Some Kind of 23 Y.O Woman Thought
I wake up this morning and my mind said, "I am so blessed."
Time do flies so fast.
Satu tahun lagi terlewati, satu tahun lagi umurku bertambah.
Beberapa hari terakhir, aku berusaha untuk menilik kembali perjalananku. Sudah sampai mana aku melangkah. Aku kembali melewati tempat aku magang dulu, kembali melangkah di jalanan yang dua tahun lalu hampir setiap hari ku lewati, dengan perasaan yang sama sekali berbeda.
Time do flies so fast.
Ku sadari bahwa aku yang sekarang masih sama dengan aku yang dulu sekaligus sama sekali berbeda dengan aku yang dulu.
"Oh, ternyata dulu itu aku naif."
"Oh, ternyata dulu itu aku sombong."
"Oh, ternyata dulu itu aku cengeng"
Aku tidak mengatakan bahwa sekarang aku bukanlah orang naif yang sombong dan cengeng. Aku masih naif, sombong, dan cengeng. Tapi, kenaifanku berbeda, rasa sombongku sedang ku kikis, dan sifat cengengku sedang berusaha ku tiup jauh-jauh.
Dua tahun lalu mungkin adalah saat dimana pertama kalinya aku melangkah sedikit lebih jauh dari ruangan kecil yang ku sebut comfort zone. Aku berjalan di jalan setapak yang penuh lubang. Aku berjalan di jalan setapak yang penuh dengan hembusan angin kencang, bahkan hujan badai. Terkadang, rasanya ingin sekali aku berbalik dan berlari kembali ke ruangan kecil yang nyaman, ruangan yang ku tinggalkan demi sebuah pengalaman baru dan sebuah pembelajaran baru. Tapi, nyatanya, sekali aku melangkah maju maka langkahku akan terus maju. Tidak peduli kakiku berjalan cepat atau lambat.
Tadinya ku pikir jika sudah bertemu banyak lubang dan menghadapi banyak terpaan angin, maka kehidupan akan terasa lebih mudah. Ternyata tidak juga. Ibaratnya seperti main game aja. Setiap level punya tingkat kesulitan tersendiri. Setiap level up, aku akan terjatuh dan terjerumus ke dalam lubang yang berbeda. Dan bagiku, satu-satunya hal yang bisa dilakukan saat terjatuh adalah bangkit, satu-satunya cara yang bisa dilakukan saat aku terjerumus dalam lubang adalah dengan mencari celah keluar dari lubang. Mencari cara untuk bangkit dan keluar dari lubang merupakan tantangan tersendiri bagiku.
Semakin hari aku semakin sadar bahwa hidup tidak akan membuat jalanan terasa mudah. Life is never flat. Maka mau tidak mau, aku harus menyesuaikan langkah dengan irama kehidupan. Tidak mungkin juga setiap kali aku terjatuh maka aku menangis. Tidak mungkin juga aku selalu meminat bantuan orang lain disaat terjatuh.
Seperti yang sebelumnya ku katakan. Aku (dan kalian) berjalan sendiri di jalan setapak yang tidak kelihatan ujungnya di mana. Tidak ada cara lain selain melawan ketakutanku dan berjalan di atas kaki sendiri. Walau begitu, satu hal yang selalu aku lakukan. Aku tidak pernah menyesal telah melangkah maju. Aku tidak pernah menyesal sering masuk ke dalam lubang, walaupun sakit sekali rasanya saat terjatuh. Aku tidak pernah menyesal menjumpai perpisahan, walau melambaikan tangan itu rasanya sulit.
Aku malah mulai menanti-nanti. "Hal apa lagi yang akan disuguhkan kehidupan untukku?" Ya, aku mulai suka dengan kejutan.
Aku akui, beberapa hari ini aku sering berkeluh kesah dan mengomel. Tapi, rasanya aku berada di posisi di mana aku tidak berhak untuk berkeluh kesah. Banyak orang bilang kalau berkeluh kesah itu manusiawi, tapi rasanya hal itu tidak bisa ku jadikan sebagai alasan. Disaat kakiku masih lengkap dan masih bisa melangkah, maka aku akan melangkah, menyapa langit biru sambil tersenyum. Ini menjadi PR ku selanjutnya, untuk mengingatkan diriku saat aku ingin mengeluh.
Satu tahun lagi terlewati, satu tahun lagi umurku bertambah.
Aku tidak tahu pasti bagaimana rasanya menjadi dewasa. Apakah aku harus berjalan pelan dan anggun selayaknya wanita dewasa? Apakah aku harus berbicara dengan nada lembut? Apakah aku harus lebih sering membaca koran dan ilmu pengetahuan?
Engga, sih. Aku tetap lebih suka berlarian kesana kemari. Aku lebih suka tertawa kencang-kencang daripada tertawa pelan dengan nada yang dipaksakan. Aku lebih suka membaca komik dan novel yang dibilang orang hanya untuk selingan, tapi bagiku tidak.
Mungkin, menjadi dewasa itu berarti mengekspresikan diri sekaligus mengeksplorasi diri. Dan ada beberapa pertanyaan yang sebenarnya sering menari-nari di benakku.
"Apa lagi sih yang bisa dilakukan tanganku selain dipakai untuk makan, ngetik keyboard komputer, dan keypad handphone?"
"Apa lagi sih yang bisa ku lakukan selain menamatkan kuliah lalu mencari kerjaan bagus (lalu menikah, bagi kebanyakan orang)?"
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah tipikal pertanyaan yang tidak akan bisa terjawab walau aku berpikir sampai kepala eyang botak.
See the line where the sky meets the sea? It calls me
And no one knows, how far it goes
If the wind in my sail on the sea stays behind me
One day I'll know, if I go there's just no telling how far I'll go
And no one knows, how far it goes
If the wind in my sail on the sea stays behind me
One day I'll know, if I go there's just no telling how far I'll go
Seperti penggalan lagunya Moana. Just sail and I'll know how far I go.
Comments
Post a Comment