Tentang 2 Pilihan
Aku seringkali bercerita kalau di otakku nih rasanya seperti ada 2 atau lebih suara yang berbicara tiada henti, apalagi kalau sudah ada topik yang mereka pikir menarik. Seperti saat aku menulis caption pada Instagramku siang ini. Caption yang aku tulis bunyinya: "Aku dan kamu punya 2 pilihan. Mau mempermasalahkan setiap hal kecil atau mau mensyukuri setiap hal kecil." Singkat, padat, dan mudah dipahami menurutku, walau kalau berbicara tentang 'eksekusinya bagaimana?' itu udah urusan masing-masing.
Caption itu kemudian didiskusikan lebih jauh oleh suara-suara di otakku. Terlebih lagi karena aku pun mengeluh di insta story, perkara pengurangan jalur pada kereta yang ku naiki saat pulang, karena di stasiun yang aku naiki jadinya jauh lebih ramai dari sebelumnya dan lebih beresiko gak dapat tempat duduk. Lalu, temanku ada yang protes kalau pengurangan jalur itu perlu karena commuter line jadi tersendat. Protes itu malas ku timpali, mengingat temanku itu pun adalah orang yang selalu berpegang teguh pada ucapannya-entah ucapannya itu benar atau salah pokoknya dia yang paling benar lah-jadi daripada berdebat panjang gak ada juntrungannya dan membuat sebuah post insta story menjadi perkara besar, aku memilih untuk tidak menimpali. Aku mengingat caption yang ku tulis di Instagram sebelumnya dan memilih untuk tidak mempermasalahkan hal kecil.
Setelah lama berselang, kejadian kecil itu terus menempel di otakku. Kejadian kecil itu menjadi sebuah topik yang dipilih oleh suara-suara di otakku untuk didiskusikan lebih lanjut. Karena sebenarnya tanpa sadar aku sudah mempermasalahkan hal kecil saat aku menulis keluhanku di insta story, kan. Aku sedikit mengeluh karena keretanya jadi ramai dan jadi gak dapat duduk. Padahal, kalau naik angkutan umum udah pasti jauh dari kata nyaman, kan. Karena yang naik gak cuma aku, yang desak-desakan gak cuma aku, yang mau pulang gak cuma aku. Jadi, kenapa aku keluhkan kalau kebetulan aku gak dapat tempat duduk. Kan namanya juga naik angkutan umum yang jauh dari kata nyaman. Kalau mau nyaman ya naik elf, tapi lebih mahal dan lebih macet aja.
Aku seringkali berkata pada diriku sendiri sebelum aku mengambil keputusan, "kenali resikonya, kalau kamu udah mau milih A jangan mengeluh apa pun nanti resikonya." Tapi, nyatanya perkataan itu belum ku berlakukan pada semua hal yang terjadi pada hidupku. Menjadi konsisten memang sebuah tantangan tersendiri rupanya.
Comments
Post a Comment