya. Anak dari pemulung yang suka mangkal deket deket rumahmu. Dia punya adik laki-laki. Dia juga suka dateng ke toko dan minta uang. Pernah suatu waktu dia dikasih roti dan dia malah injak-injak roti itu karena yang dia mau itu uang, sebesar 2.000, padahal roti yang dikasi seharga 5.000. Sungguh terlalu. Yah maklum si belum sekolah karena memang orang tuanya tak cukup mampu untuk menyekolahkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Pik.. seringkali ngeselin + nyolot emang anaknya. Mungkin karena latar keluarganya juga begitu dan seringnya dia keluyuran jadi tingkah lakunya seenak jidatnya aja.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts