Anne of Green Gables [BOOK REVIEW]
Siapa yang tidak tahu buku Anne of Green Gables yang beberapa waktu lalu baru dibuatkan serianya oleh netflix dengan judul Anne with an E. Anne of Green Gables adalah karya sastra klasik yang ditulis oleh seorang penulis wanita, Lucy M. Montgomery, berkebangsaan Kanada dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1908. Aku sudah lama punya buku versi terjemahannya yang diterbitkan oleh Qanita. Buku itu ku beli preloved di lelang buku rutin yang dilakukan akun Bookish Indonesia di instagram. Tapi sayangnya, perkenalan pertamaku dengan Anne tidak berlangsung dengan baik. Aku sangat kaget ketika mengetahui bahwa Anne adalah seorang anak perempuan dengan daya imajinasi tinggi yang bawelnya minta ampun. Di bukunya, satu halaman penuh bisa diisi dengan monolog Anne yang membicarakan apa pun tanpa arah tujuan. Anak itu membicarakan daun saja bisa panjaaaaaang banget. Sayangnya aku tidak tahan membaca monolog Anne yang rasanya tidak habis-habis itu. Akhirnya setelah membaca sampai halaman 50, bukunya ku tinggal 😂😂
Pertemuanku dengan Anne selanjutnya terjadi dengan tidak sengaja saat aku sedang mencari-cari buku yang bisa ku dengarkan audiobooknya di aplikasi storytel dan karena sampelnya terdengar oke, jadi aku lanjutkan mendengarkan versi fullnya. Ternyata aku lebih bisa tahan dengan ocehan Anne dalam versi suara daripada versi tulisan! 🤣🤣
Ada banyak sekali emosi yang berkecamuk saat aku "bertemu" untuk kedua kalinya dengan Anne lewat audiobook ini. Kadang aku tertawa sampai geleng-geleng kepala dengan tingkah Anne yang selalu ada-ada saja, masukin minyak angin ke dalam adonan kue misalnya atau salah ambil minuman di dapur yang akhirnya bikin Diana mabuk, bisa-bisanya 🤣🤣; aku juga sering cekikikan dengan tingkahnya yang seringkali terlalu dramatis 🤣🤣; lalu aku juga dibuat terheran-heran dengan sikap Anne yang kritis dan (suka kelewat) jujur. Kadangkala aku pun merasa kalau aku berbagi sel-sel otak yang sama dengan Anne setiap kali ia menyuarakan isi kepalanya yang membuatnya tidak bisa berhenti mengeluarkan kata-kata canggih (aduh aku merasa ketemu teman 🤣🤣).
"Oh, aku menyukai berhubungan dengan segala sesuatu, bahkan jika mereka hanya tanaman geranium. Hal itu membuat mereka lebih mirip manusia. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa perasaan geranium terluka karena dia hanya disebut geranium dan bukan dengan suatu nama? Anda tak akan menyukai dipanggil dengan sebutan 'perempuan' sepanjang waktu." -Anne-
Cerita di buku ini sebenarnya sederhana sekali. Tidak ada konflik besar yang gimana-gimana dan hanya menceritakan keseharian Anne sejak ia diizinkan untuk tinggal di Green Gables; bertemu sahabat terbaiknya, Diana; masuk sekolah dan berseteru dengan Gilbert yang akhirnya menjadi musuh bebuyutannya; belajar hal-hal baru yang ia sukai; menemui beragam masalah akibat kecerobohannya sendiri (yang selalu bikin aku ngakak 🤣🤣); sampai akhirnya ia lulus sekolah, masuk akademi keguruan, dan memutuskan tinggal di Green Gables untuk mengajar. Keseharian yang sederhana itu terasa menyenangkan sekali karena Lucy Montgomery menuliskannya dengan gaya yang menyenangkan. Aku pun seolah ikut menjalani setiap hari yang Anne habiskan di Green Gables bersama orang-orang yang ia sayangi dan seolah berada di sampingnya saat ia memandangi pemandangan indah di Avonlea karena penggambaran tempat-tempat di buku ini sangat detail.
Sepanjang mengikuti kisah Anne aku merasa bisa relate dengan Marilla karena lambat laun aku tidak bisa tidak jatuh hati pada gadis kecil yang penuh imajinasi itu yang semakin hari semakin bertumbuh menjadi semakin baik dan semakin cantik (aku bisa membayangkan rambut merah Anne berubah semakin cantik menjadi merah kecoklatan). Perasaan-perasaan itu terus terakumulasi seiring dengan bertambahnya usia Anne yang juga mengubahnya menjadi lebih dewasa. Aku bisa mengerti dengan apa yang dirasakan Marilla saat ia menyadari bahwa Anne sudah lebih tinggi darinya. Diam-diam Marilla sangat mencintai Anne dan sosok Anne yang beranjak dewasa membuatnya kehilangan gadis kecilnya yang selalu berbuat ulah namun menghadirkan keceriaan yang belum pernah ia rasakan semasa hidupnya. Aku jadi bertanya-tanya apakah ini juga yang dirasakan seorang ibu saat melihat anaknya tumbuh besar? Alih-alih merasa senang karena anaknya bertumbuh dengan baik, seorang ibu akan merasa kehilangan anak kecil polos yang selalu ia buai dan timang-timang ðŸ˜ðŸ˜
[SPOILER ALERT] Dan di bagian akhir.. ugh I didn't see it coming. Matthew meninggal terkena serangan jantung dan sungguhlah aku sakit hati membayangkan raut sedih menetap pada wajah Anne yang selalu ceria. Ia pun bercerita pada Mrs. Ellen bahwa ia merasa berkhianat jika ia berbahagia karena hal-hal yang terjadi di Avonlea. Mrs. Ellen berkata bahwa Matthew tentu akan lebih senang melihat Anne berbahagia daripada bersedih dan aku sangat menyukai kata-kata Mrs. Ellen itu. Anne pun memutuskan untuk mengubah ambisinya belajar di universitas agar ia bisa merawat Marilla dan tetap tinggal di Green Gables yang ia sayangi. Anne benar-benar anak yang tahu bagaimana caranya untuk membalas budi dan aku semakin menyayanginya karena hal itu. Rasanya aku tidak mau berpisah dengan Anne (padahal pas pertama kali "bertemu" aku gak tahan dengan kebawelannya 🤣🤣). Aku pun jadi paham kenapa banyak sekali orang yang menyayangi Anne dan mengoleksi semua bukunya (cepat atau lambat, aku pun akan melakukan hal yang sama).
Lucy Montgomery piawai sekali menuliskan setiap detail cerita dan perasaan yang dialami setiap tokoh dalam buku jadi bukan hanya ceritanya yang menarik untuk diikuti tapi setiap tokohnya pun sangat menarik untuk diulik lebih jauh. Ada banyak sekali potret masyarakat yang dituangkan lewat kehidupan bertetangga di Avonlea. Ada Mrs. Rachelin yang punya banyak anak, masih berpikir bahwa perempuan tidak perlu pendidikan, dan juga senang memberi saran meskipun tidak diminta. Ada Mrs. Berry ibu Diana yang cukup strict mendidik anak-anaknya tapi mau mengakui kesalahannya karena telah berburuk sangka pada Anne dan akhirnya mendukung persahabatan Anne dengan Diana. Ada Mrs. Berry tua yang kurasa cukup idealis dan kaku tapi sangat terbuka jika ada orang yang bersedia memberinya warna baru dalam kehidupan. Ada Mrs. Ellen, istri pendeta yang menjadi salah satu sahabat Anne yang selalu mendengarkan dan memberi nasihat-nasihat baik pada Anne tanpa menggurui. Ada Mrs. Stacey, guru di Avonlea yang sangat menghargai usaha murid-muridnya untuk belajar dan selalu mendorong murid-muridnya untuk mencapai sesuatu dengan metode belajarnya yang unik dan terbukti efektif. Dan tentu saja ada Marilla dan Matthew yang sangat menyayangi Anne dengan cara mereka masing-masing. Adalah keputusan tepat mereka tidak jadi mengembalikan Anne ke panti asuhan.
Tentu saja tokoh favoritku adalah Anne, si anak bawel yang cerdas, baik hati, suka kelewat jujur, dan punya imajinasi yang meletup-letup. Nampaknya di mana ada Anne di situ pasti ada kegembiraan. Meski awalnya aku tidak tahan dengan kebawelan Anne tapi kurasa kalau kami bertemu kami bisa menjadi teman dekat wkwkwk Apalagi dia itu pisces 👀 Oh, aku juga suka dengan Gilbert. Meski awalnya ia adalah anak yang agak bandel dan suka menggoda anak-anak perempuan tapi Gilbert adalah anak yang penuh integritas, cerdas, dan baik hati. Ia bahkan merelakan posisinya di Avonlea karena ia tahu kalau Anne harus merawat Marilla. Meski perannya tidak terlalu banyak karena Anne punya dendam kesumat sama GIlbert, tapi aku suka saat akhirnya ia tetap mengajak Anne berteman setelah ditolak berkali-kali 🤣🤣 Ku pikir mereka akan melewatkan masa-masa pertemanan dan langsung loncat sebagai sepasang kekasih wkwkwk
Buku ini ditulis lebih dari 100 tahun yang lalu yang membuatku semakin kagum dengan penulisnya karena bisa menghadirkan sosok anak perempuan yang tidak seperti perempuan pada umumnya pada zaman itu dan kurasa hal itu pula lah yang membuat buku ini bisa tetap eksis dan disukai oleh banyak orang hingga saat ini. Setelah melahap habis bukunya, aku langsung mencari buku-buku selanjutnya (yang covernya senada tentu saja) di ecommerce dan aku menemukan ada yang jual buku preloved ke-2 dan ke-3 dengan kondisi yang lumayan oke. Buku kedua akan menceritakan masa-masa Anne sebagai guru di Avonlea dan aku sungguh tidak bisa membayangkan akan jadi guru seperti apa si Anne itu 🤣🤣 Dan series Anne ini ada 6 +3 buku (3 buku terakhir menceritakan anak-anak Anne). Aku juga penasaran dengan series netflixnya yang kata temanku bagus banget sampai bikin standar nonton seriesnya meningkat jauh 👀
Oiya, saking terkenalnya buku ini, selain Anne with an E buku ini diadaptasi juga ke dalam bentuk film, anime, dan drama musical! Dan tempat tinggal Anne di Green Gables pun dijadikan tempat nasional bersejarah di Kanada! Auto masukin wishlist, siapa tahu kan suatu saat nanti aku bisa main ke Kanada ðŸ¤ðŸ¤
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Green_Gables_(Prince_Edward_Island) |
Comments
Post a Comment