Who Said That Saying Goodbye is Easy?
Aku mungkin bisa dikategorikan sebagai orang yang sudah sering berjumpa dengan perpisahan. Tapi, mungkin juga ada banyak sekali orang-orang yang sudah lebih sering menjumpai perpisahan, lebih banyak dari diriku. But, believe me. Pasti gak satu pun dari kita yang terbiasa dengan yang namanya perpisahan. Entah sesering apa perpisahan itu menghampiri.
I know that everybody will come and go in the right time. Tapi seringnya, walaupun saat-saat perpisahan itu sudah tiba, kita meminta perpanjangan waktu untuk melambaikan tangan. Bahkan terkadang pribadiku yang lain sampai merengek-rengek gak mau bertemu dengan perpisahan, seperti anak kecil yang merengek gak mau datang ke rumah sakit bertemu dokter. (p.s: kalau berpisah dengan deadline sih pengecualian, ya).
Who said that saying goodbye is easy? It's never easy to say goodbye although Paulo Coelho said that if you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello. "But, what if I don't want a new hello?" Ingin sekali ku teriakan kalimat seperti itu pada kehidupan yang seolah tidak peduli. Kalau pun bisa menjawab, barangkali kehidupan akan menjawab begini "So what? I'ts not my business". Life is a thug sometimes.
Dan seperti benalu pohon, kepedihan selalu menempel dengan
perpisahan. Satu paket lengkap yang bisa dengan mudah membuat air mata
menetes, ya. John Green bilang kalau kepedihan menuntut untuk dirasakan.
Seberapa pun kita menolak, kepedihan selalu menerobos masuk dengan
semena-mena.
Setelah perpisahan itu tiba,
kalimat-kalimat klise pun bertebaran. "Until we meet again", "See you
again", "See you when I see you", yang sebenarnya tidak menjanjikan
kepastian, hanya berupa kemungkinan.
Lalu, munculah pertanyaan-pertanyaan. "How have you been?" "Are you doing well?" "Let's meet up" disaat rasa rindu menyerang.
Lalu, munculah pertanyaan-pertanyaan. "How have you been?" "Are you doing well?" "Let's meet up" disaat rasa rindu menyerang.
"Aku takut dilupakan untuk selamanya," - Augustus Waters.Augustus Waters seolah mewakili semua isi hati manusia disaat perpisahan datang mengetuk pintu. Jika seseorang sudah pergi, satu-satunya hal yang tersisa adalah kenangan, Sang penghuni tetap ruang dan waktu. Penghuni ruang di hati yang menyimpan memori waktu yang lalu. Tapi, kenangan pun tak selamanya bersemayam dalam ruang dan waktu. Akan muncul kenangan baru sementara kenangan yang lain menghilang tanpa kita sadari.
Tapi rasanya aku patut mengucapkan sedikit terima kasih juga pada perpisahan. (Yah, kalau rasa baperku sudah sedikit memudar aku bisa juga berpikir dari sisi yang lain.) Because actually, farewell makes me realized that I'm lucky enough to have known some people who was so hard to say goodbye to. Farewell makes me realized that my life is not only painted in monochrome color. Farewell makes me realized that I have some people who made me smile a little bigger and laugh a little harder.
Thank you, Farewell. Tapi, pesanku. Janganlah kamu datang terlalu sering.
Comments
Post a Comment