JOKER - Antihero Clarification
Joker menjadi film yang amat ditunggu-tunggu banyak orang sepanjang tahun 2019 ini, termasuk aku. Aku gak gitu menyukai film bergenre dark, namun sejak trailernya dirilis, Joker seolah menjanjikan sudut pandang baru yang gak pernah kita tahu sebelumnya dari seorang penjahat. Jarang sekali ada film yang mengusung masa lalu seorang kriminal atau tokoh antagonis musuh para superhero. Aku cuma tau Maleficent sih yang mengusung tema seperti itu. Tapi, justru menurutku hal itulah yang menjadikan film ini menarik untuk ditonton. Mengutip review Agniya Khoiri dalam CNN Indonesia, "Butuh kesiapan mental untuk bisa menerima dan memahami segala hal yang dilalui oleh Fleck. Dalam konteks ini, sutradara Todd Phillips sungguh tak membuat Joker sebagai hiburan yang mudah ditelan begitu saja." Dan aku setuju dengan perkataannya. Film ini bukan film yang bisa dicerna hanya dari tampak luarnya saja. Joaquin Phoenix menunjukkan segala emosi yang dimiliki oleh Arthur Fleck sedemikian rupa. Kita berkesempatan untuk mengintip isi hati dan isi kepala dari seseorang yang mengalami gangguan mental.
Sejak menit pertama, perasaan yang muncul dalam diriku adalah rasa kasihan yang terus-terusan menumpuk sejalan dengan kisah hidup Arthur Fleck hari demi hari yang dihiasi dengan segala hal yang membuat hati baiknya mati. Hati baik? Aku gak mau mengakui tapi aku rasa Arthur Fleck adalah orang baik. Sangat baik malah. Ia memperlakukan semua orang yang disayanginya dengan baik dan ia mencintai pekerjaannya sebagai badut sambil menantikan mimpinya, untuk menjadi seorang comedian, menjadi nyata. Ada beberapa gerak gerik Arthur yang menunjukkan bahwa ia adalah orang yang baik, nanti kalian bisa nilai sendiri saat sudah nonton filmnya.
Sayangnya, Arthur Fleck tinggal diera 1980-an di mana Gotham berada pada titik kronis dengan ketimpangan sosial yang gap nya terlalu jauh antara si kaya dan si miskin, kejahatan merajarela di mana-mana. Pada satu sesi konselingnya dengan psikolog, Arthur bertanya, "Is it just me or is it getting crazier out there?" Dengan segala keterbatasannya Arthur berusaha untuk hidup normal seperti orang lain, namun semesta seperti tidak mendukungnya untuk memiliki kehidupan yang normal. Tambahan lagi adanya trauma pada kepalanya yang ia dapatkan saat ia masih kecil membuatnya sering tertawa mendadak dan tidak terkontrol, walaupun tidak ada yang hal lucu. Hal ini membuatnya sering dibully dan dianggap aneh oleh orang lain.
Menurutku, tema besar yang diangkat dalam film ini adalah penjelasan mengenai 'KENAPA Arthur Fleck bisa menjadi Joker?'
Hal yang perlu digaris bawahi menurutku adalah bahwa Arthur Fleck dan Joker adalah dua orang berbeda. Arthur berusaha hidup normal dengan hati yang baik, kemudian serangkaian peristiwa dan kenyataan dari masa lalu menghantam Arthur bertubi-tubi, membuatnya terlalu sakit hingga ia tidak bisa merasakan sakit lagi, akhirnya ia menghasilkan tawa yang membuatku menangis. Lalu apa yang terjadi setelah hati baik Arthur Fleck mati? Joker muncul melawan semua kegilaan yang membuatnya tidak waras.
And somehow I feel some people will be related with Arthur Fleck and Joker. Mereka adalah anomali yang disajikan secara ironis. Secara general, orang-orang muak dengan kesenjangan sosial yang gap nya terlalu jauh, muak dengan orang-orang berkuasa yang banyak omong tapi hobi menyelamatkan pantatnya sendiri. Maka mereka memuja-muja Joker dan menganggapnya sebagai pahlawan walau yang ia lakukan jelas bertentangan dengan moral. Secara personal, Arthur Fleck sama dengan kita semua, orang-orang yang berjuang dalam medan perangnya masing-masing dan berusaha untuk hidup normal seperti orang lain, kita semua punya 'topik sensitif' kita masing-masing yang seringkali dianggap orang lain sepele. Begitu ada orang yang menyenggol 'topik sensitif' itu, kita pasti gak suka kan atau bahkan memberontak. Iya, aku gak mau mengakui tapi ku rasa kita semua punya bibit Joker dalam diri kita masing-masing, dalam level yang berbeda tentunya.
