Memori Seharga $86.400
Apa yang kamu lakukan kalau ada suatu hal atau seseorang yang membuat mood mu berantakan, kesal + keki setengah mati, marah-marah, atau bahkan membuatmu menangis?
Ngambek dan cemberut sampai wajah membuat kerutan sedemikian rupa, berteriak-teriak, melampiaskan kekesalan pada orang lain, membanting-banting barang apa pun di sekitar, ngebut-ngebutan atau mungkin merokok, curhat (atau yang sedang kekinian itu curhat di media sosial, yang menurutku adalah tindakan yang paling insecure dan haus perhatian), dan lain-lain, dan lain-lain.
Kalau aku, bertahun-tahun yang lalu, aku lebih memilih untuk membanting-banting barang apa pun yang ada di sekitarku saat emosiku tersulut lalu berkobar-kobar. Apa saja aku banting. Gunting kukulah, remote TV lah, stepler, tempat pensil, pokoknya apa saja yang ada di dekatku waktu aku sedang kesal. Terakhir kali, saat aku sedang kesal aku membanting handphoneku sekuat tenaga. Hasilnya, bukan hanya moodku saja yang berantakan, tapi handphoneku juga berantakan. Casing dan baterainya terlempar entah ke mana dan layarnya pun retak. RETAK!! Dulu itu aku masih SMA dan hanya punya handphone bekas papaku, lalu satu-satunya handphone yang ku punya layarnya retak. Amazing bukan?
Lalu, dari yang tadinya kesal malah pasrah sambil menatap nanar bangkai handphone yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Dari kejadian itu, aku mulai belajar untuk lebih mengatur emosi. Setidaknya, berusaha untuk gak banting-banting barang lagi kalau aku sedang kesal. Kalau kata orang mah "kalau sudah kena batunya baru tahu rasa."
Tapi, nyatanya hidup tidak berhenti di situ. Pasti ada saja hal atau orang yang membuatku kesal. Karena aku sudah bertekad untuk gak banting-banting barang lagi (banting bantal aja? Gak seru banting bantal, gak ada bunyinya) maka aku mencari cara lain untuk meredam rasa kesalku dan mengembalikan moodku menjadi lebih stabil.
Tapi, rasanya aku dan kalian pasti sadar kalau satu hari ada 24 jam, ada 1.440 menit, ada 86.400 detik. Dan kalau aku kesal, maka setidaknya perlu berpuluh-puluh menit bagiku untuk meredakan emosi.
Kata orang, waktu itu berharga maka seharusnya tidak kuhabiskan dengan cemberut dan perasaan kesal. Seharusnya begitu. Tapi, kalau bicara mengenai waktu terkadang orang cuma iya iya doang, ngangguk-ngangguk doang. Tahu kalau waktu itu berharga, tapi tetap saja dianggurin.
Maka, mari kita berbicara tentang uang. Kata orang, waktu adalah uang. Maka ubah seluruh detik dalam satu hari lalu akan mendapatkan angka 86.400. Dulu ada video yang mengisahkan tentang hal ini. Dalam sehari, aku dan kalian memiliki $86.400 (pakai $ aja biar jatuhnya lebih banyak, ya). Mau diapakan uangnya? Mungkin dipakai untuk sesuatu yang kita butuhkan atau sesuatu yang kita inginkan atau mungkin dihamburkan karena berpikir punya uang yang banyak.
Saat aku kesal dan marah-marah, berarti aku sedang menghamburkan uangku dengan semena-mena. Nah, kan berasa sayang jadinya kalau dianalogikan dengan uang. Karena pada dasarnya aku ini pelit, sih. (loyalnya pas beli buku aja #eeh)
Maka, aku mulai mencari cara agar aku gak terlalu banyak menghamburkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya merugikan. Naik sepeda atau zumba misalnya, karena kata Google, salah satu cara menyalurkan emosi secara positif adalah dengan cara berolahraga. Tapi, aku seringnya malas. Hmm.. Maka aku mencari alternatif lain.
Cara termudah adalah dengan mendistraksi pikiran. Aku pernah menyinggung tentang terapi ketawa sebelumnya dan ini adalah cara mendistraksi pikiran yang paling ampuh menurutku. Kadang aku hanya perlu mengingat-ngingat memori yang berharga, yang bisa membuatku senyum-senyum sendiri atau bahkan ketawa sendiri. Kalau dikatain gila? Ah, sudah biasa.. Atau aku mengobrol apa saja dengan teman-temanku dan membuat mereka tertawa. Karena kebahagiaan itu menular, maka saat teman-temanku tertawa, aku pun jadi senang dan moodku kembali membaik.
Jadi sebenarnya saat aku mengobrol dan tertawa dengan temanku, mereka sebenarnya tidak perlu memujiku lucu (kalau itu termasuk pujian, sih) karena sebenarnya aku lah yang harus berterima kasih, kan. :)
Jika sedang kesal dan marah-marah pun rupanya aku sedang menutup sebelah mata. Aku hanya terpaku pada hal yang membuatku kesal, sedangkan ada banyak sekali hal di sekitarku yang bisa membuatku tersenyum dan tertawa. Ibaratnya mataku hanya terfokus pada secuil titik hitam di atas kertas. Ternyata payah juga ya kalau begitu. Hmm
Menghamburkan waktu = menghamburkan uang
Setiap kali sedang kesal, aku akan mengingat kembali rumus itu, maka aku akan menjadi pelit terhadap waktu. Lebih baik menghamburkan waktu untuk membeli memori berharga daripada menghamburkan waktu untuk cemberut dan menambah boros usia muka, kan?
Comments
Post a Comment