Along With The Gods: The Two Worlds [Disclaimer: Penuh Dengan Spoiler]
"When a person reaches the afterlife, they are judged 7 times over the course of 49 days. Tried by deceit, indolence, injustice, betrayal, violence, murder, and filial impiety. Only the souls who pass all trials are reincarnated." - Buddhist Scripture
Sejak dahulu kala, aku sudah banyak mendengar, membaca, dan menonton cerita yang mengisahkan tentang apa yang akan terjadi setelah manusia meninggal dan ke mana rohnya akan pergi. Mungkin bagi kalian yang percaya dengan yang namanya reinkarnasi sudah pasti pernah mendengar cerita-cerita semacam itu. Kemudian pada tahun 2017 cerita ini hadir dalam bentuk film fantasi Korea yang diadaptasi dari Webtoon karya Joo Ho Min, yang ternyata berhasil menjadi film kedua terlaris dalam sejarah perfilman Korea Selatan.
Agak sulit untuk bersikap objektif kalau aku mau mereview film ini, karena nyatanya si manusia Pisces yang sangat sensitif ini terus-terusan menahan tangis (tapi gagal) sejak 20 menit pertama. Jadi, bagi kalian yang merasa hatinya hati Hello Kitty, aku saranin kalau mau nonton film ini lebih baik mengisolasi diri dari dunia luar ditemani dengan satu pak tisu dan makanan manis biar nangis-nangisnya lebih puas, makanan manis sebagai hiburan setelah capek nangis. Termasuk film yang aku masukkan ke dalam kategori 'Rawan Kalau Ditonton Di Bioskop'.
http://asianwiki.com/Along_With_the_Gods:_The_Two_Worlds
Memangnya film ini tentang apa, sih? Seperti yang kusebutkan tadi, film ini menceritakan tentang kehidupan setelah kematian. Diceritakan bahwa Kim Ja Hong, seorang pemadam kebakaran, tewas saat melakukan aksi penyelamatan seorang anak kecil dari sebuah gedung yang terbakar. Setelah itu, ia dijemput oleh tiga malaikat yang bisa disebut sebagai Malaikat Kematian yang bertugas untuk mengawalnya melewati 7 persidangan di dunia yang disebut sebagai 'Afterlife'. Kalau dia berhasil melewati semua persidangan itu, maka dia diperbolehkan untuk reinkarnasi. Persidangan yang dilalui diurutkan berdasarkan dosa teringan sampai dosa terberat yang dilakukan oleh seorang manusia.
Spoiler dikit: Yang membuat film ini menarik adalah fakta bahwa Kim Ja Hong bukanlah roh biasa, dia adalah roh yang meninggal dengan predikat 'Paragon', yaitu manusia yang memiliki banyak perbuatan mulia semasa hidupnya, manusia yang kematiannya tidak diketahui, atau manusia yang meninggal sebelum waktunya habis. Pada setiap persidangan, perbuatan Kim Ja Hong 'ditimbang'. Mana yang lebih besar, perbuatan buruknya atau perbuatan baiknya. Ada persidangan terkait dengan pembunuhan, kemalasan, penipuan, ketidakadilan, pengkhianatan, kekerasan, dan kekeluargaan. Karena Kim Ja Hong adalah seorang Paragon dan ada beberapa itikad baiknya yang tidak perlu diragukan lagi, maka ia hanya perlu melewati 5 persidangan saja. Kehidupan semasa hidup Kim Ja Hong dinilai pada setiap persidangan. Kehidupan Kim Ja Hong semasa hidup inilah yang membuat emosiku terombang-ambing.
Semasa hidup, Kim Ja Hong, ibu, dan adiknya tinggal dalam kehidupan yang jauh dari rasa nyaman. Ibunya adalah seorang tunawicara sementara adiknya menderita malnutrisi sejak kecil, sehingga Kim Ja Hong harus bekerja sekuat tenaga agar mereka bisa hidup dengan layak. Mungkin cerita seperti ini terdengar klise. Tapi, ada sikap tulus dibalik setiap perbuatan yang ia lakukan, yang membuat semua 'hakim' pada setiap persidangan tak bisa berkata apa-apa lagi. Beberapa waktu lalu aku sempat menulis cerita tentang orang-orang baik yang menolong orang tanpa pamrih seperti yang ada di buku PPKN jaman dulu dan menurutku Kim Ja Hong adalah karakter fiksi dari orang-orang baik itu. Saat menyaksikan kisah hidup Kim Ja Hong ini pun aku bertanya-tanya, "kok bisa sih ada orang sebaik ini? padahal hidupnya susah." Hal inilah yang membuat mataku sembab sejak 20 menit pertama.