"My mother always tells me to smile and put on a happy face." Arthur sempat mengatakan hal ini saat ia tampil sebagai komedian di salah satu acara. But, that words is kind of disturbing motivational quote for me. I was trying to laugh as much as I can and tends to bury my sadness back then. But, during this past years I've realized that I'm a human being. It's okay to be not okay, it's okay to not put a happy face everyday. Hal itu juga berlaku untuk Arthur Fleck. He is a mere human being yang juga bisa merasa sedih, marah, kecewa, dan lelah. Namun, hal-hal itu sangat sulit ia tunjukkan terutama kepada orang-orang yang ia sayangi, ia berusaha untuk menahan semua rasa yang ia miliki dan bersikap maklum. Tapi, semua itu ternyata tak terbendung dan menumpuk menjadi kemuakan.
Film ini jelas memberikan perdebatan batin dan dilema bagiku. Kind of disturbing. Joker menunjukkan segala hal yang ia lakukan adalah wajar karena masa lalunya yang sungguh kelam dan penuh dengan rasa sepi dan kesedihan yang tergambar jelas dalam tawanya. Aku tidak membenarkan perbuatan Joker yang biadab dan bersifat psikopat tapi aku merasa bahwa Joker adalah villain yang paling manusiawi jika dibandingkan dengan villain dalam film superhero yang lain.
Film ini juga mengantarkan banyak sekali pesan moral dan mengingatkan kita tentang mental illness yang seringkali dianggap sepele, terutama delusional dan narcissistic yang bisa berujung pada skizofrenia. Orang seringkali gak sadar kalau dia mengidap stress yang jika dibiarkan bisa menjadi mental illness, maka dibutuhkan ahli yang profesional yang bisa membuat kita lebih waras. Sayangnya, di film ini, psikolog yang diperuntukan bagi orang-orang kecil seperti Arthur Fleck seolah tidak menjalankan pekerjaannya dengan baik. Orang-orang seperti Arthur butuh teman bicara dan pendampingan, tapi si psikolog sama sekali gak pernah mendengarkan omongannya dan cenderung menjudge Arthur dengan raut wajahnya yang seolah mempertanyakan Arthur dan jurnal yang ditulisnya. Tambahan lagi, fasilitas konselingnya malah dihentikan untuk menghemat budget pemerintah. *auto ngelus dada*
Bagi yang menganggap film ini hanya sebatas genre lain dari film superhero atau menganggap gak ada lagi superhero yang bisa difilmkan maka penjahatnya yang jadi tokoh utama, please think again. Karena menurutku film ini lebih dari sekadar film antihero.
Bagi yang menganggap film ini hanya sebatas genre lain dari film superhero atau menganggap gak ada lagi superhero yang bisa difilmkan maka penjahatnya yang jadi tokoh utama, please think again. Karena menurutku film ini lebih dari sekadar film antihero.
Beberapa poin yang bisa ku rangkum dari film yang membuatku mendapat persepsi baru, antara lain:
- Everyone has their own struggle in their battlefield that other people didn't know it was exist. Seperti yang sudah ku bilang, hal yang dianggap sepele oleh orang lain belum tentu sepele bagi orang-orang tertentu. You just didn't know because you're not in the same battlefield with them. It's kind of reminder that we should be good to everyone around us. Siapa tau hal sederhana yang kita lakukan bisa memberi sedikit tenang pada jiwa mereka yang ternyata sedang kelelahan. Kalau gak bisa berlaku baik gimana? Ya gak usah memperparah keadaan, Marimar!!
- Ada satu scene di mana Joker bilang bahwa orang lain, terutama orang-orang yang berkuasa, gak pernah mau repot-repot untuk menempatkan diri mereka sebagai Arthur Fleck yang hidupnya susah. Hal yang dikatakan Joker ini kenyataan. Gak semua orang punya simpati atau bahkan empati yang bisa membuat mereka merasakan penderitaan orang lain. Dan yah, balik lagi ke poin pertama. Kalau gak bisa berempati ya jangan berulah!
- Hal yang juga seringkali dilupakan oleh banyak orang adalah tentang 'batasan'. Dalam hidup bermasyarakat selalu ada peraturan tidak tertulis tentang batasan-batasan yang gak boleh dilewati oleh setiap orang. Seperti contohnya Arthur Fleck yang bercita-cita sejak kecil untuk menjadi seorang comedian yang menyuarakan lelucon yang mendatangkan tawa, ketika mimpinya yang ia pupuk sedari kecil itu dijadikan bahan olok-olokan maka orang yang mengolok-olok itu sudah melewati batas. Sesantai apa pun penampilan seseorang pasti selalu ada batasan yang gak boleh dilanggar. Kalau dilanggar gimana, Kak? Konsekuensi ditanggung sendiri. :)
Sekian dan terima kasih
Comments
Post a Comment