Aku Dalam Kecintaan Sekaligus Kerinduanku
Aku mulai memejamkan mata. Melakukan meditasi seperti yang diajarkan saat sesi konselingku beberapa waktu lalu. Sejenak, benakku memunculkan berbagai warna yang muncul dalam bentuk cahaya. Hitam, merah, kuning, hijau, dan terakhir putih. Ku tarik nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya perlahan. Seluruh tubuhku perlahan terasa lebih rileks seperti seharusnya. Tapi, setelah itu otakku malah memutar beragam memori secara tumpang tindih. Aku melihat sekilas rupaku saat aku pertama kali memakai seragam putih biru, sedetik kemudian aku merasakan perasaan sedih yang entah dari mana asalnya, lalu bayangan mamaku, adikku, papaku. Semua memori indah dan sedih muncul secara serampangan. Otot-otot tubuhku kembali menegang sampai akhirnya ku teriakan, "Berhenti!"
Semua memori itu hilang. Terganti dengan perasaan kosong yang anehnya terasa menenangkan. Sayup-sayup ku dengar suara psikologku berkata, "bayangkan kamu berada di tempat yang sangat kamu sukai. Bayangkan hanya ada kamu di sana, sendiri. Tak ada siapapun yang menggangumu. Rasakan semua hal yang indah di tempat itu." Perlahan, benakku membawaku menyusuri waktu, kembali ke tempat yang selalu menjadi kecintaanku sekaligus kerinduanku selama ini. Pantai. Pantai di Bali tepatnya.
Ku rasakan angin semilir menerpa wajahku, bau laut pun langsung menyambutku dengan kekhasannya. "Ah, sudah sekian lama aku rindu." Langit sore tampak kemerahan dan terlihat bulatan matahari yang sudah setengah tenggelam. Ku lepas sepatuku dan perlahan berjalan di atas pasir putih yang halus, menghampiri bibir pantai dan membiarkan kakiku terkena hempasan ombak kecil air laut. Ku rasakan ketegangan otot tubuhku mencair seketika. Aku bahkan sudah lupa bahwa semua kombinasi ini rasanya bisa begitu menenangkan. Sebuah ketenangan yang sebenarnya tak bisa aku jelaskan hanya dengan kata-kata.
Mataku terpejam, menikmati semua hal yang disuguhkan alam kepadaku. Sebuah perasaan lain pun menerobos masuk ke dalam relung hatiku. Perasaan bebas. Simfoni dari deburan ombak, air laut dan pasir halus yang menyentuh kakiku, semilir angin sore, dan bau laut yang khas. Semua kombinasi itu seolah mengangkat beban yang menggelayut di pundakku begitu saja, tanpa residu yang tertinggal. Aku bebas.
Ah, ingin rasanya aku memejamkan mata selamanya, agar aku bisa merasakan perasaan bebas yang menenangkan itu dalam keabadian.
Comments
Post a Comment