IWF 2019: Ngobrolin Produksi Film Indonesia
Memasuki sesi yang aku tunggu-tunggu. Sesi di mana Ci Jenny Jusuf hadir sebagai salah satu pembicara. Yeeaay~ Bagi yang gak tau Jenny Jusuf itu siapa, kalian tau novel Filosofi Kopi karya Dee Lestari? Nah, saat novel itu diangkat ke layar lebar, Jenny Jusuf adalah penulis skenarionya. Film itu menjadi debut pertamanya sebagai penulis skenario layar lebar. Sampai akhirnya sekarang film itu sudah resmi masuk Netflix. Wow Tau buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini? Buku itu sedang dalam proses menjadi film layar lebar, dan penulis skenarionya juga Ci Jenny Jusuf. Wow mantoel!! Selain mengagumi karyanya, aku secara pribadi juga mengagumi tulisan-tulisannya di blog dan di Instagram, entah berupa post atau instastory. Tulisan yang ia bagikan cukup memegang andil dalam membentuk pola pikirku, afirmasi yang ia bagikan membuatku lebih mengenal dan mencintai diriku sendiri. Maka dari itu, aku semangat sekali begitu tau kalau Ci Jen akan mengisi sesi hari sabtu~
Selain Jenny Jusuf, ada 2 pembicara lain yaitu Gina S. Noer, penulis skenario dari film Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, Habibie & Ainun, dan Keluarga Cemara. Tau kan film-filmnya? Kemudian dia juga menjadi sutradara dari film Dua Garis Biru yang belum lama ini tayang di bioskop. Pembicara satu lagi adalah Reza Rahardian. Yah, gak usah aku jelasin juga udah pada tau kan dia itu siapa?
Sesuai dengan judulnya, sesi ini membahas tentang produksi film di tanah air. Bagaimana film-film Indonesia berkembang cukup bagus selama 3 tahun terakhir sampai akhirnya ada beberapa film Indonesia yang go international. To be honest, I am not a big fan of Indonesia movies. Gak pernah juga aku nonton film-film Indonesia di bioskop, yah termasuk film Filosofi Kopi yang skenarionya ditulis oleh Ci Jenny. Mungkin ada banyak orang yang kayak aku, meragukan kualitas film di negeri sendiri. Tapi, pengakuan itu pun datang dari 3 pembicara yang mengisi sesi kemarin. "Perfilman Indonesia masih berkembang tapi gak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan akan bisa bersaing dengan film-film dari luar."
Dulu aku pernah membaca instastory dari salah satu influencer di Instagram yang bilang, "film Indonesia bisa jadi bagus, bisa jadi menarik, tapi masalahnya penontonnya udah siap belum? Karena kebanyakan orang sini kan menelan mentah-mentah apa yang mereka tonton. Dikasih film yang berbobot sedikit nanti gak nyampe pesannya." Begitulah kurang lebih perkataannya. Bisa jadi benar bisa jadi salah, sih. Aku gak mau berargumen lebih lanjut walau aku juga bukan pihak yang netral. Ambil aja contoh film Parasite yang kemarin ini tayang di bioskop. Filmnya bagus, bagus banget malah menurutku. Sederhana tapi kaya akan makna yang sangat terasa di kehidupan manusia. Tapi, banyak orang yang menelan mentah-mentah film itu tanpa dicerna lebih lanjut. "Si Mr. Kim kok jadi jahat sih padahal gitu doang," "Endingnya kok sampah begitu, sih?" Iya, ada temanku yang bilang endingnya sampah secara gamblang, sementara dia gak mau repot-repot menelaah kenapa endingnya dibuat begitu.
Mungkin atas dasar 'penontonnya belum siap' ini lah banyak film Indonesia yang menurutku (dan mungkin orang-orang lain) receh. Pesan yang disampaikan plek-plek disampaikan gitu aja, jadi kesannya udah kebaca alurnya. Seenggaknya itulah persepsiku tentang film Indonesia beberapa tahun lalu. Tapi, aku mengakui bahwa perfilman Indonesia memang berkembang. Cerita yang diangkat bukan lagi percintaan menye-menye ala sinetron, tapi juga ada pesan yang tersirat. Film Kartini beberapa tahun lalu misalnya, mengangkat perjuangan Ibu Kartini dan isu feminis di Indonesia. Keluarga Cemara, mengangkat tema keluarga dengan cerita yang lebih fresh dari pendahulunya. Dan aku juga menantikan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, karena aku suka dengan bukunya yang orang bilang quotable. Sederhana tapi ngena. Barangkali kalau trailernya menarik buatku akan ku tonton di bioskop.
Dalam sesi ini, sang moderator bertanya tentang kriteria film yang sukses menurut masing-masing pembicara. Menurut Mba Gina, film yang sukses adalah film yang bisa meng-influence orang yang menonton, bisa memberikan sesuatu yang mengubah persepsi penonton. Sementara menurut Ci Jenny, film yang menurutnya sukses adalah ketika film tersebut memberikan bonding kepada penonton. "Aku sebagai penonton akan bilang sebuah film itu sukses kalau effort yang aku berikan untuk menonton film tersebut sebanding dengan value yang aku dapatkan setelah menonton film itu." Entah memberikan persepsi baru, merasa related dengan filmnya, atau apa pun. Yang pasti menurutnya film tersebut bisa memberikan 'sesuatu' yang sebanding dengan effortnya.
Ketiga pembicara kemarin pun sepakat bahwa film yang bagus adalah film yang memanusiakan manusia. Reza Rahardian bilang, "Gue akan menerima peran kalau tokohnya gue suka. Yang gue suka itu adalah tokoh yang manusiawi, bukan tokoh yang hebat tanpa kekurangan." Sementara Mba Gina mengatakan bahwa film yang memanusiakan manusia itu berisi hubungan antar manusia, bisa dimulai dari hal-hal yang dilakukan di belakang layar, seperti bagaimana para kru dan pemain saling berinteraksi dan saling menghargai satu sama lain.
Sebagai seorang penulis, Ci Jenny juga membagikan beberapa petuah bagi para penulis.
"Fokus dengan apa yang kamu punya, bukan apa yang kamu gak punya, atau kepunyaan orang lain lalu kamu banding-bandingkan."
"Belajarlah menulis dan selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Manfaatkan apa yang sudah ada."
Baginya, ketakutan terbesar saat menghasilkan sebuah karya ada pada pikirannya sendiri. "Satu bulan sebelum film Filosofi Kopi tayang tuh saya ketakutan sekali. Semua respon yang muncul dari orang-orang tuh bikin saya ketakutan, walaupun responnya itu positif malah bikin saya mules dan mual." Pikiran memang sangat berperan terhadap apa yang kita lakukan, ya.
Di sesi ini aku cukup puas. Walau gak tau-tau amat tentang dunia perfilman, tapi bisa ketemu Ci Jenny Jusuf secara langsung sudah lebih dari cukup. Bikin aku senyam senyum seharian. :D Walau waktu mau foto bareng sungguh penuh effort, pake acara berdesak-desakan dengan fansnya Reza Rahardian. X'D
Comments
Post a Comment