Sebuah Insight
Satu hal yang aku tau sedari dulu, "setiap orang punya porsinya masing-masing", tapi satu hal itu juga yang seringkali aku lupakan sampai akhirnya aku merasakannya sendiri.
Tempo hari aku pernah bercerita tentang aku dan temanku di grup yang saling tak mau mengerti yang akhirnya menyebabkan masing-masing dari kami berspekulasi tanpa mau tau apa alasan sebenarnya. Berawal dari komentar yang menurutku candaan ringan seperti yang seringkali aku dan temanku lakukan yang diakhiri dengan temanku yang kemudian sewot karena candaanku. Saat itu aku berpikir, "lah biasa juga sering bercanda begini, kemarin-kemarin juga dia bercandain aku kok dia sekarang sewot?"
Setelah beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk berhenti berkomentar di grup. Kemunculanku hanya sebatas membicarakan hal-hal yang sederhana dan gak ada sangkut pautnya dengan hubungan masing-masing orang. Aku bersikap bahwa aku tidak peduli, "daripada dia sewot lagi," begitulah pikirku. Sebut saja temanku ini Si A.
Sampai akhirnya aku berada di posisi Si A. Beberapa waktu lalu aku memposting di igs ku yang hanya ku bagikan pada teman-teman dekatku, aku bilang bahwa diet minggu pertamaku cukup memuaskan. Yang kemudian direspon oleh salah satu teman dekatku. Sebut aja Si B. Si B ini gak berkomentar yang menjatuhkan atau gimana. Hanya berkomentar biasa, "kayaknya ada yang dietnya sukses, nih," yang disertai dengan pertanyaan-pertanyaan kepo yang ku respon ala kadarnya. Tapi, satu hal yang pasti, aku gak suka dikomentari atas masalah ini. Akhirnya aku menghapus post itu dari igs ku.
Kemudian, hal ini terus menempel di benakku sejak aku bangun tidur. Sepanjang perjalanan ke kantor, aku bertanya-tanya, "kenapa aku gak suka ada orang lain komenin aku yang lagi diet? Padahal sebenarnya kan komennya gak yang gimana-gimana." Setelah aku selidiki ternyata aku bersikap defensif dengan topik ini. Topik diet ini merupakan topik yang cukup sensitif bagiku, nanti akan aku ceritakan lebih detail kenapanya, tapi bisa jadi karena selama ini aku mencoba diet tapi selalu gagal nah waktu dietnya berprogres aku senang tapi takut ada orang lain yang "menyerang"ku dengan perkataan-perkataan, "alah sok-sokan diet", "ngapain sih diet? Nanti juga gagal." Aku mendaulat diriku sebagai orang yang cuek dengan omongan orang, tapi bukan berarti aku fine-fine aja kalau dikomentari.
Dari serangkaian kejadian itu aku kembali mengingat hal yang ku tulis di atas. Setiap orang punya porsinya masing-masing, setiap orang juga punya topik sensitifnya masing-masing. Aku rasa cukup penting untuk menyadari dan mempelajari hal ini sampai mendarah daging. Kenapa? Karena kadang hal yang orang lain anggap penting, bisa jadi bagiku hanyalah persoalan sepele begitu juga sebaliknya. Hal yang bagiku berdampak besar pada hidupku, ternyata hanya angin lalu bagi orang lain. Hal yang bisa membuatku nyengir lebar saking senangnya bisa aja dianggap sesuatu yang biasa bagi orang lain. Balik lagi ke persepsi, selera, dan hal-hal lain yang mempertegas fakta bahwa setiap orang berbeda termasuk reaksi dalam menghadapi sesuatu pun berbeda.
Hal ini aku anggap penting untuk dipelajari, jadi kalau ada temanku yang tau-tau sewot aku bercandain, aku gak akan balik marah dengan bilang, "lah cuma bercanda gitu doang," tapi aku bisa mencoba mengerti barangkali topik yang aku bercandain adalah topik yang sensitif buat dia. Kalau topik sensitifku yang dikomenin atau dibercandain gimana? Aku akan mencoba mengerti, "dia gak tau kalau ini adalah topik sensitif untukku."
Mungkin aja ini adalah salah satu bagian terpenting dari hubungan antar manusia. Memahami. Walau jelas 'memahami' itu gak cuma tentang apa yang aku tuliskan hari ini.
nice mei!
ReplyDelete