When Life Gives Me Lemons and I can't Help it but.. Yeah
Tahun 2023 baru berjalan 3 bulan lebih sedikit tapi rasanya sudah lamaaaaaa banget karena ada banyak hal yang terjadi, yang terjadinya hal-hal yang gak mengenakan pula. Gak di dunia maya, gak di dunia nyata, ada saja yang bikin overwhelmed dan energi habis. Ada lah kasus penganiayaan, belum kelar diusut kebongkar kasus korupsi, belum lagi kasus pembunuhan yang rasanya gak habis-habis sampai aku berpikir, "apa sekarang nyawa manusia sudah semurah itu?" 🥴🥴 Aku jadi sering bertanya-tanya tentang esensi menjadi manusia sebenarnya karena manusia yang menyebut dirinya sebagai "homo sapiens" yang artinya "manusia bijak" sangatlah jauh tingkah lakunta dari kata "bijak". Atau sebenarnya "homo sapiens" yang memang benar-benar bijak sudah hampir punah 🤔🤔 Kejadian-kejadian di dunia nyata pun rasanya bikin aku speechless sama hidup karena bingung kok hidup bisa semenyesakan ini, apalagi sebulan terakhir Hhh Ditambah lagi dengan quarter life crisis chapter 2 yang menyerang rasa percaya diriku yang baru saja bertunas tanpa ampun 😩😩
Tapi aku juga jadi menyadari kalau di saat-saat aku merasa energiku terkuras, aku punya pikiran-pikiran jahat dan ketidak pedulian yang bersemayam dalam otakku lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Aku pun jadi ingat kata-kata dari salah satu penulis favoritku, Minato Kanae, yang kerap menulis buku yang menyuarakan pikiran jahat tokohnya dengan gamblang. Waktu aku ikutan acara Festival Buku Asia tahun 2021 dan bertemu dengan beliau secara virtual, beliau menjelaskan alasan dirinya membuat buku seperti itu adalah karena di dalam diri setiap manusia pasti terdapat pikiran/perasaan jahat. Bahkan, orang-orang yang merasa dirinya baik dan tidak bercela pun pasti memiliki rasa iri dan perasaan yang memunculkan pertanyaan, "kenapa aku gak seperti orang lain?". Dan di dalam bukunya, gak jarang tokoh-tokohnya tidak hanya memiliki pikiran-pikiran jahat tapi juga mengeksekusi pikiran jahat mereka. Karena aku adalah orang yang juga masih punya pikiran jahat (kalau gak punya sama sekali aku pasti sudah jadi orang suci 😂😂), maka setiap habis baca bukunya, selain perasaan takjub, muncul juga perasaan takut kalau-kalau aku juga mengeksekusi pikiran jahatku seperti tokoh dalam buku.
Tapi, Minato Kanae bilang bahwa ia menulis buku seperti itu dengan harapan bahwa pembaca bisa lebih mengenal dan menyadari apa yang ia pikirkan sehingga bisa ngerem sehingga tidak melakukan hal-hal yang kelewat batas. Dan alasan kita bisa ngerem untuk tidak mengeksekusi pikiran jahat kita itu juga karena mungkin di sekitar kita ada orang-orang yang mengerti dan menghentikan kita. Sejak pertemuan virtual itu, aku selalu mengingat kata-kata Minato Kanae itu setiap kali pikiran jahatku muncul dan akhirnya aku jadi lebih bisa mengenal diriku sendiri dan mengapresiasi kebaikan yang disampaikan oleh semesta juga orang-orang di sekitarku. Seiring bertambahnya umurku aku juga ingin menjadi orang yang tidak abai terhadap kebaikan sekecil apa pun, terlebih aku tidak ingin menjadi orang yang take someone for granted (apa sih bahasa indonesianya untuk kalimat ini?). Dan kebaikan yang ku terima sekecil apa pun kini membuatku dipenuhi oleh rasa syukur yang teramat sangat, karena aku tahu kalau saat ini kebaikan itu mahal sekali. Ku harap ada banyak orang yang berjalan ke arah yang sama denganku dan menjadikan dunia ini lebih layak untuk ditinggali.
Halo Mei! Sudah lama ga blog walking ke sini. Kalo dipikir-pikir, iya juga sih, setiap manusia pasti punya pikiran jahat. Cuma tinggal penguasaan dirinya aja untuk turutin atau engga. Ngomong-ngomong semoga quarter life crisis chapter 2-nya sudah dilalui dengan baik ya!
ReplyDeleteHalo juga, Pikaa! G juga udah lama gk buka2 blog dan nulis2, nih. Sudah lama juga gak baca2 blognya Pika 😆😆
Deletep.s. quarter life crisis chapter 2 nya sudah berlalu 🫢🫢
Wah puji Tuhan sudah lewat ya! Semoga tahun 2024 semakin menjadi tahun yang lebih baik ya! Cheers.
Delete