Sebuah Perjalanan Melarikan Diri
Beberapa waktu lalu, aku memulai perjalanan pertama kelayapan sendirian. Hmm udah sering sih sebenarnya aku kelayapan sendirian. Hanya aja kali ini radiusnya sedikit lebih jauh. Ke Bogor.
Paginya aku pergi ke dokter dulu buat meriksa datang bulanku yang gak karuan. Biasa masalah cewek yang paling bikin keki mampir ke aku. Aku janji dokter jam 7, tapi baru jalan jam 7. Akhirnya timbullah efek domino. Ngaret semua rencanaku. As always sih. Aku kontradiksi anaknya. Perfeksionis, suka bikin plan ini itu, tapi paling susah on time sama diri sendiri entah mengapa. Hmm
Mari sedikit aku jelaskan dokternya bilang apa. Siklus datang bulanku sudah 2 bulan ini panjang banget. Bulan lalu 2 minggu baru selesai, bulan ini udah 3 minggu belum selesai. Begitu diusg untungnya gak ada kista atau tumor atau semacamnya. Jadi dokternya menyimpulkan kalau ini terjadi karena hormonal dan bisa jadi karena stres. Memang sih beberapa bulan ini kerjaan aku lagi padat-padatnya. Deadline datang bertubi-tubi + deadline audit datang mengetuk pintu. Kalau diingat-ingat lagi, aku memang jadi makin gampang mencak-mencak. Entah karena stres, entah karena efek datang bulan. Maka dari itu aku memutuskan untuk kelayapan agak jauh, barangkali bisa juga disebut dengan 'pelarian diri' sejenak.
Rencana awalnya, aku sampe Bogor jam 10. Tapi ternyata jam 10 baru jalan. Wkwkwkwk Jadilah aku sampai jam 12. Ke sananya naik KRL dari Jatinegara. Langsung ke Bogor tanpa transit. Tapi waktu tempuhnya lebih lama daripada naik dari stasiun Kemayoran. Total perjalanan dari Jatinegara sampai Bogor sekitar 2 jam. Aku bisa baca buku, dengar lagu, dan tidur di KRL. Wkwkwkwk
Begitu sampai Bogor, tujuan pertamaku adalah Ngohiang Gg Aut di Surya Kencana. Makanan yang memang selalu menjadi langganan setiap kali aku ke Bogor. Dari stasiun Bogor, aku memutuskan untuk naik angkot, biar bisa celingak-celinguk ngeliatin suasana Bogor pas weekday yang ternyata cukup padat juga walau gak sepadat waktu weekend. Aku naik angkot 01, harusnya naik 02 sih. Karena angkot 01 hanya berhenti di depan jalan surken, sementara kalau 02 masuk ke dalam surken. Jadilah dari depan jalan itu aku jalan kaki panas-panasan. Wkwkwk tapi lumayan bisa sambil motret.
Setelah 10 menit berjalan di bawah terik matahari, terlihatlah plang Ngohiang Gg Aut. Tapi ternyata ngohiangnya tutup. Kembali aku merasakan yang namanya broken heart. Ah elah, padahal tujuan utama aku tuh itu lho. >.< Tapi, gara-gara udah laper jadinya aku memutuskan untuk makan Soto Mie Agih, yang letaknya cuma selang beberapa toko dari Ngohiang. Aku pesan soto mie bakut. Hmm sejujurnya aku kurang suka sih, karena rasanya bland menurutku. Dibanding dengan Ciseeng, makanan yang serupa tapi tak sama, aku lebih suka Ciseeng.
Setelah kenyang dan ngaso, aku melipir ke Maraca Books and Coffee. Sebelum-sebelumnya kalau main sama teman-temanku ke Bogor, aku selalu nongkrong di Lemongrass. Tapi, kali ini mau mencari cafe yang enak untuk nongkrong sendiri. Hasil gugeling aku, Maraca Books and Coffee ini yang paling memikat hati karena dari semua cafe yang muncul di gugel, Maraca adalah satu-satunya cafe yang nyediain rak penuh buku yang bisa dipinjam. Ahahahahaha Maraca ini ada 2 tempat, yang satu cafe pertamanya di Jl. Harupat yang satu lagi cabangnya di Jl. Salak. Tapi review di Zomato bilang enakan Maraca di Jl. Harupat, dari sisi tempat, makanan minuman, sampai ke service nya. Jadi, pergilah aku ke sana naik gojek. Tapi, ternyata tempatnya sungguh terpencil. Aku dan abang gojek sampai harus muter 2-3x baru ketemu sama tempat itu. Lokasinya persis di samping D'Palma Guest House. Bentuknya gak seperti cafe-cafe kekinian macam Lemongrass atau Two Stories. Kayak rumah kecil, tapi karena itu aku beri nilai plus. Cafe yang kecil dan terpencil biasanya memberikan suasana yang homie dan bikin betah.
