SOS Children's Village - Village Hangout
Dari awal tahun aku bertanya-tanya, "kira-kira hal seru seperti apa lagi yang akan aku coba tahun ini?" Pertanyaan semacam itu terus menerus memenuhi otakku, mengingat tahun lalu aku melakukan banyak hal baru yang seru seperti fotografi, orkestra, dan traveling. Dan viola, aku menemukan newsletter dari SOS Children's Village di antara tumpukan email gak penting tentang diskon belanja online di inbox ku. Langsung saja mataku berbinar-binar melihat event ini.
Acara ini mengajak para kawula muda (ahem, tolong diingat aku masih muda ya), terutama yang berumur dibawah 25 tahun untuk jadi volunteer dan ikutan sharing di desa SOS di Cibubur. Gak apa-apa kan sekali-sekali menghabiskan weekend dengan suatu hal baru yang berfaedah ya bukannya berencana beresin kamar yang berujung jadi wacana. #curcol
Tapi, memangnya SOS Children's Village ini apa sih? Biar ku jelaskan sedikit ya biar kalian ngeh sama ceritaku nanti. Gampangnya, SOS Children's Village ini seperti panti asuhan yang menampung anak-anak yang sudah kehilangan pengasuhan dari orang tua dan kerabat mereka. Pertama kali didirikan oleh Hermann Gmeiner,
seorang mahasiswa kedokteran yang tergerak hatinya ketika melihat begitu
banyak anak terlantar dan kehilangan hak pengasuhan mereka dikarenakan
Perang Dunia ke-2.
SOS Children Village Cibubur ini didirikan dizaman Orde Lama, mereka membuat desa kecil berisikan beberapa rumah dan setiap rumah dihuni oleh 8-10 orang anak yang diasuh oleh 1 orang ibu. Desanya sendiri cukup luas dan suasananya adem ayem karena banyak pepohonan, enak banget deh membayangkan sore hari di sana, ngopi atau baca novel sambil menikmati semilir angin sore. Hmm~ Oke, lanjut. Anak-anak di sana terdiri dari anak-anak daru usia 0 tahun sampai sekitaran anak SMA, dididik hingga mereka menjadi Mandiriwan, sebutan mereka bagi anak-anak yang sudah bisa mandiri. Selain sekolah, anak-anak di sana dibekali oleh kegiatan-kegiatan lain seperti menari, musik, pelajaran komputer, olah raga, dan keterampilan lainnya. Yah, anggapannya seperti mereka melakukan ekstrakurikuler sepulang sekolah gitu.
Jadi, ngapain aja aku di sana sebenarnya? Banyak. Aku diajak keliling desa sambil melihat dunia melalui lensa baru, aku bermain dengan anak-anak kecil yang kembali mengingatkanku kalau bahagia itu sederhana, aku sharing dengan anak-anak muda di sana yang menunjukkan hasil nyata dari kerja keras dan konsistensi untuk meraih apa yang mereka cita-citakan.
Mungkin sebagian dari kita memandang sebelah mata anak-anak yang hidup dari donasi orang lain. But, don't underestimate them!! Katanya di sana ada seorang anak yang jago banget main piano, dan anak tersebut sampai masuk ke Asia Got Talent!! Cuy Asia Got Talent, cuy!! Skalanya udah bukan skala kabupaten atau nasional lagi. Asia Got Talent!! Mataku sampai melotot membelalak saking amazed nya saat aku diceritakan sedikit kisahnya. Apalah aku ini, serpihan rengginang yang tangannya hanya mahir mencet-mencet keyboard henpon. :'') Ada juga perenang yang sudah mengkoleksi 90 medali dan bercita-cita menjadi atlet nasional, "Setiap hari latihan renang sepulang sekolah. Kalau senin-jumat itu sore, kalau sabtu minggu latihannya pagi." Sudah macam Aquaman aja ya di air terus. Ada juga yang menggemari olah raga polo air, olah raga yang terbilang jarang ya kalau dibandingkan dengan renang atau sepak bola, tapi anak itu mengingatkanku untuk mencintai apa pun yang aku lakukan.
Gak perlu jauh-jauh mempelajari gaya hidup Bill Gates agar bisa sukses, dari anak-anak belasan tahun pun kita bisa tahu arti dari kerja keras dan konsistensi, terutama untuk aku yang orangnya bosenan. Mereka mencontohkan secara nyata bagaimana caranya meraih mimpi. Perenang yang kuceritakan ingin menjadi atlet nasional itu sudah mengkoleksi medali sejak TK. Bayangin, sejak TK. Berapa belas tahun itu dia berjuang untuk meraih mimpinya, dan perjuangannya itu masih dia lanjutkan sampai sekarang. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarkan cerita mereka.
SOS Children Village ini mengajak kita untuk berdonasi setiap bulan untuk kelangsungan hidup anak-anak di sana. Mungkin bagi kita, jumlah 100 atau 200 ribu itu kecil. Cuma bisa dipakai makan 1 kali di Hanamasa dan beli sepatu yang aku mau pun uang segitu gak cukup. Tapi, bagi mereka, uang yang menurut kita kecil itu bisa mendatangkan canda tawa. Senang juga rasanya kalau aku berdonasi tapi bisa melihat juga kalau hasil donasiku bisa membuat mereka mengenakan baju yang layak, bisa membuat mereka makan enak, dan bisa mendapatkan pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Dan ku rasa, aku perlu sering-sering ikut acara begini. Jiwa introvert ku jadi senang bersosialisasi dengan orang lain karena aku bisa mendapat banyak hal dari acara-acara seperti ini.
Di post ini aku menulis pengalamanku bersama kawula muda, di post yang lain aku akan bercerita dengan dede-dede gemesh nya. Stay tune ya.. :p
source: www.sos.or.id
Wih..weekend yang positif ya Mei
ReplyDeleteIya pik, skali2 weekend ngeliat dunia luar, gak bergelung dalam comfort zone aja. Wkwk
Deleteluar biasa~
Delete