Jangan Lupa Bahagia

Tempo hari, saat kakiku hendak melangkah untuk memulai hari-perkantoran yang kadang melelahkan seringkali kadang tidak-yang baru, mataku tertuju pada seorang bapak yang mengenakan kaos merah. Bukan maksudku untuk mencuri pandang ke arah si bapak, namun tulisan pada kaosnya itu yang mencuri sejenak perhatianku.
"Jangan Lupa Bahagia."
Spontan, senyum tipis pun mengembang di wajahku. "Lucu juga," pikirku saat itu. Kalimat itu sebagai pengingat agar kita bahagia. Bahagia aja kok perlu diingatkan?

Tapi, disadari atau tidak, berapa lama kita merasa bahagia dalam kurun waktu 1x24 jam?

 source: lilpickmeup.com

Pertanyaan ini tidak hanya ditujukkan bagi para pekerja kantoran yang setiap pulang-pergi harus menerjang keganasan jalanan di Ibu Kota, orang-orang yang merasakan sulitnya mencari nafkah demi segenggam berlian sesuap nasi, atau bahkan ibu rumah tangga yang barangkali kelimpungan mengurus anaknya yang rewel dan tak bisa diam.

Pertanyaan ini untuk setiap diri kita yang seringkali lupa untuk tersenyum.

Sepertinya, menghela nafas panjang lebih sering kita lakukan daripada menyunggingkan senyum bahagia. Sepertinya. Sepertinya. Sepertinya benar begitu.

Haruskah tulisan, "Jangan Lupa Bahagia" ditempel di tempat-tempat umum? Di halte busway atau di stasiun misalnya. Sekadar mengingatkan bahwa seulas senyum bahagia akan membuat segalanya menjadi lebih baik.

Comments

  1. Jangan lupa senyum tiap pagi di depan cermin sebelum memulai hari-hari :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts