Semacam Kegalauan Yang Tak Berkesudahan
Hidup itu tidak pernah pasti
Hidup itu penuh ketidaktahuan
Hidup itu penuh dengan segala kemungkinan
Yang kadangkala berada di luar batas pemikiran manusia
Tapi, manusia yang satu ini
Yang menulis kata-kata ini
Punya kepala yang lebih keras daripada batu
Terus menerus memaksa ingin tahu semua hal
Terus menerus memaksa akan sebuah kepastian
Terus menerus menolak semua kemungkinan
"Kalau iya ya iya, engga ya engga"
Kalimat yang menjadi favoritnya itu nyatanya ditolak mentah-mentah oleh Hidup yang tak kelihatan di mana ujungnya
Kekeras kepalannya sendiri akhirnya membuat lelah
Terlebih saat dia mengawang-awang dalam ketidaktahuan
Mengambang di antara ketidakpastian
Dan diterpa oleh segala macam kemungkinan
Mau bagaimana pun dia berusaha menolak, atau menangkis
Semua itu hanya berujung kepada kesia-siaan
"Lalu, harus bagaimana?"
Benaknya menanyakan pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan
"Apanya yang bagaimana?"
Malah Hidup yang balik bertanya
"Kamu hanya perlu sadar diri kalau kamu hanyalah manusia kecil yang tidak bisa mengontrol bagaimana Hidup seharusnya berjalan"
Kata Semesta membantu menjawab
"Dan ketahuilah, bahwa ada batas yang sangat tipis antara menerima Hidup dan pasrah akan Hidup"
Comments
Post a Comment