Esensi Dari Memahami
Hal yang paling sulit dilakukan adalah memahami manusia. Ilmu psikologi mengatakan bahwa kita bisa mengetahui karakteristik seseorang hanya dari gerakan tubuh seseorang, cara menulis, cara berjalan, cara makan, gaya berbicara, dan lain-lain, dan lain-lain. Memang, aku pernah iseng beberapa kali mencoba menerka-nerka kepribadian orang dari hal-hal yang dikatakan oleh ilmu psikologi. Tapi, ilmu tersebut tidak berlaku untuk memahami jalan pikir manusia. Yah, memang, para psikolog itu kan bukan cenayang.
Ada istilah "tak kenal maka tak sayang." Tapi, sudah kenal pun belum tentu sayang. Sudah kenal pun belum tentu bisa memahami.
Biar kuberi contoh.
Aku punya beberapa teman dekat. Kurang lebih setengah dekade aku mengenal mereka. Atau setidaknya, aku pikir aku mengenal mereka. Seringkali juga, dengan sombongnya, aku bercerita pada mamaku atau adikku. Si A itu orangnya begini begini. Si B itu orangnya begitu begitu. Sampai suatu ketika, ada suatu bahasan, suatu diskusi yang seolah menyentilku. Sampai mental.. #lebay
Orang yang selama ini ku kira hanya peduli pada diri sendiri, ternyata juga memikirkan orang-orang di sekitarnya. Ku kira hanya diriku saja yang peduli. Ternyata tidak. Orang yang selama ini ku cap sebagai pribadi yang ngomong doang, ternyata melakukan tindakan-tindakan lain yang tak pernah terpikir olehku.
Katanya, "coba lihatlah dari sudut pandang lain."
Rasanya aku ingin menjawab, "selama ini aku selalu melihat dari berbagai sudut pandang."
Tapi nyatanya tidak begitu. Kalau benar aku melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, maka temanku itu tidak akan menyentil begitu.
Tapi memang, salah satu karakter dari manusia mainstream adalah ingin dipahami, ingin dimengerti. Tapi, kalau semua orang inginnya dipahami dan dimengerti, siapa yang akan memahami dan siapa yang akan mengerti? Karena banyaknya manusia mainstream model begini, banyak juga terjadi kesalahpahaman, ketidaktahuan, dan lain-lain, dan lain-lain.
2 hari yang lalu (apa 3 hari yang lalu, ya?) aku nonton film Arrival. Film yang lagi ngehits di bioskop, yang ratingnya 8,3, yang dibintangin Jeremy Renner.. Kyaaaaaa!! Jeremy Renner!! XD XD #salahfokus
Ada postingan yang bilang kalau film ini filosofis sekali. Oh, yeah. 100 point buat orang yang bilang begitu, karena memang benar. Memang benar film ini sangat filosofis, memang benar film ini sarat akan makna, dan memang benar juga kalau aku nonton film ini dan otakku berusaha mencerna kata-kata para pemainnya sambil berusaha mengenyahkan kantuk yang mulai menyerang. Tapi toh percuma, karena aku baru paham betul film itu maksudnya apa saat aku mengayuh sepeda pagi ini.
Memangnya apa? Apa filosofisnya? Apa hubungannya si Jeremy Renner sama manusia mainstream yang maunya dipahami doang?
Si pemeran utama dalam film ini mempunyai misi untuk menerjemahkan bahasa alien. Bukan bahasa Jepang, bukan bahasa Portugis, bukan bahasa Jaman Hindia-Belanda, bukan juga bahasa Suku Aborigin. Tapi, bahasa alien. (OMAIGAT!! Bahasa Alien!! #plak)
Menginterpretasikan bahasa mungkin bisa dilakukan, tapi memahami maksud dari bahasa yang disampaikan adalah perkara lain. Dan benar saja, karena memiliki maksud atau artian berbeda antara bahasa alien dan bahasa manusia, hampir saja terjadi perang besar-besaran.
Menginterpretasikan bahasa mungkin bisa dilakukan, tapi memahami maksud dari bahasa yang disampaikan adalah perkara lain. Dan benar saja, karena memiliki maksud atau artian berbeda antara bahasa alien dan bahasa manusia, hampir saja terjadi perang besar-besaran.
Kita, para manusia juga seringkali begitu, kan? Karena apa tidak mau saling memahami dan saling mengerti, seringkali terjadi perang besar-besaran. Perang mulut, dendam kesumat, musuhan, berantem, bahkan bunuh-bunuhan. Padahal sebenarnya akar permasalahannya sederhana. Memahami dan mengerti.
quotesgram.com
Margo Roth Spiegelman dalam Paper Town mengatakan bahwa kita semua seperti cawan. Seingkali terlihat bagus dari luar, namun kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam cawan tersebut. Sampai akhirnya cawan itu retak, barulah kita bisa mengintip isi cawan melalui retakan-retakan si cawan.
Tidak mudah memang untuk menilik pemikiran orang lain melalui retakan-retakan. Tapi, itulah yang seharusnya kita lakukan.
Memahami. Mengerti. Bukan hanya ingin dipahami dan ingin dimengerti.
Memahami. Mengerti. Bukan hanya ingin dipahami dan ingin dimengerti.
Comments
Post a Comment