Kata Mereka, "Hidup Itu Membosankan"
Setiap hari aku bangun pada jam yang sama, aku melakukan rutinitas yang sama, lalu berangkat kerja melewati jalanan yang sama seperti yang ku lewati kemarin dan kemarinnya, yang juga akan ku lewati besok dan besoknya lagi. Naik angkutan umum yang sama, lalu masuk kantor dan duduk di kursi yang sama seperti yang setiap hari ku tempati. Setiap hari, aku melakukan pekerjaan yang sama, masuk kantor pada jam yang selalu sama dan pulang pada jam yang selalu sama. Aku bertemu orang-orang yang sama setiap hari.
Aktivitas teman-temanku pun kurang lebih sama. Setiap hari bangun pagi pada jam yang sama, pergi ke kantor, lalu pulang, tidur lalu bangun lagi, pergi ke kantor lagi, lalu pulang lagi, lalu tidur lagi. Kemudian, mereka bilang, "hidup ini membosankan."
Aku tidak menampik pernyataan mereka, tapi juga tidak menganggukkan kepala tanda setuju. Memang benar, setiap hari aku melewati jalan setapak yang sama dan setiap hari juga aku menyapa langit dan pepohonan yg sama seraya berkata, "aku beruntung, aku bersyukur."
Saat pulang kantor pun aku melewati jalan yang sama, lalu menyapa mentari senja yang letaknya tak pernah berubah, sambil berkata "aku beruntung, aku bersyukur."
Jadi, bisa dibilang kalau aku bahagia di tengah-tengah kehidupan yang mereka bilang membosankan.
Aku bertemu orang-orang yang sama dan tertawa bersama. Tapi, aku tak pernah merasa bosan untuk tertawa. Aku minum kopi yang sama setiap hari, bukan kopi mahal, kopi sachet 3 ribuan, tapi aku merasa beruntung. "Oh, hari ini aku masih bisa minum kopi."
Aku selalu mengetikan jari-jariku di atas keyboard komputer yang sama sambil menguap mengantuk, tapi aku merasa beruntung. "Oh, aku masih bisa menguap di tengah kehidupan yang mereka bilang membosankan."
Kau mengerti maksudku?
Maksudku, aku berjalan dengan rute yang sama setiap hari, tapi setidaknya kakiku tahu ke mana harus melangkah. Bukannya linglung dan ketakutan akan digusur ke mana. Aku berbicara tentang para pengungsi.
Aku masih bisa minum kopi, walau hanya kopi sachet dari air panas dispenser yang hanya beberapa langkah jauhnya dari tempat dudukku. Bukannya berjalan berkilo-kilometer jauhnya hanya untuk mendapatkan segelas air bersih. Aku berkata tentang orang-orang di pedalaman.
Aku masih bisa melihat sunset setiap sore walau harus mengintip dari balik jendela busway. Bukannya hanya melihat tembok penjara gelap yang selalu dilakukan para tahanan.
Aku tersenyum setiap hari, aku tertawa setiap hari. Aku masih bisa membuat orang lain tersenyum dan tertawa. Bukannya meratap tangis karena tidak tahu apa yg akan terjadi besok. Aku berbicara tentang para korban perang di negeri seberang.
Aku masih bisa menikmati keluar masuknya napasku setiap detiknya. Disaat orang lain sedang meregang nyawa di rumah sakit.
Kata mereka, "hidup ini membosankan"
Apa alasan dibalik semua pernyataan itu? Sementara saat ini kita hidup dalam segala kemudahan.
Kata mereka, "hidup ini membosankan"
Tapi, aku tidak akan pernah bosan.
http://purehappylife.com
Kataku
aku tidak pernah bosan. Tapi, aku tidak menyangkal fakta bahwa egoku terkadang
masih membuatku menjadi manusia kurang ajar yang tidak tahu terima kasih. Miris rasanya saat kembali menyadari keadaanku yang sudah serba mudah, namun masih saja berkeluh kesah.
Kadang perasaan berkecamuk. Merasa bersyukur sekaligus sedih dalam waktu bersamaan karena mereka tidak dapat merasakan kemudahan dan keberuntungan yang setiap hari ku nikmati. Aku berbicara tentang para pengungsi, orang-orang di pedalaman, para tahanan, para korban perang, para peregang nyawa, yang seringkali ketakutan akan apa yang terjadi hari esok.
Comments
Post a Comment