Lalu, ada juga cuplikan cerita di kehidupan manusia tentang adik dan ibunya Kim Ja Hong setelah Kim Ja Hong meninggal. Sungguhlah, aku bilang hidupnya berat sekaligus malang sekali. Tapi justru mereka bisa melalui semuanya dengan cara yang barangkali sulit dilakukan oleh manusia biasa. Semua tindakan yang mereka lakukan barangkali bisa menjadi contoh tindakan manusia yang bagaimana sehingga seorang manusia bisa dikatakain sebagai 'decent people'.
Lalu, ada juga cuplikan cerita di kehidupan manusia tentang adik dan ibunya Kim Ja Hong setelah Kim Ja Hong meninggal. Sungguhlah, aku bilang hidupnya berat sekaligus malang sekali. Tapi justru mereka bisa melalui semuanya dengan cara yang barangkali sulit dilakukan oleh manusia biasa. Semua tindakan yang mereka lakukan barangkali bisa menjadi contoh tindakan manusia yang bagaimana sehingga seorang manusia bisa dikatakain sebagai 'decent people'.
Di film ini juga dijelaskan segala jenis manusia beserta hukuman yang akan mereka dapat kalau mereka berbuat dosa. Dikasih lihat kalau orang berkhianat maka hukumannya apa, kalau orang yang menolak mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan hukumannya apa, kalau orang menyembunyikan sebuah kejahatan untuk mengisi 'pundi-pundi'nya sendiri maka hukumannya apa. Ooh, di persidangan terkait dengan pembunuhan, semua tidak tanduk kita akan ditimbang, bukan hanya tindak tanduk membunuh secara langsung tapi juga tindak tanduk secara tidak langsung yang bisa membuat orang lain terbunuh atau mengakhiri hidup. "So don't post mean comments online hastily! It's all recorded," begitulah pesan Hewonmak, salah satu pengawal Kim Ja Hong. Film ini sungguhlah sarat akan makna dan bisa dikatakan sebagai pengingat hal-hal kecil yang seringkali terlupa.
Kalau aku punya 100 jempol, aku bakal acungi 100-100 nya buat film ini. Alur ceritanya bagus dan jelas, disertai dengan hal-hal yang gak ketebak di sepanjang film yang sukses bikin aku penasaran dan membuat kegiatan nonton selama 2 jam jadi gak berasa panjang. (Walau kenyataannya aku nonton banyak pause nya karena capek nangis mulu). Ditambah lagi dengan visualnya-iya, kalau nonton film, 'visual' adalah salah satu hal yang paling esensial buatku-yang sudah tidak usah diragukan lagi.
Dan setelah menonton ini, selain merasa lelah karena air mata mengucur deras seperti air terjun, aku juga merasa bahwa aku harus live my life to the fullest. Berjuang keras untuk hidup sebagai manusia dengan apa yang aku punya sekarang, belajar lebih banyak lagi untuk bersikap jujur dan tulus, menggunakan tangan dan kakiku untuk banyak berbuat baik selagi bisa, dan melakukan apa yang menurut hatiku benar. Semua tingkah laku yang gak semudah ditulis di blog memang. Tapi, aku pikir kalau aku mau menjadi manusia yang benar-benar manusia, aku harus berjuang keras untuk melakukan itu semua. Aah, sudah lama sekali aku gak nonton film yang membuatku merevisi ideologi dan idealismeku.
Sejauh ini Along With The Gods sudah ada 2 film, film keduanya adalah Along With The Gods: The Last 49 Days yang akan aku tonton setelah aku mengatasi semua kelelahanku. Dan kabarnya akan ada 2 sekuel lagi setelah itu yang akan digarap pada tahun 2019 ini. Wow!! Gak sabar sih untuk menyaksikan kelanjutan filmnya yang pastinya akan mengenyangkan rasa penasaranku.
uwow~
ReplyDeletekayanya gw juga akan menjadi penonton yang akan berlinangan air mata deh kalo nonton film ini...haha