Tapi tempat ini tentu udah menjadi langganan bagi anak muda di sini, karena walaupun aku bertandang ke sana waktu weekday, semua kursi di dalam terisi penuh. Di dalam memang hanya ada 4 meja. Jadilah aku duduk di luar setelah memesan caramel macchiato seharga 30 ribu dan meminjam buku Perahu Kertasnya Dee Lestari. Kopinya cukup enak menurutku dan ini adalah kopi (yang bener-bener kopi, bukan kopi sachet atau kopi susu kekinian) perdana yang aku minum setelah aku kena maag beberapa waktu lalu. Wkwkwkwk Lalu semesta seolah mendukungku untuk berlama-lama di sana. Langit yang tadinya panas terik berubah teduh, suasana jadi adem, lalu ada kopi dan buku. Nikmat mana lagi yang kau dustai, Marimar.
Tapi sayangnya aku gak bisa lama-lama amat duduk menikmati kesendirian dalam kesenduan. Karena aku punya janji sama temanku sorenya. Yang ternyata batal. Hmm Tapi Maraca cafe sudah pasti menjadi tempat langgananku kalau aku melakukan pelarian diri lagi ke Bogor.
Setelah itu aku memutuskan untuk pergi ke roti Venus di Ruko V yang juga ada toko ngohiangnya. (Tetep masih ngarep makan ngohiang) Berharap tokonya buka. Saat aku ke sana naik gojek, hujan turun. Tapi hujan lokal aja, karena begitu sampai sana jalanannya kering. Dan viola toko ngohiangnya buka. Yeay~ Tapi, aku memutuskan untuk beli roti unyil dulu sambil senyam-senyum membayangkan makan ngohiang enak Hmm. Tapi, ternyata lagi-lagi ekspektasi tak sejalan dengan realita. Begitu aku selesai beli roti unyil, tokonya tutup. Padahal aku beli cuma 15 menit, lho. T.T Tambahan hujan yang kembali mengguyur bikin aku jadi terkesan sedih banget. Berdiri aja di depan tokonya dengan muka nelangsa. Buset dah. Aku berpikir-pikir mau lanjut ke tempat lain, tapi gak tau mau ke mana. Jadi, akhirnya aku memutuskan untuk ke stasiun. Pulang.
Selama perjalanan, aku menyadari bahwa pelarian diriku ini gak sepenuhnya sukses dan gak sepenuhnya gagal. Tapi, memang benar kalau katanya kita akan dapat pelajaran pada setiap perjalanan. Perjalanan singkat ini mengajarkanku kalau I must deal with something I can't handle. Toko ngohiang yang tutup dan hujan yang turun hanya sebagai contoh kecil aja dari realita yang ada. Realita sehari-hari bisa jauh lebih kompleks dari itu. Ada banyak hal-hal diluar kendaliku, entah itu masalah pekerjaan, entah masalah keluarga, atau masalah lain yang muncul tanpa permisi. Mungkin hal-hal itu juga salah satu hal yang membuatku stres tapi gak berasa. Jadi, sekali lagi aku harus belajar yang namanya let it go.
Di perjalanan pulang, aku menulis tulisan panjang ini sambil bergantung pada baterai henponku yang sekarat. Setelah itu. lebih dari setengah perjalanan pulang aku mengamati orang-orang dalam stasiun. Menarik. Aku harus melakukan pelarian diri seperti ini lagi lebih sering.
Gila!!! Keren banget jalan-jalan sendiri.
ReplyDeleteGw pernahnya ngebolang sekali pas di Bandung. Jaman di mana hp masih Nokia dan gw berpegang sama peta hasil screenshoot dari Google dan rute angkot hasil nyari di Google sebelumnya. Haha. Beberapa kali nyasar cuma buat ke dokter gigi dong. Tapi gara-gara itu gw jadi apal jalanan Bandung...hahaha
wkwkwk kagak pik, ke Bogor doang kok deket itu itungannya XD Next time kepikiran juga sih kelayapan ke Bandung. Mungkin nanti g minta rekomendasi tempat nongkrong sama u aja ya hehe
DeleteKelapayan ke Bandung sendiri Mei?? Kalo ke Bandung sih enaknya sama temen, at least berdua lah hehehe
Deleteiya boleh2 buat tanya2 tempat nongkrong
bisa juga tuh meet up sama Inggun
Dia kan di Bandung hehee
Krn tempat2nya asik buat nongkrong rame2 ya? wkwkwk Hoo Inggun kerja di Bandung ceritanya?
Deletebiar bisa ngobrol seru gituuu
Deletekalo sendiri ntr gampang terusir wkwkw
iya Inggun dari lulus uda kerja di Bandung hehe Jadi kalo ke Bandung, gw suka ngajak doi ketemuan trus nanya tempat makan baru yang enak apaan, soalnya tempat makan di Bandung suka ga bertahan lama Mei..musti ditanyain dlu masih ada apa engga wkwkwk