Katanya Rumput Tetangga Itu Lebih Hijau. Masa, Sih?
Pernah kan kalian denger kalimat begini, "rumput tetangga memang selalu lebih hijau." Emang bener ya begitu?
Aku adalah salah satu orang yang gak percaya sama kalimat itu. Kalimat yang mengatakan bahwa rumput tetangga lebih hijau mengindikasikan bahwa kita sukanya sirik aja dan gak bersyukur dengan apa yang kita punya. Begitulah pemikiranku. KENYATAANNYA, tindakanku berlaku sebaliknya. Aku gak suka dengan kalimat, "rumput tetangga lebih hijau" tapi yang ku lakukan adalah terus-terusan menilik rumput tetangga. Dan memang jauh lebih hijau tampaknya. 🤷🤷
Tapi tetap aja aku mempertanyakan, "masa sih bisa lebih hijau?"
Yang terjadi padaku kurang lebih seperti ini. Beberapa teman-temanku sudah mulai membagikan kisah sukses mereka. Engga sih, mereka bilang mereka belum sukses, masih merintis ceunah. Ada yang berhasil loncat dari kemonotonan hidup budak korporat akhirnya bikin bisnis di mana-mana, ada yang masih jadi budak korporat tetapi sudah ada embel-embel 'chief' di belakang namanya, ada yang sudah lulus kuliah sampai akhirnya melanjutkan hidup di negeri orang, ada yang demen banget ngumpulin piagam dari jaman sekolah ampe udah kerja pun penghargaannya masih bejibun, deelel, deelel.
Tapi, bagiku mereka udah sukses. Sukses membuat 'rumput' mereka terlihat lebih hijau daripada 'rumput' orang-orang. Rumput hijau mereka jelas bukan semata-mata untuk membuat orang lain iri, justru ada di antara mereka yang membagikan tips bagaimana bisa punya 'rumput' yang hijau juga.
Sedangkan aku? Dibandingkan mereka aku ini serpihan debu, atau bahkan mungkin serpihannya serpihan debu. Segitunya aku mengecilkan diriku karena DIBANDING mereka, aku merasa gak punya apa-apa. Masih mengandalkan gaji tiap bulan dan title masih 'staff', mau traveling sekali aja musti nabung dulu berbulan-bulan, pialaku hanya stop di lomba renang jaman SD, deelel, deelel. Aku stuck pada pemikiran, "DIBANDINGKAN mereka, aku ini gak ada apa-apanya."
Entah ini pengaruh asuhan orang tua Asia yang hobi membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain, atau memang aku aja yang diam-diam suka membanding-bandingkan diriku sendiri dengan orang lain? 🤔🤔 Hayo, siapa yang kayak aku? Siapa yang sukanya merasa rumput teman-teman kalian lebih hijau daripada rumput sendiri? Siapa yang suka jadi merasa kecil dibandingkan dengan pencapaian orang lain?
Yang aku bisa bilang sekarang adalah STOP. Aku, kamu, dan kalian ayo kita berhenti. Berhenti ngapain? Berhenti menilik rumput tetangga yang lebih hijau.
Tau gak kenapa rumput orang lain bisa lebih hijau? Karena waktu yang mereka punya mereka habiskan untuk merawat baik-baik rumput mereka, sehingga rumput mereka bisa tumbuh jauh lebih baik dari rumput orang lain. Bukannya menghabiskan waktu untuk menilik rumput orang lain lalu berkecil hati. Mungkin mereka juga melihat rumput orang lain lagi yang lebih hijau, tapi yang mereka lakukan selanjutnya adalah mempelajari bagaimana rumput mereka bisa lebih hijau lagi daripada sebelumnya.
Sementara aku? Aku menilik aja rumput temanku yang lebih hijau lalu merasa kecil dengan rumput-rumputku sendiri. Aku mengabaikan rumput-rumputku karena aku sudah merasa kecil duluan. Padahal rumputku kan bisa jadi hijau juga kalau aku bertindak, atau mungkin aja aku punya tanah yang lebih subur daripada tanah milik temanku. Tapi karena gak digubris, ya gersang aja jadinya, gak nampak apa-apa. Iya gak sih? Hal ini aku sadari baru-baru ini.
Aku senang berpikir dan menulis, yang harus aku lakukan adalah mengembangkan ilmu menulisku dan menggali lebih dalam pemikiranku. "Tapi aku ini hanya serpihan debu." Serpihan debu macam apa yang bisa bikin hampir 150 post di blog? 🤔🤔
Aku punya kamera dan senang menangkap moment, yang harus aku lakukan adalah mencari styleku dan mendalami style itu sampai bisa menghasilkan sebuah karya bukan hanya menghasilkan sebuah post di Instagram aja.
Aku senang membuat sesuatu, yang harus aku lakukan adalah memecut diriku (Iya, aku ini malas akut sampai musti dipecut dulu. Hmm) agar tanganku terbiasa menghasilkan sesuatu, bukan cuma terbiasa buka tutup hp tanpa faedah.
Apakah aku terlambat? Aku gak merasa begitu, sih. Katanya gak ada kata terlambat untuk memulai. Maka, yang merasa setipe kayak aku, ayo kita berhenti terus-terusan menilik rumput tetangga sementara rumput sendiri gak diurus.
Lao Tzu bilang kalau perjalanan seribu mill dimulai dari satu langkah. Jadi, mulai aja dulu. *bukancampaigntokopedia*
P.S.: Dan hari ini tepat 3 tahun blog ini berdiri, loh. Kalau dilihat lagi, waktu mau memulai bikin blog ini pun penuh dengan keresahan tak berdasar. Tapi, nyatanya ide dan tulisanku tetap konsisten mengalir selama 3 tahun, kan. Walau ada masanya nulis bolong-bolong atau sampai diprotes-protes karena gak update-update. Jadi, mulai aja dulu. *seriusbukancampaigntokopedia*
P.S.: Dan hari ini tepat 3 tahun blog ini berdiri, loh. Kalau dilihat lagi, waktu mau memulai bikin blog ini pun penuh dengan keresahan tak berdasar. Tapi, nyatanya ide dan tulisanku tetap konsisten mengalir selama 3 tahun, kan. Walau ada masanya nulis bolong-bolong atau sampai diprotes-protes karena gak update-update. Jadi, mulai aja dulu. *seriusbukancampaigntokopedia*
tamparan juga nih buat aku...suka merasa kecil banget kalo pas ngumpul terus temen-temen uda bahas soal kerjaannya yang sudah mau bertitle manager or uda bisa beli mobil bahkan rumah sendiri >.<
ReplyDeleteemang ya fokus pada diri sendiri aja dalam ngembangin rumput kita! mana tau bisa jadi rumput gajah #eh
Nah iya, pik. Permasalahan kita sama ya wkwkwk
Deleteiya hahahaa
Delete